Chereads / When Love Comes to Me / Chapter 2 - Tetangga baru

Chapter 2 - Tetangga baru

Minggu Pagi.

Kulihat mobil box terparkir dirumah sebelah. Betapa antusias kak Edo menghampiri rumah yang bersebelahan tanpa berbatas tembok ataupun pagar, karena begitulah tatanan halaman dikawasan estate itu.

Ia terhenti tepat di halaman depan saat seorang pria bule bertubuh kurus dan tinggi menghampirinya. Rambut pria itu coklat dan lurus sebahu. Rambut terikatnya dibiarkan terlepas sebagian. Ia sibuk membantu memindahkan barang.

Ia adalah kak Zac. Sahabat lama kak Edo saat masih sama-sama di International School kawasan Jakarta. Tidak jelas bagaimana prosesnya, tapi kini Kak Zac lah yang menempati rumah kosong disebelah rumah kami.

"Kak Zac. Haaiiiii!" pekik ku kesenangan melihat sosok yang ku kenal sekian lama kini berada dekat dengan kediaman kami , "Long time no see ... "

Aku melambaikan tangan dari atas balkon saat Kak Zac tak sengaja melihatku sedari tadi berdiri memperhatikannya. Ia nampak masih meraba namaku dalam ingatannya.

"Oh hai ... mmm ... " balas Kak Zac, sambil melirik Kak Edo sejenak kode minta bantuan jawab "Suzie??!." lanjut Kak Zac, menjentikan jarinya.

"Iyaaa ... Susan ... Suzie, ya apalah! Kakak pindah sini??" sautku dengan senyum lebar.

Kak Zac tersenyum dan hanya menganggukan kepala karena sedang menyimak kata-kata Edo yang berada didepannya dan kembali fokus berbicara.

Kak Zac adalah sosok kakak Idaman bagiku. Bukan hanya ramah tapi sopan, tidak kaku dan lebih terlihat santai dan penyabar dibanding kakakku.

Bola matanya yang biru terang salah satu alasanku ingin sekali menukar kak Edo yang konyol dan pemarah itu dengannya.

'Asik kak Zac! Asik kak Zac disini!' gumamku dalam hati sambil berjalan kembali ke dalam kamar. Kuraih ponsel di meja dan semangat mengetik pesan.

*Pov author

Susan [ Ada tetangga baru dong, 'Dic! ]

Pesan masuk Dicky meraih ponselnya dibawah bantal masih berguling dan bermalas-malasan di atas tempat tidur.

Dicky [ Siapa? Cantik atau Ganteng? ]

Susan [ Gantenglaah ... , iri bos ? ] emot love-love.

Dicky [ Ah ... gak seru! Bye! ]

Meski gengsi, rasa penasaran menggugahnya bangun dan mengendap - endap dibalik jendela kamar mengintip ke arah depan rumah Susan.

Tidak terlihat aktifitas dari siapapun, hanya mobil box yang parkir mundur dan lalu keluar menjauhi lokasi rumah tadi. Dicky pun kembali acuh dan lanjut bermalas-malasan.

***

Hari itu, Susan menghabiskan waktu bermain ponsel, sosial media dan menonton video-video konser musik kesukaannya. Tak ia gubris pesan dari Dicky yang mengajaknya keluar rumah, sekedar nongkrong di kafe area terdekat atau alih-alih ke mini market saja.

Dicky [ Ey! Kenapa gak dibalas?? ]

Dicky [ Lagi apa sih? sibuk ngapain. kamu kan gak keluar rumah dari tadi!! ]

Pesan masuk berurutan hingga akhirnya membuat Susan kesal.

Susan [ Besok-besok pasang Cctv ya 'Dic ... biar kalo aku lagi di WC jadi kamu tau juga! ]

Dicky [ Ishhh ... Pantas! baunya sampai kemari woy! ]

Susan tidak membalas pesan itu lagi karena sedang asik nonton drama korea di hamparan karpet sisi tempat tidurnya.

****

Malam itu. Sekitar pukul tujuh Susan turun ke lantai bawah area keluarga. Puas-puasan dengan marathon drama korea, perutnya mulai tidak kuasa menahan lapar. Tidak nampak kali itu kakaknya yang biasa sibuk dengan game dan makanan yang selalu sedia di meja makan.

'Yah. Aku lapar ini lho. Dimana Kak Edo ya?' pandangannya menyapu seluruh ruangan tapi tidak ditemukan sosok menyebalkan itu.

'Apa-apaan ini jam segini belum ada makanan, dari tadi aku diatas kelaparan dia tidak muncul menawarkan apa-apa. Hiiiissh ... liat saja dia itu, akan kulaporkan ke Mama Papa nanti !' gumamnya dalam hati.

Tidak biasanya Kak Edo menghilang tanpa bertanya, atau minimal mengirim pesan ke Susan menawarkan makan malam saat orang tua mereka berada diluar kota. Itu sudah amanat sang Mama. Pokoknya tanggung jawab kak Edo semua.

Susan berpikir sesaat. Mengambil ponsel disakunya, berjalan lalu lalang disekitar ruangan menghubungi Kak Edo yang ternyata berada di rumah sebelah.

'Tetangga baru?? Ah, ya. Pasti sama kak Zac ini! Hooo Senangnyaaa!' ucap Susan dalam hati

****

*Rumah kak Zac

Tokk ... Tokk ... Tokk

"Permisiiii ... Kaaaak ... Kak Zaaac ... Ini Susan !" mirip intonasi kurir paket.

Sesaat kemudian terdengar sautan kecil dari dalam rumah itu dan pintu terbuka perlahan.

