Chapter 6 - 2.1

"Ayo Cerai."

Dia menunduk melihat perjanjian perceraian di atas meja. Kata-kata didalamnya tidak terlalu besar, tapi tersusun rapi dengan goresan kuat. Jika dia menandatangani kertas ini. Mereka akan berakhir. Mereka akan berpisah. Mereka tidak akan pernah saling bertemu lagi.

Hatinya bergetar penuh rasa sakit. Dia kembali melihat pria di depannya. Pria itu sangat tampan, wajahnya seindah batu giok, mulut semerah apel, hidung mancung dan mata besar. Hanya mempesona yang bisa dikatakan dari penampilan wajah pria itu. Dan pria itu adalah seseorang yang seharusnya menjadi suami baginya.

Dia melihat mata dingin dan acuh suaminya. Wajahnya mengatakan keputusan saat ini adalah benar dan mutlak. Dia menunduk dan menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Tangan kirinya jatuh ke sisi tubuh. Tangan itu mencubit bagian belakang betis dengan kuat. Dia mengabaikan rasa sesak di dadanya dan mulai menulis pada area tanda tangan dengan kuat.

Tangannya selesai menulis. Dia baru saja menjauhkan tangan saat kertas itu diambil secara paksa. Seolah-olah, pria itu takut dia menyesali keputusannya. Dia berkedip dan melihat pria itu keluar dari rumah.

Setelah ini, mereka akan menjadi orang asing. Mereka hanya perlu pergi ke pengadilan untuk mendapat akte cerai. Mengingat kembali semua yang sudah terjadi seperti kemarin. Dia tersenyum sedih. Matanya meneteskan air mata pertama untuk 5 tahun terakhir.

20 tahun rasa cinta. Kini sudah lenyap.

Dia berdiri dengan bantuan kruk. Masuk ke kamarnya dan membuka sebuah map kertas. Map coklat besar yang dia dapatkan dari rumah sakit. Dia merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Volume dia mimisan dan batuk darah juga menjadi semakin sering.

Dia membaca dengan cermat hingga selesai lembar terakhir. Ada senyum puas diwajahnya ketika mengetahui isi konten tersebut. Dia mengambil kertas dan membuangnya ke tempat sampah dengan ringan.

Dia menggunakan kruk untuk masuk ke dapur dan mulai masak sederhana. Pikiran sakit hati setelah pria itu menceraikannya lenyap ketika dia membaca semua tulisan itu. Dia merasa sangat mudah dan santai.

Setelah makan dengan baik. Dia berlatih vokal. Dia bisa mengeluarkan satu atau dua kata saat ini. Dia terus melatihnya hingga bisa bicara dengan benar.

Dia merupakan artis pertama yang memperoleh penghargaan Oskar di film pertamanya. Tapi, karena film itu juga dia menjadi seperti saat ini.

Semua dimulai ketika dia mencintai seseorang. Ketika orang itu bicara tentang seorang artis. Dia kesal dan mencoba menjadi artis. Dia berharap diperhatikan oleh orang itu. Akhirnya dia berhasil. Tapi orang itu tetap tidak memperhatikannya.

Saat itu, dia mulai film yang membutuhkan peran seorang wanita yang memiliki gangguan psikologis tidak bisa bicara dan berjalan dengan satu kaki. Dia memerankannya dengan baik. Ketika syuting semakin sering, dia sudah kesulitan keluar dari peran yang dia miliki. Akhirnya, dia benar-benar tidak bisa keluar dari peran dan menjadi seorang gadis dengan gangguan psikologis.

2 tahun yang lalu, saat dia masih 20 tahun. Ibunya menemukan seseorang untuk menikah dengannya. Awalnya dia tidak memiliki harapan. Dengan kondisinya, siapa yang mau menikah dengannya. Ketika orang itu datang dengan orang tuanya. Dia tau, harapannya bukan hanya harapan. Tapi kenyataan yang menggembirakan.

Mereka bertunangan selama 2 tahun dan menikah di umur 22 tahun. Meskipun orang tuanya meninggal satu tahun setelah tunangan. Pernikahan masih tetap dilakukan karena mereka terikat kontrak. Kontrak itu memiliki 5 tahun sebelum mereka bisa berpisah.

Hari ini, tepat 5 tahun setelah pernikahan mereka. Bahkan jika dia ingin mengeluh. Dia tidak bisa melakukannya.

Dia mengambil sebuah film. Mematikan lampu dan memutarnya. Di depannya ada banyak anggur. Dia ingin merayakannya. Bukan perceraian, melainkan kesempatan yang diberikan Tuhan sehingga dia bisa bertemu ayah dan ibunya.

Film yang dia putar merupakan debut ke dua mantan suaminya.

Suaminya, orang yang dia suka sejak kecil dipanggil Yani Anggara Putra. Tapi dia akan memakai nama Yana Putra dipanggung.

