Terkadang, suaminya akan memintanya berjalan. Suaminya juga membawa dia pergi ke taman bermain.
Dia tidak mendengar dan tidak bicara. Tapi matanya yang kosong, perlahan-lahan bersinar. Dia mulai mengumpulkan harapan untuk kehangatan cinta. Dia menyemangati dirinya sendiri dan bersama dengan orang itu menjalani hidup bahagia.
Sampai dia melihat pria itu menangis di kamarnya. Pria itu duduk di kursi dan menangis sedih. Ada orang lain di sana. Orang itu seorang wanita dengan penampilan cantik. Dia sepertinya pernah melihat wanita itu pada sebuah papan iklan di pinggir jalan. Wanita itu memeluk suaminya. Mereka berdua, tampan dan cantik. Bersama-sama menciptakan harmoni kesempurnaan. Dia belum pernah melihat hal itu. Dia tidak tau mengapa dia penuh semangat dan bagaimana dia penuh harapan. Dia tidak tau mengapa saat itu dia memikirkan dirinya sendiri. Membandingkan dirinya dengan wanita itu.
Rendah dan semakin rendah.
Ketika menghadapi suaminya yang tidak berdaya di pelukan orang lain. Dia tidak tau lagi harus bagaimana. Dia bahkan sempat bertanya-tanya, bagaimana suaminya bisa begitu acuh dipeluk wanita lain. Sebelumnya, Bahkan jika itu pelayan yang menyentuh jarinya, dia bisa dengan kejam melempar pisau dan memotong jari pelayan tersebut.
Dia merasa cahaya kembali resup. Dia kehilangan harapannya lagi. Dia merasakan sakit yang sangat didadanya. Sangat sesak hingga dia sulit bernapas. Bagai dipukul dengan palu, hatinya hancur. Dia hanya melirik mereka dengan kosong sebelum pergi.
Satu minggu kemudian, dia tidak menemukan keberadaan pria itu. Mengikis sedikit demi sedikit hatinya. Membuatnya kembali mati rasa tanpa semangat untuk melangkah kembali.
Semua menjadi berbeda setelah satu bulan. Pria itu masih akan bersamanya. Pria itu masih sering mengajaknya keluar. Tapi wanita itu selalu ada di sana.
Akan ada saat dimana pria itu pergi menghilang, menyisakan dia dan wanita itu. Disaat-saat seperti itu, wanita itu akan berubah menjadi iblis. Dia memancarkan duri yang sangat tajam di setiap tubuhnya. Lalu dia akan menjadi bunga ketika pria itu bersama mereka.
Hari-hari menyakitkan miliknya terulang. Sama seperti ketika dia berada di tempat seseorang yang mengaku paman padanya. Hidup penuh rasa sakit dan mati rasa. Dia tidak tau apa yang dikatakan wanita itu. Dia hanya merasakan wanita itu menyiksanya hari demi hari. Memberinya makan seperti anjing. Memperlakukan dia seperti serangga. Membuat para pelayan juga melakukan hal yang sama.
Dia tidak pernah mengerti, dia ingin mati setiap hari. Dia selalu mengharapkan kematian. Bahkan dia ingin membunuh dirinya sendiri begitu saja. Jika bukan karena kenangan dari orang tuanya yang menyuruhnya untuk selalu hidup. Dia pasti sudah mati sejak lama.
Setiap malam setelah kematian orang tuanya, setelah dia tinggal bersama paman dan keluarganya, dia akan menangis dan meratap hingga tertidur. Mungkin karena itu, saat ini dia tidak bisa menangis. Sejak dengan pamannya, dia memiliki kata-kata yang selalu dia ulangi setiap malam dalam pikirannya. Dan kata-kata yang lebih sering dia baca setiap waktu akhir-akhir ini.
Bu, maaf aku tidak bisa hidup bahagia.
Pintu kamarnya dibuka. Wanita itu datang lagi. Dia melihatnya dengan mata jijik dan merendahkan. Dia menyeretnya ke kamar mandi. Meminta pelayan memandikan dan mendandaninya.
Oh, pria itu kembali. Inilah yang sering terjadi ketika pria itu kembali. Dia akan menjadi seperti manusia lagi.
Sikap mereka sangat kasar saat berurusan dengannya. Tubuhnya banyak dipenuhi luka. Sangat menyakitkan untuk orang biasa. Dia tidak tau sejak kapan. Dia mati rasa, dia tidak bisa merasakan rasa sakit ini lagi.
Untuk orang lemah sepertinya, ini mungkin selalu terjadi. Mereka yang tidak bisa hidup berdiri dengan kedua kaki mereka akan dilecehkan dan hidup putus asa.
Dia tiba-tiba melihat seekor burung terbang di jendela. Seekor elang dengan burung kecil di paruhnya.
Banyak darah di mulut elang tersebut. Dia sepertinya saling memandang dengan mata sang elang. Memberinya sebuah dorongan.
