Chapter 32 - ORANG ITU ?

Selang beberapa menit , upacara pun telah usai . Semua murid kembali ke kelasnya masing masing lalu mengikuti kegiatan belajar seperti biasanya sampai bel istirahatpun berdenting .

Rafa dan yang lainnya segera membereskan buku dan memasukkannya ke dalam tas . Setelah itu pergi keluar kelas menuju kantin untuk menyantap makan siang .

"Chel ! Ayok makan ." ajak Rafa .

"Gak ! Elo aja pergi sana ." usir Rachel .

"Belakngan ini , elo makan cuma sedikit . Ditambah satu hari kemarin , elo gak makan sama sekali . Kalau penyakit lo kambuh begimana ? Jangan buat gue sama yang lainnya khawatir , Chel ." omel Rafa . Tetapi Rachel tak memperdulikannya . Ia tetap tidak ingin pergi dan makan ke kantin .

Jika sedang merajuk , Rachel memang sangat sulit sekali dibujuk sekalipun oleh Rafa . Merasa tak dapat membujuk , akhirnya Rafa mengalah . Ia berpikir untuk meninggalkan Rachel dikelas dan pergi ke kantin dan berniat membawa makanan untuknya sehabis makan siang .

Rachel sangat malas untuk makan , jadi ia memutuskan untuk tidak pergi ke kantin melainkan ke rooftop setelah Rafa pergi meninggalkan dirinya dikelas meskipun perut Rachel tambah nyeri sejak tadi . Namun ia tak menunjukkannya terhadap Rafa .

Sesampainya di rooftop , Rachel hanya duduk duduk santai ditepi atap sembari menikmati angin yang berhembus .

"Kenapa tiba tiba eyang menjodohkan gue ?" pikir Rachel heran . "Bukannya oma juga melarang gue berteman sama siapapun , apalagi sampai ada kata pacaran . Kenapa sekarang malah ingin menjodohkan gue ? Ada apa sebenarnya ?" Beberapa pertanyaan mulai bergulat dalam pikiran Rachel .

"Rachel !"

Terdengar suara seseorang memanggil nama dirinya , akan tetapi Rachel mengabaikannya .

"Gue cariin , ternyata elo disini ." ucap Laura .

Ya , orang itu adalah Laura . Orang yang sedang berusaha dekat dengan keluarga Winata .

"Ngapain elo nyariin gue ?" tanya ketus Rachel .

"Nih , gue bawa makanan buat lo ." jawabnya seraya mendudukan pantatnya tepat disamping Rachel duduk .

"Gak usah sok peduli !" ketus Rachel lagi tanpa menatap atau melirik Laura . Pandangannya terus menatap kedepan . "Mending elo pergi deh ." usirnya secara halus .

"Chel ! Kalau elo punya masalah , elo boleh cerita kok sama gue . Gue siap dengerin dan berusaha bantu lo ." ujar Laura meyakinkan .

"Kalau elo gak mau pergi , gue aja yang pergi ." ucap Rachel yang langsung beranjak berdiri lalu berjalan menjauhi Laura . Seketika Laura pun dibuat cengo oleh sikap Rachel .

Tiba tiba , kepala Rachel mendadak sangat pening dan pandangannya menggelap . Lalu ia mengerjapkan matanya agar bisa fokus menatap lantai . Keringat dingin sudah membasahi kening seiring dengan perut yang tambah nyeri luar biasa .

BRUK !!!

Rachel terjerembab ke lantai sebab tersandung kakinya sendiri . Lutut serta pangkal telapak tangan pun sukses lecet terkena gesekan pasir dan lantai yang kasar .

Lalu Rachel mendudukkan pantatnya diatas lantai dan mengubah posisi lutut yang menjadi tumpuan saat terjatuh . Rachel meringis kesakitan , bukan karena lecet dilutut atau telapak tangannya tetapi karena perutnya yang semakin sakit .

Laura yang melihat kejadian itu sontak panik lalu buru buru menghampiri Rachel yang terjatuh sambil memegangi perut. Keringat dingin mulai membutir lagi dikening bersama dengan wajahnya yang pucat .

"Oh my God , Rachel !" teriaknya . "Kenapa ? Mana yang sakit ? Ayok , gue bantu bangun ." Laura meracau cemas seraya membantu berdiri dan membopong Rachel . Namun mata Rachel seketika menggelap lalu tak sadarkan diri dan membuat Laura hampir terjatuh karena tak bisa menahan badan Rachel .

