"Wait , wait , wait !" ucap Rachel angkat bicara . "Euh ? Maaf , sebelumnya Rachel ijin bicara . Sebenarnya apa yang kalian bicarakan ?"
~~~
"Chel ! Dua bulan lagi kita akan segera...." Bram yang menggantung ucapannya membuat Rachel semakin penasaran .
Bukan hanya Rachel tetapi Rafa , Rafi dan juga Rio termasuk Leon , mereka mulai mencurigai sesuatu . Apalagi Rafi yang otaknya kontan langsung treveler .
"Bau bau masalah nih ." bisik Rafi yang hanya didengar oleh telinga Rio dan Rachel .
"Sepertinya akan ada perang dunia kelima nih ." balas Rio .
"Sebentar lagi kalian akan menyukai moment ini ." celetuk Leon lengkap dengan senyum devilnya .
"What are you say ?" tanya Rafi . "Apa elo mengetahui sesuatu ?"
"Apakah anda sedang bertanya terhadap musuh anda ?" pertanyaan Leon pun mampu membuat Rafi geram dan seketika hatinya mulai memanas saat Leon bertanya balik .
Bersyukur Rafi masih bisa meredam emosi jiwanya , sebab Rio sedikit melakukan hal yang membuat dirinya dapat mengontrol emosi .
"Membuat acara birthday sekaligus party tunanganmu bersama dengan Leon ." lanjut Bram yang langsung membuat ke empat cucunya membulatkan matanya lebar lebar .
Rachel sontak kaget mendengar jawaban dari Bram yang membuat dirinya emosi seketika .
"WHAT !? TUNANGAN ?"
Emosipun kian memuncak sehingga Rachel tak bisa mengontrol dirinya . Alhasil ia menggebrak meja dengan kedua tangannya seraya beranjak berdiri dari tempat duduknya karena tak bisa menahan amarahnya .
Suasana pun berubah 180 derajat celcius , dari yang biasa sampai luar biasa . Kemarahan Rachel mampu membuat semua orang tercengang dan tak percaya atas sikap yang ditunjukkan oleh Rachel didepan mereka .
"RACHEL TIDAK MAU !" ucapnya membantah sekaligus menolak pertunangan yang akan dilakukan oleh Bram dengan Regar .
"Kamu tidak boleh menolak perjodohan ini , Rachel !" timpah Rere ketus .
"Sayang , tenangkan dirimu nak ." ujar Cellyn dengan lembut .
"POKOKNYA RACHEL TIDAK MAU ! TITIK !" ucapnya menekan . "MAAF ! SAYA KEHILANGAN SELERA MAKAN SAYA . PERMISI !"
Tanpa memperdulikan siapapun , Rachel bergegas pergi meninggalkan meja makan dan segera berjalan menjauh seraya menghentak hentakan kakinya dengan keras .
"Chel ! Mau kemana , elo ?" tanya Rafi yang tidak mendapat respon apapun dari Rachel . Rachel pun berjalan begitu cepat tanpa memperdulikan orang orang disekitarnya .
Sesaat , Rafa pun bangkit dari tempat duduknya dengan tatapan penuh dengan kekecewaan .
"Maaf ! Saya ijin pergi . Saya akan menyusul Rachel ." ucapnya dengan wajah datar tanpa ekspresi .
"TIDAK !" sarkas Rere . "DIAM DITEMPAT DAN KEMBALI MAKAN !" titahnya dengan nada yang menyeramkan .
"MAAF ! SAYA AKAN TETAP PERGI !" ucapnya lagi lalu pergi menyusul Rachel yang sudah tak terlihat di sekitaran lantai VIP.
"RAFA ! DENGARKAN OMA RAFA !" panggil Rere namun teracuhkan .
"Sudah ! Biarkan saja mereka pergi ." sarkas Bram .
Acara makan malampun menjadi sedikit berantakan . Tetapi Bram dan Retno tetap menikmatinya tanpa memperdulikan Rachel dan Rafa .
"Maaf ! Atas sikap dan perilaku cucu cucu saya ." Bram pun meminta maaf kepada keluarga Regar .
"It's ok !" sahut Regar .
"No problem , Pak Bram ." timpah Lydia . "Mungkin Rachel kaget saja dengan acara yang akan kita gelar ." ungkapnya .
