Chapter 3 - 1.3

Pria itu tiba-tiba membuka mata. Dia terbangun dari mimpi. Wajahnya yang tampan mengerutkan kening. Tangannya dengan refleks menyentuh sisi lain tempat tidurnya. Sisi itu kosong dan dingin. Dengan panik, pria itu berbalik dan tidak menemukan apapun di sana. Dia duduk di tempat tidur dengan keringat di keningnya.

Pikirannya menjadi tenang. Lambat kemudian dia menemukan semua yang dia alami hanyalah mimpi. Rasa mual yang hebat mengenai perutnya. Kakinya seperti memiliki sebuah pemikiran. Dia berdiri dan melangkah cepat ke kamar mandi.

Dia mengeluarkan isi perutnya dari makan malam dengan hebat. Hanya setelah merasa tidak memiliki mual lagi. Dia keluar dari kamar mandi dan memanggil seseorang.

Dokter hebat Yudha, nama di kontaknya.

Panggilan tersambung dan berbunyi tiga kali sebelum seseorang akhirnya mengambilnya.

[Sial, ini masih tengah malam. Apa yang terjadi padamu. Apa akhirnya kamu mengalami demam? Insomnia? Atau akhirnya kau akan mati!!]

Dia menunggu kata-kata dari orang disisi lain telepon sebelum menjawab dengan nada tenang dan ringan, "Aku mual dan muntah."

[Hah?! Mungkin kau terlalu banyak mengisi perutmu saat makan malam tadi. Minumlah satu atau dua kapsul obat pencernaan. Semua akan baik-baik saja]

Pria itu tidak menutup panggilan atau melakukan apa yang dikatakan pria di ujung lain. Dia sangat tenang berjalan ke jendela raksasa yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Menggesernya dengan ringan dan keluar menikmati angin malam.

Benar saja, beberapa saat suara kembali datang dari telepon.

[Sialan! Apa yang baru saja terjadi padamu!! Seorang Reihan mual dan muntah! Tidak mungkin. Tunggu aku beberapa setengah jam. Tidak, 20 menit cukup]

Tut Tut Tut

Panggilan terputus begitu saja secara sepihak. Dia tidak mempermasalahkannya dan melihat ke pemandangan lingkungan kota malam hari.

Tempat tinggalnya berada di dataran tinggi. Sebuah Villa pribadi yang menghadap kota. Dia membeli sebuah bukit dan mendirikan Villa untuk menjadi tempat tinggal sekarang. Dia tinggal sendirian di tempat ini. Dia jarang pergi keluar lingkungan bukit, bahkan jika itu kota sejak Villa ini selesai dibangun. Pekerjaannya tidak mengharuskan dia pergi ke luar. Hanya satu atau dua kali setiap bulan mungkin cukup. Untuk olahraga, dia bisa melakukannya di Gym atau lingkungan sekitar. Untuk makan, tanpa ke kota, seseorang akan mengirimkan paket melalui landasan udara dibelakang. Untuk kebersihan, setiap hari akan ada beberapa orang yang datang untuk membersihkan Villa.

Beberapa saat kemudian, dia mendengar sebuah mobil mengerem dengan keras di depan rumahnya. Dia berdiri dan membuat secangkir teh panas. Bersamaan dengan teh yang sudah jadi, seseorang membuka pintu kamarnya dengan megah. Pintu yang tidak bersalah didorong dengan kuat hingga mengeluarkan derit menyakitkan.

"Reinal!! Bagaimana keadaanmu?! Bagaimana kamu bisa sakit."

Dia melirik Yudha dengan ringan. Mengalihkan pandangan kembali pada teh. Teh itu cukup gelap dan mengeluarkan bau yang menyenangkan. Dia mencium dan merasakan sedikit teh.

Dengan teh yang sudah jadi, dia kembali ke balkon. Tidak mengembalikan sedikitpun jawaban pada Yudha. Yudha yang sudah biasa sedikit panik. Saat ini adalah situasi khusus baginya.

"Rei, ayolah. Jangan mengabaikan ku. Apa yang terjadi padamu? Biarkan aku memeriksa mu lebih dulu."

Yudha mengikuti Reihan sampai balkon dan mengeluarkan isi dari tas dokter yang dia bawa.

Yudha sudah mengenal Reihan sejak taman kanak-kanak. Reihan adalah anak yang keras kepala, dia sangat pandai dan berkemauan keras. Menyaksikan dan tumbuh bersama, Yudha sangat mengenal Reihan. Reihan tidak pernah mengalami sakit dan pola hidupnya lebih sehat dari orang sehat manapun.

Reihan memiliki wajah tampan dengan ciri-ciri Asia oriental selain pupil mata blue sea dan hidung mancung. Tingginya 190 cm dengan tubuh ramping 73 kg. Dia rajin berolahraga namun tubuhnya tidak memiliki otot yang menjijikan menonjol. Tubuhnya sangat proporsional. Dia bisa dengan mudah menarik wanita manapun dengan tubuhnya.