Laura pun semakin cemas karena tak tahu harus berbuat apa . Sedangkan posisi dirinya berada dirooftop yang tak memungkinkan untuk membawa Rachel seorang diri .

"Gimana ini ? Gue kan cewek , mana mungkin bopong dia ." gumamnya . "Tapi... Mau tak mau gue harus gendong ."

"Rachel !" ucap seseorang yang lalu menghampiri kedua gadis tersebut .

"Hufh ! Syukurlah ada elo ." ujar Laura dan langsung membiarkan seseorang itu memboyong Rachel .

"Kenapa bisa sampai pingsan seperti ini ?" tanyanya .

"Gue gak tahu , Rafa . Tiba tiba dia terjatuh dan pingsan ." jelas Laura .

Tanpa banyak tanya lagi , Rafa segera membawa pergi Rachel dari rooftop menuju ruang UKS .

"Lho , Rachel ? Dia kenapa bang ?" tanya Rafi yang berpas pasan ditangga . Tetapi Rafa tak meresponnya dan membuat Rafi segera mengikutinya .

***

Aroma minyak kayu putih yang menyengat telah menusuk hidung Rachel . Sehingga membuat kesadarannya perlahan mulai pulih . Kepala yang pening membuat pangkal alisnya berkerut saat Rachel mencoba membuka matanya yang berat .

"Gue dimana ? Oh , ternyata di UKS ." tanyanya yang berhasil dijawab sendiri setelah melihat langit langit dirungan tersebut .

Nyyuutt.... Nyeri diperutnya mulai terasa lagi membuat Rachel meringis sesaat setelah bisa membuka mata .

Ia berusaha mengingat siapa yang sudah membawa dirinya ke ruangan UKS . Perlahan ia memijit keningnya karena rasa pusing dikepalanya .

"Mungkinkah Laura yang udah bawa gue ke UKS ? Rasanya mustahil , mana kuat dia gendong gue dari rooftop ke sini ?" pikirnya .

"Udah bangun lo ?"

Suara berat seseorang terdengar sangat familiar ditelinga Rachel . Ia pun melirik ke arah sumber suara tersebut . Berdirilah sosok laki laki diujung samping kaki seraya melipat kedua tangannya didada dengan mata sendu dan penuh tatap tajam seolah dirinya seorang pasien pengidap kanker stadium akhir yang sudah ditunggu oleh malaikat pencabut nyawa .

"Lho ? Bang Rafa ? Sejak kapan lo berdiri disitu ?" tanya Rachel heran .

"Bodoh !" itulah kata kedua yang dilontarkan oleh Rafa .

"Sialan lo ! Gue lagi sakit begini juga masih aja ngatain ." umpat Rachel dengan suara lirih seraya mencoba mendudukan badannya .

"Awh !" ringis Rachel sambil memegang perutnya yang mulai berulah lagi .

"Ow Rachel ! Kamu tiduran aja dulu . Jangan banyak gerak ." ucap Bu Yura , sang perawat disekolah sambil mengobati luka lecet dilututnya .

"Tapi Bu , saya gak mau disini ." bantah Rachel . "Saya ingin ke kelas ."

Mendengar ucapan Rachel , Rafa hanya mengernyitkan alisnya . Berdiam diri keheranan dengan tingkah adik perempuannya itu dan membiarkan Rachel duduk sendiri juga turun dari ranjang matras .

"Biarkan saja Bu ." ketus Rafa . "Dia kan strong , toh dia bisa bangun dan turun sendiri ."

Entah itu pujian atau sindiran , Rafa benar benar tidak membantunya sama sekali . Baru saja Rafa selesai bicara , Rachel merasakan nyeri yang amat sangat luar biasa .

"Awh !" ringisnya sampai terhyung kebelakang dan bersandar di dinding karena tak tahan dengan rasa sakit diperutnya .

Melihat Rachel seperti itu , Rafa pun sontak panik dan sangat khawatir. Ia buru buru menghampiri Rachel dan langsung meraih pundaknya yang sempat ingin terjatuh dan pingsan .

Dengan sigap , Rafa menggendong Rachel untuk yang kedua kalinya . Ia membawanya keluar dari ruang UKS dan akan segera dilarikan ke rumah sakit .

**Rumah Sakit**

Waktu menunjukkan pukul 2 siang . Rachel telah mendapatkan penanganan langsung dari dokter beberapa menit yang lalu setibanya di UGD rumah sakit Medical Centre .