"Ya , maybe ." ujar Bram .
"Nanti saya coba bicara lagi dirumah ." Andrea pun ikut nimbrung .
***
Disisi lain , Rachel telah sampai didepan resto mewah tersebut dan segera mencari taxi .
Damn ! Rafa yang sedang mengejarnya terlambat dalam beberapa detik , sebab Rachel sudah menemukan taxinya dan pergi meninggalkan pekarangan resto .
"Rachel !" panggil Rafa seraya melihat taxi yang ditumpangi Rachel melesat dengan cepat .
"Do not go anywhere , Rachel . Come home and don't make me look for you." gumam Rafa lalu berjalan menuju area parkiran dimana tempat mobilnya diparkir .
Rafa memang selalu membela Rachel . Bukan hanya itu , ia juga selalu mengorbankan apapun demi saudara saudaranya .
Sesampainya dimobil , Rafa langsung merogoh sakunya lalu mengeluarkan benda pipih hitam . kemudian membuka lockscreen ponselnya dan membuat satu pesan untuk Rafi .
***
Masih dalam suasana memanas . Rafi yang belum meninggalkan tempat makan , masih duduk tanpa memakan apapun setelah ditinggal kedua saudaranya .
"Bolehkah saya bertanya ?" ucap Rafi mengawali pembicaraan yang dalam keadaan hening .
"Apa tujuan kalian ingin menjodohkan Rachel dengan Leon ? Apa ada kaitannya dengan masalah bisnis ? Atau jangan jangan... ?"
"Ini tidak ada hubungannya dengan masalah bisnis atau kerjaan ." potong Bram dengan cepat . "Eyang memang sudah berjanji sejak Rachel lahir , eyang akan menjodohkannya dengan anak dari keluarga Pak Regar .
"Maaf ! Saya tidak menyetujuinya . Apalagi dijodohkan dengan orang seperti Leon ." ucap Rafi menekan seraya menunjuk Leon dengan dagunya .
"Why ?" tanya Bram heran . "Mereka keluarga terhormat Rafi , siapa yang tidak ingin menjadi menantu dan besanan dengan keluarga Regar ? Semua orang menginginkan itu ." terangnya .
"Tapi Rachel tidak menginginkan perjodohan ini , eyang ." hardik Rafi .
"Kamu tidak perlu ikut campur masalah perjodohan ini . Ini masalah orang tua ." Bram pun akhirnya berseteru dengan Rafi sang cucu .
"Kalau begitu , silahkan kalian lanjutkan makan malamnya ." sindir Rafi lalu beranjak berdiri dan pergi meninggalkan tempat makan yang kemudian disusul oleh Rio .
Retno pun geram dengan sikap ke empat cucunya . Emosinya kian memuncak , tetapi dirinya harus bisa menahan amarahnya .
"Kenapa semuanya pergi ninggalin Rey ?" keluh Rey .
"Rey ? Kamu tetap disini sama Bunda ya ?" ujar Marissa .
"Enggak !" sarkas nya . "Rey mau nyusul bang Iyo ." Rey pun beranjak juga dari tempat duduknya .
"Lucu sekali anak itu ." sindir Retno . " Sudah bisa melunjak dia . Berani beraninya pergi diacara seperti ini ." umpat Retno kesal .
***
Tak lama kemudian , Rachel telah sampai didepan gerbang rumahnya . Ia pun segera keluar dan turun dari taxinya tanpa membayar supir taxi tersebut karena kelupaan .
Satpam rumah pun dibuat terkejut melihat anak majikannya turun dari sebuah taxi dengan wajah yang cukup menyeramkan . Lalu bergegas membukakan pintu gerbang karna tak ingin membuat Rachel semakin marah .
"Non ! Tunggu non !" panggil supir taxi itu seraya keluar dari mobil dan mengejarnya .
Anton yang melihat supir taxi tersebut langsung menghadang dan melarang masuk .
"Maaf Pak ! Bapak dilarang masuk ." ujar Anton , alias satpam .
"Tapi pak , dia belum bayar taxi saya ." ucapnya sang supir .
"Oh ! Biar saya saja yang bayar . Ini..." Anton pun mengeluarkan selembar kertas berwarna merah lalu menyodorkannya kepada supir taxi . "Ambil saja kembalian nya ." ucap Anton .