Sebagai seorang pemilik sekaligus ketua JaCk grup di usia 22 tahun. Siapa yang tidak mengenal JaCk grup. Grup yang berpusat pada pengembangan dan penelitian teknologi, makanan dan alat-alat ramah lingkungan. Semua itu, berkat pemilik dari perusahaan yang dengan ringan memberikan uang. Reihan sangat disegani dan dihormati. Dan nilainya bertambah berkali-kali lipat. Banyak orang menginginkan Reihan sebagai menantu.

Namun Yudha tau, Reihan tidak pernah disentuh apapun. Dia tidak bersentuhan dengan cinta dan kasih sayang.

Terkadang Yudha berpikir Reihan mirip seperti robot. Sangat pintar, tidak memiliki hati, tidak pernah sakit dan tidak merasakan cinta. Oleh karena itu, dia sangat terkejut setelah menyadari Reihan benar-benar tidak bercanda dia telah sakit.

Dia lambat menerima respon dari Reihan karena dia baru setengah sadar. Dia sedang tidur saat Reihan memanggilnya, itu sebabnya dia lambat sadar ketika Reihan mengatakan dia sakit.

Yudha melakukan beberapa cek sederhana dan menemukan semua membingungkan.

"Kamu tidak sakit."

"Aku muntah."

"Ya, tapi kamu tidak sakit. Tidak ada yang aneh dengan tubuhmu. Mungkinkah ini masalah psikologis. Terlalu jauh untuk dikatakan. Kamu sangat sehat, bagaimana kamu bisa muntah. Maksudku, Bahkan jika hamil, kamu harus menjadi perempuan lebih dulu."

Reihan tidak melihat Yudha. Dia masih melihat pemandangan kota dan menyesap teh.

"Mimpi…" gumamnya.

"Hah? Apa yang kamu katakan? Tolong, Tuan Reihan. Anda membuat saya bangun dari istirahat saya di tengah malam. Sungguh, aku baru mendapat libur dari rumah sakit pusat satu hari ini. Bagaimana bisa kamu membuatku menjadi seperti ini. Terkatung-katung dengan masalah yang tidak jelas. Jadi tolong, katakan dengan jelas keluhan mu."

"Jika aku tidak sakit, mungkin karena mimpi."

"Hah?"

Yudha sedikit meragukan Reihan. Reihan adalah materialis lengkap yang tidak pernah percaya dengan hal mistis. Dan seorang materialis ini dengan jujur mengatakan dia mengalami rasa sakit karena mimpi. Siapa yang sedang di ajak bercanda. Yudha menghela nafas dengan berat.

Dia saling menatap dengan Reihan. "Rei, ceritakan."

"Aku bermimpi, aku ditelantarkan oleh orang tua ku dan hidup di jalanan. Ketika aku 5 tahun, seorang gadis kasihan dan meminta orang tuanya mengadopsiku. Itu baik-baik saja sampai aku diculik dan di temukan oleh keluarga kakek ku. Aku hidup dengan baik dan tidak terlalu mengingat keluarga gadis itu. Hanya gadis itu, aku sepertinya tergila-gila dan jatuh cinta padanya. Saat aku mengira gadis itu baik-baik saja, gadis itu tidak. Saat aku tau, gadis itu sudah kehilangan pendengaran dan suaranya setelah kecelakaan bersama orang tuanya. bertahun-tahun kemudian, aku menemukannya hidup dengan buruk bersama pamannya. Kemudian, aku menikahinya dan berusaha membuatnya sehat dengan saran dokter. Tapi.... Gadis itu mati dengan bunuh diri."

Yudha memiliki air di sudut matanya. Reihan menceritakan semua mimpinya kembali dengan nada datar dan kaku. Suara Reihan berat dan merdu saat bicara. Yudha tidak sadar membayangkan keadaan dalam cerita Reihan.

"Ini kisah yang menyedihkan. Apa hubungannya dengan rasa mual milik mu."

Reihan membuang muka kembali melihat pemandangan kota. Suaranya dingin dan acuh masuk ke pendengaran Yudha.

"Setelah gadis mati, aku membawa mayatnya ke rumah. Tidur dan melakukan hal itu dengan mayatnya. Seperti orang gila."

Yudha tersedak. Dia tidak bisa mengeluarkan tangisnya. Dia melihat Reihan seolah-olah Reihan adalah monster.

"Kamu, melakukan itu? Menyetubuhi mayat?"

Reihan mengangguk. "Saat bangun, aku mencarinya. Setelah tau itu mimpi. Aku merasakan mual dan muntah."

"Tapi, aku tidak merasakannya."

"Apa maksudmu?"

Reihan mengerutkan kening. Ada sentuhan susah diwajahnya.

"Aku tidak merasakan kenikmatan saat bersetubuh."

Yudha kehilangan kata-kata. Dia melihat Reihan dengan ngeri. Yudha berdiri dan menunjuk Reihan dengan jari telunjuknya.

"Selesai, kamu tidak berkonsultasi dengan ku. Pergi menemui Dena, dia psikolog terbaik untukmu."

"Buatkan Janji."

Setelah itu, Reihan dengan santai masuk kamar. Dia kembali berbaring di tempat tidur.

Yudha yang ditinggalkan merasa sakit di gigi bagian belakang. Jika dia bisa mengalahkannya, dia mungkin sudah menghancurkan Reihan.