Sebuah jarum infus telah terpasang ditangan Rachel , namun dirinya masih belum siuman . Rafa yang menemaninya sendirian sangat mencemaskan keadaan Rachel seraya menunggu salah satu orang tua dari keluarganya .

Entah itu orang tuanya Rafa atau orang tua dari Rachel sendiri atau juga anggota keluarga yang lainnya .

Beberapa menit kemudian , akhirnya Rachel terbangun dari pingsannya . Ia mencoba membuka matanya dengan perlahan lalu menatap langit langit ruangan tersebut .

Sesaat setelah mata Rachel mengitari atap atap langit , ia menyadari bahwa dirinya sedang berada dirumah sakit dengan pakaian yang saat ini ia kenakan .

"Ck ! Kenapa harus rumah sakit sih ?" umpatnya dalam hati . "Gue kan paling benci sama tempat ini ."

"Selamat siang nona Rachel !" sapa seorang dokter yang baru saja masuk ke ruangan Rachel bersama seorang anak laki laki seusianya yang mengenakan pakaian rapi berjas navy .

Rachel hanya mengerutkan keningnya sambil menatap laki laki yang bersama dokter Bagas seraya mencoba membangunkan badannya .

"O-o-orang , orang itu ?" gumamnya dalam hati .

Ditataplah lekat lekat laki laki berparas tampan itu . Sebab Rachel melihat ada kemiripan dengan orang yang ia kenal .

"Bagaimana keadaanmu ?" tanya dokter Bagas seraya mengeluarkan alat stetoskop lalu menggunakannya guna memeriksa keadaan Rachel . "Kenapa penyakit lamamu bisa sampai kambuh ? Why ? Apa kamu tidak menjaga pola makanmu lagi ?"

Beberapa pertanyaan yang menuntutpun keluar dari mulut dokter Bagas . Beliau memang sangat khatam dengan riwayat penyakit yang diderita Rachel sejak lama . Karena beliau adalah dokter kepercayaan keluarga Winata .

Dokter Bagas pun sadar , bahwa pasiennya tengah melamun dan terus menatap laki laki yang berada disampingnya . Maka , saat dirinya bertanya ia tak mendapat jawaban dari Rachel .

"Menginaplah beberapa hari disini , dan jangan coba coba untuk kabur ." ucapnya lagi menyarankan Rachel sembari pergi keluar ruangan .

Mendengar kata kata yang diucapkan dokter Bagas , Rachel sontak kaget dan tersadar dari lamunannya seraya melihat kepergian dokter Bagas dan laki laki tersebut .

"Apa ? Menginap ?" tukasnya . "Gak ! Gue gak mau disini . Gue mau pulang !" Ia pun berusaha bangkit dan mencoba melepas infusan ditangan kirinya .

"Stop Rachel !" ucap seseorang yang tak lain adalah Rafa . Namun Rachel tak mendengarkannya . "STOOOPPP !" teriak Rafa yang membuat Rachel terdiam dan tak melakukan apapun .

"Gue gak mau disini . Gue pengen PU-LANG !" ketus Rachel menekan .

"Apapun mau lo , i-tu gak ba-ka-lan ngerubah SE-GA-LA-NYA ." Rafa pun mengeja kata katanya .

"Maksud lo ?"

"Elo mau ngelakuin apapun yang menurut lo bakal ngerubah pikiran eyang dan oma , itu salah . Mau sebesar apapun lo berusaha menghindar , mereka tetap bakal ngadain perjodohan itu ." jelas Rafa sangat detail .

"Apalagi sampai lo masuk rumah sakit seperti sekarang ini , itu gak bakalan ngerubah apapun . Mereka tidak akan pernah peduli , perjodohan itu tetap ada Rachel ."

"Terus ? Elo rela gitu , ngebiarin adek lo yang cantik ini jatuh ke tangan orang seperti LEONARDO SIREGAR ?"

"Gak ! Sama sekali gue GAK RE-LA . Udahlah , untuk saat ini elo ikutin aja apa maunya eyang . Nanti gue pikirin sesuatu buat bantu lo . Ini kan cuma tunangan , bukan nikah ."

"WHAT !? Elo bilang cuma tunangan ?"

★★★★★

•••Eummpp ! Kira kira apa ya , yang membuat Rachel tidak ingin dijodohkan ?

Ingin tahu jawabannya ? Jangan lupa stay terus di cerita Sultan Family :) TO BE CONTINUE GUYS !•••