"Terima kasih Pak ."
Anton pun segera menutup kembali pintu gerbangnya sambil mengumpat karena dirinya harus mengeluarkan selembar kertas merah kesayangannya untuk membayar ongkos taxi Rachel .
"Bisa bisanya non Rachel lupa bayar , mana mukanya nyeremin lagi . Iiihh... ngeri banget dah ." rutuknya .
"Eh tapi kok ? Bukannya non Rachel lagi ngadain dinner ya ? Kenapa dia pulang secepat itu , naik taxi pula ?" Beberapa pertanyaan pun mulai bergulat dalam otak Anton . "Ada apa dengan non Rachel ya ? Aduh ! Kenapa jadi mikirin itu sih ? Ton , Anton ! Jangan ikut campur , Ton . Ingat Ton , kamu itu siapa ?"
Baru saja duduk didalam pos , tiba tiba ponsel Anton berdering sampai mengagetkan dirinya .
"Atatatah ! Aduh ! Ini siapa lagi yang nelpon ? Baru juga mau duduk santai ." ucapnya sambil menatap layar ponsel miliknya .
"Waduh ! Den Rafa nih ."
📞"Halo , Den ! Selamat malam ! Ada yang bisa saya bantu ?" ujar Anton .
📞"Halo pak ! Pak Anton lihat Rachel ? Apa dia pulang ke rumah ?" tanya Rafa menuntut .
📞"Oh , non Rachel ? Baru saja masuk rumah den . Tapi kok mukanya nyeremin ya ? Apa ada masalah dengan non Rachel ?" tanya balik Anton yang kepo .
📞"Gak ada apa apa kok , pak . Yaudah , kalau begitu terima kasih ya , pak ."
***
Waktu menunjukkan pukul setengah 9 malam . Rachel saat ini sedang mengurung diri dikamarnya dan merajuk terhadap keluarganya. Ia enggan keluar saat Rafa dan yang lainnya mengetuk pintu dan memanggilnya sesaat setelah sampai dirumah beberapa menit yang lalu .
Satu hari kemudian setelah seharian Rachel mengunci diri , akhirnya ia keluar kamar juga . Itupun dikarenakan Rachel harus pergi ke sekolah sebab hari ini hari senin .
Saat waktunya sarapan , Rachel memilih menunggu Rafa dimobil yang masih berada dibagasi .
"Rachel sayang ? Sini sarapan dulu nak ." titah Cellyn sang mamih .
"Gak usah , makasih ." jawab Rachel datar . "Bang ? Rachel tunggu dimobil ." lanjutnya terhadap Rafa yang langsung dibalas sedikit anggukan dari abang tertuanya .
"Rachel , kamu dari kemarin belum makan nasi nak . Nanti bisa bisa , magh kamu kambuh loh ." ucap Cellyn khawatir . Namun Rachel mengabaikan nasihatnya .
Semenjak acara malam itu , Rachel memang belum memakan sesuap nasi atau makanan lainnya karena merasa kesal dan marah kepada seluruh keluarganya .
**Disekolah**
Senin pagi berjalan seperti biasa , yang tak biasa adalah kepala sekolah yang sedang memanggil nama Rachel yang minggu kemarin mengikuti lomba bahasa untuk berdiri ditengah tengah lapangan upacara agar diberi selamat oleh seantero warga SMA Antariksa .
Riuh menggema dilapangan upacara pagi itu , tepuk tangan terdengar sangat meriah dengan siulan siulan bersahutan yang entah siapa pelakunya . Rachel berjalan sedikit terseok karena merasa nyeri pada bagian perutnya . Mungkin karena Rachel belum memakan apapun sejak satu hari yang lalu dan memang beberapa hari belakangan ini Rachel tidak teratur pola makannya .
Kepala sekolah pun memberikan sedikit sambutan lalu meyodorkan sebuah piagam dan piala kepada Rachel . Kemudian diikuti oleh beberapa guru lainnya untuk bersalaman dan mengucap selamat .
Panas matahari pagi sungguh sangat menyilaukan mata Rachel , membuat kepalanya sedikit pening . Rachel merasa sudah tidak kuat berdiri , untung saja salam salamannya tidak berangsur lama dan Rachel di ijinkan kembali kebarisan kelasnya .
★★★★★