Bu, dia tidak bisa bahagia di dunia ini.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama dalam hidupnya. Dia tersenyum. Senyum indah diwajahnya yang tidak bernyawa. Dia menyingkirkan pelayan itu dan melompat keluar dari jendela.
Dia tidak pernah tau dimana letak rumah ini. Saat dia melompat dari jendela. Dia terjatuh cukup lama sebelum tubuhnya dengan keras menabrak suatu permukaan basah dan keras hingga akhirnya tenggelam.
Matanya yang lama tidak meneteskan air saat ini basah. Tidak tau apakah air itu keluar dari matanya atau air yang berasal dari luar.
Dia kehabisan oksigen. Dia tidak bisa bernafas. Ingatannya tiba-tiba muncul seseorang. Bukan ayahnya, bukan ibunya, tapi seorang pria lusuh yang di rawat bersama keluarganya sejak kecil. Dia menganggapnya sebagai kakak laki-laki saat itu. Mereka hidup dengan baik sampai suatu hari dia menghilang.
Memikirkannya, dia merasa wajah saudara itu sama dengan pria yang menikahinya.
Dalam kesadarannya yang terakhir, sebuah kelegaan muncul di pikirannya.
Ah, dia baik-baik saja.
Senyum di bibirnya lebih kuat dari sebelumnya. Mereka bilang, ketika seseorang mati, ingatan paling berharga mereka akan muncul. Mungkin itu yang terjadi padanya. Dia lega, senang ketika orang itu baik-baik saja. Tapi, dia tidak bisa bertemu dengannya lagi setelah ini. Dia tidak akan pernah bisa bersama dengan pria itu lagi.
Tidak akan lagi jalan-jalan sederhana di sekitar rumah. Tidak akan lagi pergi mencicipi makanan penutup setiap restoran baru. Tidak akan lagi bersenang-senang ke bioskop atau taman hiburan.
Ah, suamiku... Aku menyukai taman bermain. Aku menyukai ketika kamu menarik tanganku bermain di setiap sudut taman.
Aku menyukai senyum di wajahmu yang kehilangan beban.
Tidak ada masalah. Dia mengingat saudara itu bahagia dengan orang lain. Tidak perlu dia. Sejak awal, mungkin memang bukan dia.
Saat dia menghadapi kematian. Dia merasa dirinya tidak lagi berada didalam air. Matanya yang tidak tertutup sempurna bisa melihat orang itu datang. Dia memeluknya dengan lembut seperti sebuah porselen rapuh.
Tangannya berlumuran darah. Bahkan bajunya tidak terhindarkan. Dia sedikit tidak suka. Sangat kotor untuknya. Itu tidak baik.
"Mir...."
Dia mendengar bisikan kecil dari mulut pria itu.
"Maafkan aku.... Miranda.... Maafkan aku.... Tetaplah hidup, kumohon... Akan ku lakukan apapun.... Kumohon....."
Dia tidak tau kenapa telinganya berfungsi dan mendengar kata-kata pria itu disela-sela tangisnya saat itu. Tenggorokannya sangat sakit. Sudah lama sejak dia bicara.
Dia mengangkat tangannya dengan sisa-sisa terakhir nyawanya. Sepertinya pria itu terkejut ketika tangannya mengenai pipi pria itu. Dia bisa melihat mata pria itu memandangnya dengan heran. Memang sedikit basah. Tapi tidak menjijikan seperti noda ditubuhnya. Dia membuka mulutnya sambil tersenyum.
"Senang.....hidup...."
Pria itu terkejut dan segera meraih tangan Miranda yang jatuh dari wajahnya. Dia yang sedetik tadi menjadi Asura dari neraka saat ini menjadi seorang pengemis kelaparan. Matanya memerah dan menangis. Ini kesalahannya. Ini semua karena dia.
Miranda kehilangan jiwanya. Miranda hidup penuh rasa sakit. Itu semua kesalahannya. Dia tidak pernah berhenti menyesalinya.
Tapi baru saja, apa yang di katakan Miranda.
'senang kamu bisa hidup.'
Dia memeluk tubuh dingin itu dan tidak melepaskannya. Dia tidak ingin orang lain menyentuhnya. Miranda, Miranda-nya sekarang sudah pergi.
Dia tidak memiliki apa-apa lagi. Satu-satunya cahaya miliknya padam. Memandang lautan yang luas. Dia ingin memasuki lautan dan tidak keluar dengan wanita di lengannya. Tapi wanita ini mengingatnya dan mengatakan syukur atas kehidupannya. Tangisnya berhenti. Dia memiliki mata tajam benci. Dia merasa sangat murah untuk membunuh orang itu.
Dia mengangkat tubuh yang sudah dingin dan membawanya pergi. Sebuah tempat tinggal tanpanya hanyalah rasa sakit. Dia tidak ingin meninggalkannya. Dia lelah dengan rasa sakit.