Yani sebenarnya bukan seorang aktor. Dia adalah karyawan di sebuah perusahaan. Ayah Yani merintis sebuah perusahaan sendiri namun jatuh bangkrut dan menerima bantuan ayahnya. Sehingga dia bisa menikahi Yani di sela-sela. Memikirkannya sedikit lucu, itu dia yang sepertinya memaksa Yani untuk menikah.

Yani awalnya tidak tertarik pada industri hiburan. Namun setelah melihat film yang dia mainkan dan bagaimana dia menjadi seperti ini. Yani memiliki belas kasihan. Dia masih sangat ingat apa yang dikatakan Yani saat itu.

"Apa kamu masih ingin berakting?"

"Ya, jika kamu tidak bisa. Aku akan menggantikannya untukmu. Di rumah dan lihat bagaimana aku membuatmu sukses."

Itu begitu lucu sehingga dia bisa tersenyum saat itu. Dia tidak menyangka bahwa Yani akan menganggapnya serius dan masuk ke industri hiburan. Saat itu dia takut, bingung. Jika ada ayah atau ibunya dia akan membantu Yani. Tapi mereka tidak ada.

Dia menghubungi banyak orang yang akhirnya ada 4 orang yang bersedia membantunya. 4 orang itu juga merupakan orang-orang yang merawatnya sampai saat ini. Mereka bekerja sebagai pemilik usaha yang dia dan orang tuanya bangun atas namanya. Sebuah Restoran, Sebuah Butik, Sebuah Perusahaan Hiburan dan terakhir Perusahaan Teknologi. Berkat bantuan orang-orang itu, Yani mencapai kesuksesan saat ini.

Sambil melihat film, dia berpikir ketika dia mati. Dia meninggalkan pesan untuk seseorang. Pesan untuk membuat janji temu 3 hari kemudian.

Film itu terus diputar hingga menunjukkan layar gelap. Dia sudah mabuk dan begitu lelah untuk berteriak dan menangis. Saat ini, dia merasa bebas. Sesekali dia mengangkat tangannya minum langsung dari botol anggur. 2 gelas yang dia bawa dan beberapa botol jatuh dan pecah dibawah.

Dia mabuk dan tidak menyadari seseorang kembali ke rumahnya. Orang itu kembali berencana untuk membersihkan ruangan miliknya. Karena lusa dia pergi ke kota lain, bagaimana dia bisa membiarkan barangnya tetap di tempat itu. Meskipun alasan paling mendasar dia kembali karena ingin melihat wanita itu, dia tidak akan mengakuinya.

Setelah memasuki rumah, Yani melihat wanita itu tampak berantakan. Bau anggur menyengat dari sana. Ruangan itu gelap selain daerah dengan lampu, yang ada di dekat wanita itu. Yani mendekat. Dia ada di samping wanita itu untuk melihatnya dengan sembrono menuangkan anggur di mulutnya.

"Bahkan kepolisan tidak sanggup menangkapku. Apa yang membuat mu begitu percaya diri."

Yani terkejut mendengar suara serak dan berat dari wanita itu. Dia selalu mengira wanita ini tidak akan pernah bicara lagi. Tapi saat ini, dia mengatakan dialog dari salah satu filmnya dengan intonasi yang baik dan pas. Dia mengatakan dialog itu lebih baik dari Yani.

Yani sadar dia tidak bisa berurusan dengan wanita ini sekarang.

"Miranda, pergi ke kamar mu sekarang."

"Hmm... Ya~~"

Wanita itu berdiri dan berjalan diantara pecahan kaca. Yani yang mendengar suara kaca terinjak mengerutkan kening. Ketika menemukan kaki Miranda kembali berjalan di atas pecahan kaca dia dengan sigap menghampirinya dan mengangkatnya.

"Apa yang terjadi padamu!!"

Yani begitu kesal sehingga dia tidak menahan amarahnya. Dia tidak mengatakan apapun dan membawa Miranda ke kamarnya. Yani meletakkannya di kasur dengan lembut. Gerakannya sangat ringan sehingga Miranda tidak bangun. Dia melihat kaki yang penuh luka dan darah dengan marah keluar dari kamar dan mencari p3k. Butuh waktu lama baginya untuk mengitari rumah hingga menemukan p3k. Dia membantu Miranda merawat lukanya dengan kasar. Tapi Miranda seperti tidak merasakan sakit. Dia tidur dengan tenang.

Ketika Yani selesai membalut semuanya. Miranda bangun dari tidur. Dia memegang kepalanya dan mencoba bangun. Yani terkejut dan hanya melihat apa yang dilakukan Miranda. Dia tau, seharusnya dia tidak kembali. Wanita sombong dan acuh ini pasti akan memainkan trik padanya. Ketika Miranda masuk ke kamar mandi, Yani mengerutkan kening. Dia bertanya-tanya apakah tebakannya salah.

Miranda muntah dan membersihkan mimisan dari hidungnya. Dia sedikit sadar setelah mengeluarkan isi perutnya. Selanjutnya dia hanya membersihkan wajah yang memiliki sisa darah.

Yani merasa Miranda sangat lama. Dia akan masuk saat melihat Miranda keluar dan melihatnya dengan terkejut.

"Mengapa kamu ada disini?"