Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

FEROCIOUS WIND AND SUDDEN RAINS

Tsukiron
--
chs / week
--
NOT RATINGS
14.2k
Views
Synopsis
Dia membuka mata dengan kosong. Wajahnya yang cantik terlihat kuyu kekurangan makan. Dia tidak bisa mendengar. Suaranya juga tidak bisa keluar. Hari ini dia akan menikah... Dia tidak tau sebelumnya. Hanya tiba-tiba diberi sebuah gaun pengantin putih cantik dan di beri dandanan menawan. Dia tidak peduli. Bahkan jika dia mati setelah menikah. Dia tidak akan banyak menyesal. Apa yang dia inginkan memang kematian. Pernikahan itu sangat sunyi. Dia hanya berjalan dan menerima cincin. Tidak ada apapun yang bisa masuk telinganya. Bahkan ketika ciuman jatuh di bibirnya, dia masih tidak melakukan apapun. Dia seperti boneka tidak bernyawa. Akhirnya, dia mati. Kematian indah sebagai pion dari orang-orang yang menyebut diri mereka keluarga. Tidak ada penyesalan, tidak ada tangis. Ketika kematian menjemputnya dia tersenyum dengan bahagia. Sesaat sebelum kematian, orang itu mendekatinya dengan tubuh penuh darah. "Maafkan aku." Kemudian.... Dia bangun dari tidurnya ditempat asing dengan kata-kata terakhir pria itu meledak di kepalanya. Ketika dia menyadarinya, dia kembali ke masa lalu dititik terendah hidupnya. Dia masih tetap tidak bisa mendengar dan bicara. Tapi, kehidupan yang sebelumnya memberinya kesan berbeda dengan dunia. Dia bodoh dan tidak ingin mengulangi hal yang sama. Dia pergi dan mengurung diri di tempat istimewanya. Hingga orang itu datang. Seolah-olah memiliki alat pelacak yang tertanam di kulitnya. Dia membawanya pergi dan memaksanya mengeluarkan sebuah kalimat. "Aku mencintaimu." Dia membuka mata dengan kosong. Wajahnya yang cantik terlihat kuyu kekurangan makan. Dia tidak bisa mendengar. Suaranya juga tidak bisa keluar. Hari ini dia akan menikah... Dia tidak tau sebelumnya. Hanya tiba-tiba diberi sebuah gaun pengantin putih cantik dan di beri dandanan menawan. Dia tidak peduli. Bahkan jika dia mati setelah menikah. Dia tidak akan banyak menyesal. Apa yang dia inginkan memang kematian. Pernikahan itu sangat sunyi. Dia hanya berjalan dan menerima cincin. Tidak ada apapun yang bisa masuk telinganya. Bahkan ketika ciuman jatuh di bibirnya, dia masih tidak melakukan apapun. Dia seperti boneka tidak bernyawa. Akhirnya, dia mati. Kematian indah sebagai pion dari orang-orang yang menyebut diri mereka keluarga. Tidak ada penyesalan, tidak ada tangis. Ketika kematian menjemputnya dia tersenyum dengan bahagia. Sesaat sebelum kematian, orang itu mendekatinya dengan tubuh penuh darah. "Maafkan aku." Kemudian.... Dia bangun dari tidurnya ditempat asing dengan kata-kata terakhir pria itu meledak di kepalanya. Ketika dia menyadarinya, dia kembali ke masa lalu dititik terendah hidupnya. Dia masih tetap tidak bisa mendengar dan bicara. Tapi, kehidupan yang sebelumnya memberinya kesan berbeda dengan dunia. Dia bodoh dan tidak ingin mengulangi hal yang sama. Dia pergi dan mengurung diri di tempat istimewanya. Hingga orang itu datang. Seolah-olah memiliki alat pelacak yang tertanam di kulitnya. Dia membawanya pergi dan memaksanya mengeluarkan sebuah kalimat. "Aku mencintaimu."
VIEW MORE

Chapter 1 - 1.1

"Lihat ini, bukankah sangat cantik. Benar-benar seorang pantas menjadi istri Tuan Ron."

"Ya, benar. Tuan Ron sangat tampan, baik dan berbudi luhur."

"Sungguh sebuah keberuntungan untuk bisa menikah dengan Tuan Ron."

