Keesokan harinya , keluarga Winata akan merayakan kemenangan Rachel dengan mengadakan acara dinner bersama seluruh anggota keluarganya disebuah restoran ternama diJakarta .
Restoran bergaya clasic nan elegan yang merupakan tempat makan paling mewah dan hanya dikunjungi oleh kalangan atas adalah salah satu restoran dibawah perusahaan keluarga Winata , yang dikelola oleh Marissa .
Sebetulnya Rachel belum mengetahui acara malam itu , sebab Rachel sibuk dengan acara bazar disekolahnya. Ia pulang ke rumah dimana hari sudah mulai gelap.
"Hufh !" Rachel menghela nafas dengan kasar seraya menyandarkan tubuhnya di sofa yang terletak diruang keluarga .
"Bagaimana acara hari ini sayang ?" tanya Cellyn sang mamih yang menghampiri Rachel .
"Lancar kok ." balas Rachel lesu . "Novelnya juga laku habis ." timpahnya .
Ya , tadi siang di SMA Antariksa mengadakan acara bazar setelah lomba kemarin . Rachel diminta untuk mempromosikan novel yang kemarin ia jadikan bahan lomba presentasi .
Novel berjudul Broken Home yang rilis dua bulan yang lalu oleh penerbit Good Media itu hanya menerbitkan sebelas pcs buku . Satu diantaranya milik Rachel yang khusus dicetak dengan mencantumkan nama Rachel dibagian lembar pertama . Sepuluh buku lainnya Rachel patok dengan harga lebih rendah dari harga yang Rachel beli . Sebab tidak tercantum nama pembeli , tetapi novel tersebut telah disertai tanda tangan penulis secara langsung .
"Ya sudah , kamu mandi gih ." titah Cellyn . "Lalu siap siap , malam ini kita akan mengadakan dinner diluar untuk merayakan kemenangan kamu . Mamih udah siapin gaun untuk kamu ." lanjutnya .
"Apa !? Dinner ?" Rachel pun terkejut dengan ucapan Cellyn . "Kenapa harus dirayain sih Mih ?" tanyanya heran .
"Ini rencana eyang sayang ." terang Cellyn . Rachel hanya mengerutkan keningnya , ia berpikir sepertinya dirinya mencurigai sesuatu .
"Feeling gue gak enak nih !" gumam Rachel pelan seraya beranjak dan pergi menuju kamarnya .
Beberapa menit kemudian , Rachel telah selesai membersihkan badannya . Namun setelah itu , yang ia lakukan hanya rebahan dikursi yang menghadap ke balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya .
"Rebahan aja terus... sampai gendang telinga lo pecah karena teriakan maut oma ." Rafa tiba tiba masuk kamar dan mengagetkan Rachel .
"Astaga bang !" Rachelpun mengusap dada karena terkejut . "Bisa gak sih lo , kalau masuk kamar gue tuh ketok pintu dulu kek , ucap salam kek atau panggil nama gue gitu ." omelnya . "Tok tok tok ! Paket ! Asyiaapp !" cibir Rachel kesal terhadap Rafa .
"Tok tok tok ! Assalamu'alaikum nona Rachel !" ucap Rafa dengan nada mengejek . "Jam segini elo masih aja rebahan . Cepat ganti baju lo , dandan yang cantik ." titahnya lalu beranjak pergi dari kamar Rachel .
Pukul 7 malam , Rachel telah bersiap dengan pakaiannya yang anggun . Malam ini Rachel memakai sebuah dress brukat pendek selutut tanpa lengan berwarna navy , dan juga sepatu higheel hitam dengan tinggi kurang lebih 7cm .
Rambutnya yang dicatok keriting gantung diikat satu dengan menyisakan beberapa helai rambut dibagian depan dikiri dan dikanan sebagaimana style khas remaja .
Dan Rachel pun sungguh sangat terlihat cantik natural dengan sedikit polesan tepung terigu diwajah dan gincu peach dibibirnya ditambah kalung mutiara yang ia kenakan membuat penampilan Rachel sedikit lebih girly dari biasanya .
Lalu iapun segera turun dan menemui yang lain dilantai bawah setelah selesai merias dirinya . Mungkin keluarganya sudah menunggu Rachel cukup lama.
