Chereads / When Love Comes to Me / Chapter 7 - Kau milik ku

Chapter 7 - Kau milik ku

'Aku terlelap saat mobil mulai melaju cepat di jalur tol jagorawi saat itu, yang kuingat terakhir kali adalah kenyamanan sentuhan belaian tangan Eli dirambutku yang menggiringku cepat masuk ke mimpi yang dalam, melepas lelah atas segala yang kualami hari ini'

'Eli tau betul aku berusaha untuk tetap terjaga dalam perjalanan. Dengan mudah aku terhipnotis kehangatan yang tersampaikan melalui uluran tangannya dikepalaku saat itu'

'Tidak berusaha mencari kesempatan dalam kondisi duduk berdua dibelakang, kami tetap dalam posisi berjarak dimasing-masing tempat, pria ini menjaga kesopanan untukku'

'Tanpa terasa perjalanan melaju sangat singkat, bahkan aku sendiri tidak tau apa yang masuk ke dalam mimpi itu. Hanya saja ketika aku bangun ada bekas aliran airmata mengering yang membuat kulit pipiku agak sedikit kaku'

Susan kaget membelalakan mata dan kembali berusaha duduk tegak mengembalikan kesadaran pikiran lagi pada situasi yang dilihat saat ini, masih di dalam mobil mereka ber-empat kini sampai dilokasi yang dituju.

Kendaraan kami merapat pada parkiran sebuah Resto dan Cafe.

Melirik jam tangan sudah menunjukan pukul 9.00 malam, tapi baru ia sadari hawa didalam mobil ini menusuk dingin di kulitnya sehingga berulang kali Susan mengusap-usap lengan agar merasa lebih hangat.

Susan melihat keluar jendela kabut yg mulai turun menebal disekitar pohon pinus.

'Kami di puncak pass'

"Ahh ... maaf aku lupa sesuatu," Eli mengambil sweater yang tergantung di belakang sandaran kursi mobil." Pakailah ... " meloloskan sweater itu ke kepala Susan dan segera Susan memakainya.

"Kita di puncak ya??" masih melihat ke sekeliling.

"Yaaa ... (Yaaa ... )." nyaris serempak mereka menjawab, dengan intonasi yg berbeda.

"Tau begitu aku pakai baju tangan panjang tadi"

"Sudah kamu pakai sweater itu aja, bagus ... , Lucu." Eli tersenyum dan mengusap hoodie yang terpasang di kepala Susan, Sweater yang ukurannya membuat tubuh Susan tenggelam karena besarnya.

Mobil sudah berada di posisi parkiran, mereka keluar untuk mencari lokasi tempat duduk yang ternyaman di Resto itu.

Jajaran saung-saung yang berdiri diatas kolam buatan menjadi pilihan mereka.

Seorang pramusaji berkemeja batik menghampiri mereka menawarkan menu dan mencatat beberapa pesanan, sembari menunggu pesanan datang Susan merogoh ponsel dalam tas nya lagi.

Baru saja ia mencoba menyalakan tombol power, tangan Eli menutupi tangan Susan yang sedang memegang ponsel.

"Jangan ya? jangan kau hidupkan. Boleh?" Eli meminta dengan cara halus. Memandang dengan mata biru nya yang dalam.

"Ehh iya iya ... " Susan seakan tidak bisa menolak tatapan penuh arti dari Eli yang meminta hal itu kedua kalinya.

'kenapa sih?' Susan tidak berani bertanya banyak hanya saja alasannya pasti sangat penting kenapa Eli berulang kali melarangnya mengaktifkan ponsel.

Hidangan tiba dan mereka makan malam bersama dengan aura kedaerahan yang kental.

Alunan musik gamelan sunda membuat suasana semakin terasa ramah di telinga.

Menu-menu ke daerahan lah yang kami pilih, Eli memilih mencoba ketimbang tidak tau rasanya makanan khas Jawa Barat kali ini, karena dia yang googling tempat itu sebelumnya.

Tidak aneh dia memilih jurusan Ilmu Budaya, dia sudah terlanjur jatuh cinta dengan Indonesia.

Selesai makan sekaligus menghindar dari asap rokok, karena kak Zac dan kak Edo yang sedang merokok saat itu, Eli mengajak Susan berkeliling di area Resto tersebut.

Ada beberapa taman yang digunakan sebagai taman ramah anak disertai beberapa permainan ala taman kanak kanak.

Malam senin ini tidak terlalu ramai pengunjung. Sehingga bisa leluasa memakai fasilitas mainan disitu.