"Siapa yang tidak tau bahwa tuan Ron sangat menghargai istrinya."

Para wanita sedang berkumpul disekitar seorang mempelai wanita. Mereka saling bertaut memuji Mempelai Pria. Sang mempelai wanita sendiri hanya duduk dengan tenang. Dia tidak mengeluarkan suara apapun dari awal hingga akhir. Dia juga tidak peduli. Kemudian wanita-wanita yang bicara hingga bergema di ruangan saling memandang. Mata mereka menunjukkan sentuhan lelucon yang sama. Kemudian tawa keras keluar dari setiap mulut mereka.

"Lelucon bagus. Siapa yang tidak mengenal Rony Prasetya? Mengingat semua istri yang berakhir meninggal. Dia hanya akan mati setelah menikahinya."

"Keberuntungan apa, persetan."

"Keberuntungan untuk keluarga, musibah untuknya, hahahahaha"

"Hahahaha, benar-benar sial."

"Yah, apa peduli kita. Gadis yang tidak mendengar dan bicara. Apa yang bisa dia lakukan. Saat ini, mungkin dia bahagia karena bisa menikah."

"Ahahaha, sebuah kemuliaan untuknya?!"

Mempelai wanita hanyalah gadis 20 tahun. Usia paling produktif untuk berkarya, mengembangkan bakat dan berkarier. Tapi, dia duduk di sana. Menatap kosong ke depan tanpa sedikitpun perubahan. Matanya terus tertuju pada pintu putih yang tertutup.

Dia tau orang-orang ini bicara. Tapi dia tidak mendengar mereka dan tidak mengerti apa maksud mereka. Bahkan jika dia tau, dia tidak akan peduli. Dia tidak pernah peduli. Dia tidak akan membalas mereka. Dia hanya ingin pergi ke tempat seorang diri. Sebuah tempat yang sepi. Seperti tempat itu. Dia salah membuat pilihan hingga menjadi seperti ini.

Saat ini dia sudah lelah. Lelah dan bosan.

Seorang pria membuka pintu ruangan. Gadis itu langsung mengerti saat melihat pria itu. Ini saatnya dia berjalan di karpet merah. Dia tidak mengenal orang ini. Atau harus dikatakan, dia pernah bertemu orang ini tapi tidak mengenalinya. Orang ini bicara sambil melihat matanya. Tapi dia hanya melihat kosong pada pria itu. Tidak ada sedikitpun riak dimatanya.

Dia tidak ingin mengerti.

Dia bisa melihat orang itu tersenyum semakin lebar dan bicara lebih banyak. Hingga dia sampai di sebuah pintu besar coklat bergaya western. Baru Orang itu berhenti bicara.

Dia berjalan dengan Orang itu, seorang pria disampingnya. Saat masuk tempat dibalik pintu coklat besar, dia bisa merasakan banyak mata memandangnya. Sekali lagi, dia hanya melihat kosong ke depan tidak peduli.

Dia berdiri di sebelah seorang pria. Ada juga seseorang di depan mereka. Dia tidak melakukan apapun dari awal sampai akhir. Dia hanya sedikit mengangguk saat pria yang membawanya di awal menyentuh tangannya. Akhirnya, seseorang memberinya cincin dan dia memasangkan cincin.

Itu cincin yang sama dengan ukuran berbeda. Dia tidak peduli. Orang itu, atau seharusnya suaminya memasangkan cincin ke jarinya. Dia tidak banyak berpikir dan melakukan hal yang sama padanya. Memasangkan cincin ke tangan yang ramping dan indah. Dia bahkan tidak menyadari tangannya gemetar saat memakaikan cincin tersebut. Setelah cincin itu terpasang. Dia bisa merasakan sentuhan hangat menyelimuti tangannya. Dia melihat tangan besar membungkus tangannya dengan erat.

Gadis itu tidak memiliki respon apapun saat sebuah tangan memeluknya dan ciuman jatuh ke bibirnya.

Sorakan? Melodi indah? Tangis haru?

Dia tidak tau. Dia tidak bisa mendengar. Dia tidak bisa mengatakan. Dia juga tidak bisa merasakannya. Sebuah bunga diberikan padanya. Dia tidak tau mengapa, dia hanya berbalik dan melempar bunga tersebut. Seperti apa yang sudah dia lihat di film.

Resepsi pernikahan sudah selesai.