"Nah gitu dong ! Kalau pakai dress kan jadi cantik ." puji Rafi terhadap Rachel yang baru saja tiba diruang keluarga .
Rachel memang jarang banget berpakaian seperti itu , kesehariannya hanya memakai celana pendek dan kaos oblong atau hoddie juga kemeja . Mungkin karena dirumahnya hanya dikelilingi saudara laki laki yang membuat Rachel tidak bisa berdandan seperti gadis lainnya .
"Heh ! Elo pikir , kalau gue gak pakai dress gue berubah jadi ganteng gitu ? Iya kali ?" umpat Rachel kesal dan mendadak cemberut .
Namun keluarga yang lainnya hanya tertawa melihat keisengan Rafi yang slalu saja membuat Rachel kesal . Namun itulah yang membuat keluarga Winata tampak harmonis dan hangat . Bukan hanya terhadap Rachel , tetapi ke isengan Rafi pun slalu ditunjukan kepada keluarga yang lainnya termasuk Bram dan Retno sang eyang dan oma .
Setelah mendapat intruksi dari kepala Sultan alias Bram , merekapun bergegas pergi dengan memakai mobil pribadi masing masing tanpa supir . Bram sengaja membuat aturan untuk para sopir dirumahnya . Jika hari libur kerja , mereka diperbolehkan tidak menemani majikannya pergi keluar kecuali keadaan mendesak . Dan untuk seluruh anak anaknya , Bram memperbolehkan mereka untuk pergi dengan membawa mobil sendiri .
Dalam perjalanan , Rachel merasa gak enak hati . Ia memikirkan sesuatu yang dia sendiri tak tahu apa yang dipikirkannya .
"Bang !" panggil Rachel kepada Rafa .
"Hemm !" jawab Rafa tanpa menoleh dan terus fokus menyetir .
"Feeling gue gak enak nih ." ungkap Rachel .
"Maksud lo ?" tanya Rafa heran .
"Ya... ? Gue ngerasa ada yang aneh gitu . Gini deh , coba kalian pikir ? Eyang kan jarang banget ngajak kita dinner diluar , apalagi ini cuma untuk merayakan kemenangan gue aja . Kalian gak kepikiran sesuatu gitu ?"
"Ah , elo mah terlalu dramatis ." ucap Rafi sambil menyeringai . "Menurut gue mah bagus , jarang jarang lho kita dinner diluar . Palingan kalau ada pertemuan dengan kerabat atau partner kerja eyang atau yang lainnya ."
"Justru karena itu ." timpal Rachel . "Jangan jangan ini bukan hanya sekedar merayakan tetapi ada pertemuan antar kerabat atau yang lainnya ." jelas Rachel .
"Halah , itu mah perasaan elo aja kalik ." ucap Rafi lagi .
"Tapi bang ?"
"Udah gak usah tapi tapian . Buang jauh jauh pikiran nething lo ."
***
Tak butuh waktu lama , mereka telah tiba diresto dan langsung menuju lantai VIP yang berada dilantai 5 . Seperti dugaan Rachel , Rafa sampai mengerutkan keningnya sebab melihat Bram telah memesan meja besar dengan kursi berjumlah 16 buah .
"Lah ? Kenapa meja yang besar ?" tanya Rafa kepada Adriana sang mamah .
"Udah , kamu jangan banyak tanya ." jawab Adriana.
"Tuh kan , gue juga bilang apa ?" bisik Rachel terhadap ketiga saudaranya . "Gue yakin , eyang pasti ngundang seseorang ." lanjutnya dengan penuh keyakinan .
"Tapi siapa yang eyang undang ?" tanya Rafi .
"Udah-udah , kita duduk aja dulu ." timpah Rafa yang tak ingin saudaranya bergelut dengan pikirannya sendiri .
Keluarga Winata pun mengatur posisi duduknya , dan untung saja tidak ada aturan dalam memilih tempat duduk . Mereka dibebaskan untuk duduk dimana saja dan tak harus perkeluarga .
Kalik ini Rachel memilih duduk ditengah tengah antara Rafa dan Rafi , yang memang mereka membuat satu barisan khusus anak anak saja . Dan mereka pun bingung dengan 2 kursi kosong dibarisan mereka dan 1 kursi kosong berada diantara barisan anak anak juga barisan para orang tua mereka .