Susan memilih ayunan anak-anak.

"Dingin sekali lho ini ... kamu gak apa-apa kalau aku yang pakai sweatermu."

"Gak apa-apa ... " mendorong pelan ayunan yang dinaiki Susan.

"Oh ya, aku lupa tanya. Gimana soal kemarin? aku pikir ... kamu akan pulang lebih lama, habis susah sekali hubungi kamu"

"Ada pekerjaan mendadak."

Susan membisu mendengar jawaban Eli, susah sekali bicara dengan pria yang bicaranya irit seirit dompet akhir bulan.

"Hari ini hari yang berat ya ... "

Sejenak Susan terpaku mendengar pertanyaan Eli yang ambigu ditelinganya. Susan setengah menoleh ke belakang dan kembali memandang ke depan.

"Tidak tau."

'Ayoo ... kubalas jawab irit seirit bensin subsidi, mau apa kamu!' Susan bermonolog.

"Mimpi apa tadi?"

"Tidak tau"

Tangannya berhenti mendorong ayunan, berjalan maju dan berdiri di depan Susan.

Susan mendongakan kepala.

"Kamu menangis tadi selama tertidur"

Eli memperhatikan ekspresi Susan dalam-dalam, kemudian duduk diatas rumput taman sambil memeluk lututnya. Menghadap ke Susan yang duduk di bangku ayunan, ia masih memperhatikan ekspresi.

"Tau darimana aku menangis? aku saja tidak tau aku mimpi apa." ucap Susan dengan nada acuh.

"Hahaha ... " Eli tertawa kecil "meski ada suara musik di mobil tapi suara seguk tangisanmu bisa kudengar" tambah Eli.

'Wah wah Clark Kent (Superman) apakah itu kau' Susan

"Ya terus kenapa?"

'Orang nangis didiamkan saja, peluk kek! hehe! Uuuuhh ... Hormon yang kamu lakukan itu jahat!' Susan bermonolog.

"Ya ... makanya kutanya kau mimpi apa, memangnya aku harus bagaimana hahaha..., Peluk??" Eli tertawa.

'Tidak semudah itu ferguso! bisa pulang tinggal nama nanti, kakakmu eksekutor begitu.' batin Eli, tertawa kecil dengan lintasan pikiran tadi.

"Sudahlah cuma mimpi ... aku harap begitu ... " Susan tertunduk memandang kedua tangannya yang tergenggam karena dingin.

Eli meraih tangan Susan.

Susan terhenyak. Sigap menatap balik Eli yang dari setadi belum berhenti duduk memandanginya.

"Lain kali ... jangan melewati masalahmu sendiri lagi. Kalau kamu izinkan ... aku bersedia menjagamu"

'Si gombal sibuk merangkai kata ini. sebentar lagi dia bilang cuma bercanda' Susan

"Mau jadi bodyguard maksudmu? hahaha ... ."

"Aku tidak sedang bercanda ,Sue" Eli menatap lebih dalam lagi.

'Ehhh benar dia Clark Kent (Superman)' Susan

"Memangnya kamu satpam! Hahaha... " tertawa canggung. nampaknya Susan sudah salah mencandai maksud Eli saat ini.

'Loh loh dia tidak tertawa! bagaimana ini ... tanganku jadi kaku begini' Susan

"Kau mengerti maksudku kan?" kini kedua tangannya menggenggam lebih erat lagi.

"Hm?"

'Aduuuhh susah sekali ucapkan yang jelas dong' Susan

"Hahaha ayolah ... aku bukan tipe orang yang pandai menyatakan cinta, atau ... ah, maaf aku tidak tau kau punya pacar atau tidak."

"Cinta? Oh, hmm ... jadiii ... maksudmu kita ... " ucap Susan mengira-ngira.

'kembang api mana kembang api' canda Susan dalam hati

Eli maju lebih dekat dan mengangguk kecil.

"Jadi bagaimana?" tanya Eli sambil tersenyum. "Kalau kau mau kita bisaaa ... Yah ... Kau mengerti maksudku kan? Menjalin hubungan"

"Eeeh Pacaran atau ..."

'Uh, susah sekali menjelaskan. Dia pura-pura atau tidak paham' Eli bermonolog

"Ya apalagi hahaha " Eli tertawa canggung.

"Itu ..." Susan menjawab ragu. Sedikit shock tiba-tiba menemui situasi seperti ini dengan orang yang belum lama dikenalnya.

"Kau sudah punya pacar ya? Maaf kalau begitu, aku lupa bertanya hahaha" Eli semakin canggung.