Dia pikir, pria pertama akan mengurungnya lagi. Dia pikir, dia akan kembali ke gubuk tua tempat ayam dan itik tinggal bersama. Hingga tiba-tiba sebuah tangan menyelimutinya. Dia diangkat dalam pose putri dan dibawa pergi oleh orang lain.

Sejak saat itu, dia tinggal di sebuah rumah yang sangat besar. Dia merasakan kehangatan yang sudah lama menghilang. Dia merasa kembali hidup dengan orang tuanya. Namun Dia harus menerima kenyataan bahwa kehidupannya tidak seperti itu. Tidak ada orang tua. Tidak ada orang lain. Dia hanya sendiri.

Dia sendirian di rumah yang luas dengan banyak pelayan.

Hal itu tidak berlangsung lama. Setelah menghitung selama 2 bulan. Orang yang memakai cincin sama dengannya akan datang. Dia akan mengajaknya berjalan mengelilingi rumah dan halaman, menemukan banyak bunga dan tanaman disana. Mengajaknya pergi ke berbagai rumah makan merasakan banyak jenis makanan. Lidah yang sudah lama mati rasa sangat bahagia saat makan hingga nafsu makanya meningkat. Orang ini juga Mengajaknya ke psikiater untuk berobat. Dia selalu keluar dengan pria yang memiliki status suami secara hukum dengannya. Dia sangat menyadari hal tersebut. Lambat laun tanpa dia sadari, dia menerima keberadaan orang itu.

Tidak jarang Suaminya akan membawa dia pergi ke taman bermain, akuarium dan bioskop meskipun dia tidak bicara atau mendengar. Dia sangat bahagia. Dia bahkan tidak sadar telah memasukkan nama orang itu ke hatinya dan memanggil dia suami.

Dia tidak mendengar dan tidak bicara. Tapi matanya yang kosong, perlahan-lahan bersinar dengan cemerlang. Dia mulai mengumpulkan harapan untuk kehangatan dan cinta. Dia mulai menginginkan kebahagiaan yang sering disinggung ibunya. Dia dengan teguh menyemangati dirinya sendiri dan bersama dengan orang itu menjalani hidup bahagia.

Malam itu hanya tidak ada bintang di langit. Angin ganas dan hujan yang turun tiba-tiba. Dia berada di balkon kamarnya dan mengingat kejadian memilukan yang pernah dia alami.

Saat itu mereka satu keluarga sedang merencanakan untuk pergi berlibur. Mereka menggunakan mobil dalam perjalanan ke bandara. Hujan turun tiba-tiba. Mobil yang mereka kendarai terpaksa harus lebih pelan. Mereka berniat menemukan sebuah hotel atau tempat lain sebelum melanjutkan perjalanan.

Kemudian semua terjadi begitu saja. Sebuah tanah longsor dan pohon tumbang menutupi jalan menghadang mereka. Ayahnya dengan baik melakukan manuver mobil menghindari pohon tersebut. Tapi takdir menginginkan hidup mereka, mobil itu jatuh ke tepi jurang.

Dia selamat dan berada di luar mobil dengan tangan ibunya menggantung di pintu mobil. Namun baik ibu dan ayahnya tidak bisa dikenali lagi. Mereka berlumuran darah. Tuhan lebih kejam lagi. Bahkan di tengah hujan, mobil itu mengeluarkan kobaran api. Dia berusaha menyelamatkan orang tuanya. Tapi baik ayah dan ibunya hanya selalu mengatakan.

"Larilah, Mira... hiduplah dengan bahagia..."

Akhirnya semuanya menjadi sunyi. Dia tidak tau bagaimana mobil itu meledak dan terbakar. Sejak saat itu, dia tidak bisa mendengar apa-apa lagi. Bahkan ketika dia menginginkannya, yang muncul hanya kalimat terakhir ayah dan ibunya. Dia tidak ingin berbicara lagi. Dia tidak ingin mendengar kalimat terakhir orangtuanya lagi.

Cuaca malam ini mengingatkannya. Dia keluar dari kamar dan bergegas ke tempat suaminya. Langkah kaki penuh gelisah miliknya menjadi tenang. Dia melihat orang yang merupakan suaminya dengan kosong.

Cahaya menjadi redup di kedua matanya.

Dia melihat pria itu menangis.