Setelah mereka menunggu kurang lebih 5 menit , akhirnya keluarga yang ditunggu tunggu oleh Bram tiba juga .
"Hallo Pak Bram !" sapa seseorang dengan suara yang berat menandakan ciri dari seorang bapak bapak . Lalu orang itu berjabat tangan dan saling menyapa .
"Selamat malam Pak Regar !" balas Bram lengkap dengan senyum dan tawanya .
Mendengar nama Regar , ke empat cucu Winata tersebut terlonjak kaget apalagi Rachel . Ia membelalakan matanya sampai mau copot dan keluar dari kandangnya dengan mulut menganga .
"Kalau eyang mengundang keluarga Regar , berarti..." Rachel pun menggantung ucapan nya dan tidk menyelesaikannya karena Rafa Rafa dan Rio tahu dan paham apa yang dimaksud oleh Rachel .
Rachel pun mengumpat pelan dan berubah mendadak menjadi kesal sampai mengerucutkan bibirnya . Sebelum dinner dimulai , Rachel sudah kehilangan selera makannya . Sebab dirinya merasa benci sekali terhadap keluarga Regar terlebih Rachel membenci salah satu anaknya yaitu Leonardo .
"Aduh ! Maaf sekali pak Bram harus menunggu lama . Jalanan macet , tahulah jalanan di Ibukota seperti apa ?" ucapnya meminta maaf yang langsung dibalas gelak tawa oleh Bram .
"Ya sudah , silahkan duduk Pak Regar ." titah Bram mempersilahkan seraya menunjuk kursi kosong tepat diseberang dirinya . Regar pun menurutinya dan langsung diikuti oleh sang istri juga anaknya . Mereka juga tak lupa menyapa anggota keluarga yang lainnya termasuk Rachel cs .
Tak lama dari itu , makanan yang dipesan Bram pun telah sampai dan langsung dihidangkan oleh seorang pelayan . Setelah makanan dimeja komplit , mereka semua segera menyantap hidangannya usai berdoa .
"Oh iya ! Rachel , selamat ya ." ucap Regar basa basi memberi selamat . "Katanya kemarin kamu mengikuti sebuah lomba dan mendapat juara pertama se Jakarta ." sambungnya . "Kamu hebat sayang ." Rachel pun terpaksa senyum dan mengucap terima kasih kepada Regar .
"Wah ! Rachel itu , sudah cantik , baik , pinter lagi ." Lydia pun ikut nimbrung sambil memuji Rachel .
"Iya dong ! Siapa dulu bapaknya ." timpah Andrea sombong yang langsung diakhiri dengan tawa dan canda dari semua orang .
"Bagaimana kalau kita percepat saja ?" saran Lydia yang langsung membuat kelima cucu Winata terdiam membisu dan tak mengerti arah pembicaraan orang tua tersebut . Keluarga Winata hanya tertawa mendengar ucapan Lydia termasuk Bram dan Retno .
"Bukannya usia Rachel sebentar lagi 17 tahun ?" timpahnya lagi . "Bakalan seru kayaknya , satu hari dua acara ."
Perkataan Lydia lagi lagi membuat pikiran Rachel bergulat dengan pertanyaan pertanyaan yang mulai muncul diotaknya .
"Wah ! Ide bagus tuh ." seru Bram seraya mengunyah makanan dalam mulutnya . "Bagaimana menurutmu , Andrea ?" lanjutnya bertanya kepada ayah dari cucu perempuannya itu .
"Haha... Saya sih terserah anak saya ." ucapnya sambil mengulum senyuman dan beralih menatap Rachel yang kebetulan duduk diseberangnya .
"Wait , wait , wait !" ucap Rachel angkat bicara . "Euh ? Maaf , sebelumnya Rachel ijin bicara . Sebenarnya apa yang kalian bicarakan ?" Rachel pun memberanikan bertanya walaupun sejujurnya ia sedikit memahami arah pembicaraan kedua keluarga tersebut .
Namun pertanyaan Rachel malah mengundang tawa bagi anggota inti keluarga Winata dan juga keluarga Regar . Rachel pun semakin bingung terhadap tawa mereka .
"Chel ! Dua bulan lagi kita akan segera...."
★★★★★