"Tidaak tidak" Susan membalas cepat takut kehilangan kesempatan.

"Kalau tidak yaaa tidak apa-apa aku mengerti kok, mungkin ... " Eli hendak melepaskan genggaman, tapi Susan menahan tangan Eli.

"Aku mau kok! aku mau! Tidak, eh ... Maksudnya ... Aku tidak punya pacar. " memotong cepat. Takut rugi melewati kesempatan emas.

"So ... ?" Eli tersenyum dengan sederetan giginya yang putih dan rapih.

"Yes" Susan mengangguk pelan dan menatap malu.

"Thank you" Eli bangun dari duduknya, meraih dagu Susan dan menatap lekat.

Kemudian, Eli mendekatkan wajahnya ... sangat dekat ...

Jauh lebih dekat dengan jarak yang sangat tipis hingga Susan memejamkan mata ...

Cup!

Dia mencium pucuk kepalaku!

'Aaaaa perutku ngiluuu...' Susan bermonolog 'Gagal sudah harapan first kiss. eh, mengharap apa barusan'

"Aduh!" Susan menekan mengusap usap perutnya sendiri.

"Kenapa?? kamu sakit?" Eli mengernyitkan dahi terlihat khawatir.

"Gak ... gak ... gak apa-apa ... uh ... sshhhh ... " mendesah pelan Susan menahan ngilu diperutnya.

"Ya sudah kita kembali kesana, nanti kau malah tambah sakit" meraih lengan Susan, memapahnya untuk bangun.

Sekilas Eli tersenyum memandang kekasih baru disampingnya. Mereka berjalan kembali menuju saung tadi.

****

Saat mereka berdua berjalan mendekat menuju saung, Eli yang masih melekatkan rangkulan tangannya di bahu Susan dengan cepat melepasnya kembali ketika si Singa lapar menatapnya tajam dari jarak beberapa meter didepannya, Kak Edo!

"Darimana kalian?!" tanya kak Edo ketus seraya menghembuskan asap rokok.

"Aaa ... keliling ... jalan-jalan saja ... apaan sih" jawab Susan

Kak zac menepuk-nepuk punggung Kak Edo sambil tertawa lebar.

"Hahaha ... Edo ... , bro! adikmu bukan anak sekolah lagi ... dia sudah dewasa. Biarkan saja mereka mau kemana, urus saja dirimu sendiri, Hahahaa"

"Ini sudah malam, Bro. Mojok kemana kalian?" tidak mengindahkan ejekan kak Zac.

"Ya ampun, kak Edo ... segitunyaaa"

"Adikmu pulang dengan utuh kok Edo, percayalah ... " Eli menambahkan.

Kak Edo tidak menggubris ucapan Eli. masih menghisap rokok memandangi Susan dan Eli.

"Ya sudah, kita pulang yuk. Besok hari kerja, kau masuk kan, 'Do" Kak Zac memecah suasana,

"Hm! ya sudah ayo."

Eli berbalik pergi ke dalam Resto menuju kasir, kami bertiga berjalan ke arah parkiran mobil menunggu Eli menyelesaikan transaksi.

"Susan! kamu duduk di depan atau Eli yg di depan!" Kak Edo bernada ketus.

"Ah, terserah kau lah! tapi masa aku menemani Kak Zac!"

"Ya pokoknya begitu!!" tegas Edo.

Eli datang menghampiri mereka bertiga yang masih berdiri disamping mobil.

"El, kau depan ya" kak Edo.

"Aaaa yaaa, Ok!" sekilas memandang Susan. "Aku yang menyetir saja!"

"Memangnya kau tau jalan?" kak Zac menambahkan.

"Aku depan!" Susan menjawab cepat "Aku menjadi petunjuk jalannya!"

Kak Edo mendelik menatap Susan. Kak Zac tertawa lagi.

"Serious, bro! it's okay. Mereka cuma duduk didepan, Eli kan mengemudi... Hahaha"

"Tau nih! minggir!" mendorong kak Edo untuk menyingkir dari samping pintu depan mobil.

Kak Zac melemparkan kunci mobil ke arah Eli dan Eli menangkapnya.

'Selama perjalanan Kami berdua merasa diawasi singa lapar dibelakang kami, sesekali cuma berani saling menatap dan tersenyum dikala mobil terhenti dilampu merah atau saat jalanan kondisi macet'

****

Sementara itu ...

Seorang pria sedang duduk di balkon duduk bersandar pada pintu yang tertutup, dia menunggu ...

Masih menunggu calon kekasihnya ...