"Yes??" sambut suara halus seiring pintu yang terbuka.

'Kalau saja ini di film-film sudah pasti ada paduan suara dan bunyi kicauan burung berterbangan. Atau segerombol penari india yang muncul dari balik pohon dan tiang' Susan berimajinasi

Nampaklah kini didepannya sosok pria dengan mata biru yang dalam dan wajah yang tampan, senyum ramahnya membuat suara Susan tertahan beberapa detik lamanya menatap si pemilik sautan tadi.

"Yess?? are youuu ..., okay?" tanya Pria itu terheran sambil mengulang pertanyaan.

Sontak Susan mundur selangkah. Gugup hingga menjawab gelagapan.

"Aa--ahh ... I—Iyyess, Zac! Kak Zac, here?" tanya Susan canggung dengan bahasa inggris yang kombinasi.

" Yeah, sure ... come in ... !." ajak Pria itu, mengibaskan tangannya mengajak masuk.

'Kemana kita? tour rumah? yuk deh, tampaaan hehehe ... ' pikir Susan konyol dalam hati. Macam baru lihat pria tampan sesuai kriteria.

"Oh. okay, Hmm ... kak Edo, ada ya?" Susan mengulang basa-basi.

Pria itu berjalan masuk mengantarku ke dalam rumah untuk menemui kak Edo, tiba-tiba ia berbalik tersenyum mengulurkan tangan mengajak berkenalan.

"Ow. Emmmm, Eli. by the way." jawab Pria itu mengajak berjabat tangan.

'Yah! Eli namanya' gumam Susan dalam hati. Menyambut jabat tangannya.

"Eh, Susan."

Saat berjalan menuju ruang TV nampaklah si kakak lupa diri.

"Oy! sini San!" ucap Kak Edo dengan mulut terisi makanan.

Terlihat kakak nya sedang menikmati sesuapan besar pizza ditangannya, sambil duduk bersila di karpet bersama kak Zac.

'Oooh pantes lupa sama adiknya ... bagus ya enak-enak sendiri!' ucap Susan dalam hati. Dalam arti, tau ada yang tampan disini ajak-ajak laaaah.

"Hmmm ... aku nunggu kabar lho dari tadi, disini asik numpang makan!." ucap Susan sambil berkacak pinggang.

Eli tersenyum menepuk lengan Susan dan mengajak ikut duduk dikarpet bersama Kak Edo dan Kak Zac.

'Aaww ... aku tersentuuuh! aku kotoooor! hehehe ... ' ucap Susan dalam hati yang mulai lebay.

Mereka ber-empat bercakap-cakap dari perkenalan, serta segala basa-basi yang tidak penting. Bercanda dan lanjut pada pembicaraan serius mengenai pekerjaan Kak Edo dan Kak Zac.

Adik-adik cukup dengarkan saja kalau soal itu. Meski tidak henti-hentinya hati Susan berdesir hangat kala berada dekat dengan Eli.

Sesekali hatinya berdebar melihat sorot mata Eli yang berkedip melirik kearah Susan ataupun yang lain.

'Bulu matanya bagus, matanya bagus, mukanya baguuuss!' Susan memuji dalam hati.

'Fix. Gak usah tukar kakak, kak Zac jadi iparku saja, Ooh calon suamiii kemana saja kau baru muncul.' masih terus Susan bermonolog.

Usai menikmati Pizza dan saling bertukar cerita. Susan dan Kak Edo pamit untuk pulang ke rumah.

Eli berjalan mengantar sambil mengajak ngobrol seadanya. Terutama pada Susan yang wajahnya sudah merona sejak dari dalam tadi.

"Aaa ... besok, kamu ada jam kuliah?." ucap Eli, melipat tangannya didepan dada.

"Oooh, itu! eeeeh Ya kuliah sih ... tapi bisa diatur lah, ada apa ya?." ucap Susan dengan gugup mengangkat alisnya.

"Tidak, tidak apa-apa." jawab Eli, tertawa kecil.

"Ooh, ya. Oke hehehe."

'Amsyong dia cuma nanya lho.' Susan salah tingkah dalam hati.

Susan dan kak Edo berjalan lagi menuju rumah. Tiba-tiba Eli berbalik memanggilnya kembali.

"Ehm ..., Suzie!! besok aku boleh kerumah ya?" Eli tersenyum ramah dari kejauhan sambil melambaikan tangan.

"Oooh iya iya, boleh lah ..., besok ya!". jawab Susan cepat.

Susan yang kikuk terburu-buru cepat masuk kerumah, diikuti kak Edo yang memperhatikan Susan sambil menggelengkan kepala.

'Idih!' ucap Kak Edo dalam hati

Tanpa mereka sadari, dari kejauhan di seberang rumah sosok pria bongsor sedang mengamati kejadian barusan dari balkon kamarnya lalu bergegas mengetik sebuah pesan.

Dicky [ Oooh pantas, jadi sibuk numpang ke WC dirumah tetangga ya San? ]

Dicky [ Kalau mau numpang kerumahku saja, kalau perlu seharian numpang mandi disini! Gratis! ]

Dicky mulai tidak sabar karena pesan beruntun hanya dibaca tapi tidak dibalas sedikitpun.

Sekalipun Dicky marah kali ini. Susan tau Dicky tidak akan pernah bisa berlama-lama marah. Susan sangat mengenal sosok Dicky yang selama ini memang sabar menghadapi dirinya.

Dicky memang selalu mengalah atas sikap Susan yang seringkali dingin dan acuh. Meski tidak terjadi pertengkaran apa-apa atau bertengkar sesekali mirip tom and jerry, memang sudah cara pertemanan mereka seperti itu.