'Sejenak ku menepis banyak pertanyaan dihatiku. Apakah ini hanya kebahagiaan instan yang diturunkan sebagai bonus buah kesabaran menunggu cinta sejati? bukan cinta yang dijalani karena kebutuhan status hubungan masa pencarian jati diri yang beberapa kali mampu menipu perasaan sendiri? '
'Entahlah, rasa percaya diri seakan sekejap menjatuhkanku dan mengangkatku tinggi dalam satu waktu. Memunculkan logika-logika yang tidak adil pada perasaanku, mengganggu bertubi-tubi dengan pertanyaan tentang ketulusan pria yang berada disampingku saat ini' Batin Susan
Susan menoleh lagi ke arah wajah disampingnya yang tengah fokus mengemudi dalam perjalanan pulang malam itu.
'Tampan sekali ... aura wajahnya yang dingin seperti itu terkadang bisa sekejap berubah hangat saat ia tersenyum, benar-benar seperti dispenser'
Susan tersenyum-senyum dengan permainan pikirannya.
'Santunnya kata dan sikap Eli kepada semua orang benar-benar bisa membuat siapapun tergila-gila. lebih gilanya lagi ... sekarang dia milikku'
Susan tersipu malu memandangi Eli.
'Tidak ada keunggulan yang kumiliki dibandingkan dengan semua wanita cantik di luar sana, kenapa ia memilihku saja aku tidak tau, terlebih kami baru saja kenal dalam waktu seminggu, apa ini pacaran coba-coba ala orang Asing?' batin Susan
Tidak banyak percakapan antar manusia dalam mobil saat itu karena mereka masing-masing sibuk dengan aktifitasnya.
Susan mencoba mengintip perlahan kearah belakang kursi mobil. Melihat kak Edo yang tengah sibuk memainkan ponselnya.
"APA?!"
Susan tersentak mendengar suara kak Edo yang menggelegar dalam ruang mobil itu.
"Gak! gak apa-apa!" Susan dengan cepat membalikan kepalanya ke arah depan lagi.
'Apa pria-pria ini punya kekuatan super ya sempat-sempatnya ngeh padahal dia lagi asik memainkan ponsel' Susan
Susan menoleh kearah Eli yang tidak bergeming akan suasana masih tetap fokus pada kemudinya.
'Eh kamu, tunggu ya! ku acak acak nanti wajah dinginmu yang menggemaskan itu' Susan
"Apa?!" Eli bertanya datar tanpa menoleh.
'Nah kan, mereka pasukan Superhero' Susan
"Nothing ... hehe! "
"Oh iya. Si Dicky tadi lupa gak kamu ajak ya 'San?" tanya Kak Edo bertanya lagi dengan nada tanpa dosa.
"Ehhh ... Ya nggak lah ... kan bukan aku yang punya acara" bantah Susan canggung.
Susan tidak berani sedikitpun menoleh ke arah Eli, mengingat ponselnya sendiri saja tidak boleh diaktifkan.
Eli seperti tidak terlihat terganggu oleh pertanyaan itu, tapi yang kulihat pada speedometer, menunjukan laju kendaraan ini berubah lebih cepat dari sebelumnya.
"Dicky itu siapa?" kak Zac memajukan badan dalam posisi duduknya ke tengah mencari informasi antara Susan dan Edo.
"Oh, kalian belum kenalan ya? Eh El, kau juga belum kenal ya?" menepuk pundak Eli yang tidak bergeming.
"Eh ... ,Ya! " Eli menjawab datar mengigit bawah bibirnya sendiri.
"Hhhhhsss ... Kaaak ... " Susan mulai risih sambil menoleh sedikit ke arah belakang.
TIIIiiiiiiiiin...!!!!
Eli menginjak gas dan membanting kemudinya menyalip pada kendaraan didepan yg muncul tiba-tiba dari arah samping, kami semua tersentak.
"Hhhhh ... sshhtttt" Eli mengumpat pelan, bahkan saking pelannya hanya terdengar tipis pada gerakan bibirnya.
'Aduh si Bodoh ini bisa berhenti celoteh tidak sih!!' Susan kesal pada kak Edo
Senyap terhenti ... tidak ada percakapan lagi.
Lajur kiri kanan jalan tol sudah mulai terlihat bangunan-bangunan tinggi dengan lampu-lampu yang gemerlap pertanda kami sudah memasuki kawasan ibu kota lagi.
****
Pukul 01.00 dini hari. Memasuki kawasan komplek rumah kami yang memang selalu sepi dengan lalu lalang penghuninya sendiri.
Mobil mengarah masuk ke pelataran rumah Eli dan berhenti.
"Stay there!" Eli membuka sabuk pengaman dan bergegas keluar.
'Mau apa dia?' Susan memperhatikan arah Eli berlari kecil kembali ke arahnya.
Clek!
"Welcome home, Princess ... !" Eli membukakan pintu dan meraih tangan Susan untuk keluar mobil.
'Yaaaa Ampuuuun ... fix lah besok ke KUA!' Susan
"Jangan repot-repot El, dia biasa tiap hari turun naik angkot sendiri gak dibukain pintu sama supir!"
'Dasar kak Edo! perusak suasana!' Susan
"Kalau iri bilang Boss!" ejek Susan, sambil menyambut tangan Eli.
"Hahahah ... kau mau kubukakan pintu juga Do'? apa mau sekalian kugendong ke dalam rumah? Hahaha " ejek kak Zac
"A--pa kamu?! menggelikan saja! " Protes kak Edo dengan kecut "nih, dia kan biasa gelantungan di Bis jaman SMA ... "
'Ditambahi dooooong' Susan berjalan ke arah kak Edo dan menginjak kakinya.
"Ih! Bisa diam tidakkk!"
TAPP
"Aaawww!! Hahahha... " dia malah puas tertawa mengejek adiknya sendiri.
Kak Zac dan Eli ikut tertawa terkekeh.
****
Kami semua masuk ke dalam rumah masing-masing. Termasuk perempuan ini yang membawa perasaan berbunga-bunga dalam hati, karena sebelumnya Eli mencubit pipi chubby nya seraya membisikan pesan "I'll call you soon, Love!"
Tidak ada yang mengetahui ada seseorang yang mengawasi dari atas balkon dengan penuh kemarahan.
Lamunan Susan terhenti tiba-tiba saat ...
PRAAANNNGG
Bunyi pecahan benda terdengar dari arah luar rumah dan bunyi langkah kaki berlari dan menghilang, kami yg berada di dalam rumah tersentak kaget, Susan dan kak Edo mencoba mencari tau sumber suara tersebut.
Susan membuka pintu rumah, tapi tidak ada yg mencurigakan disekitarnya, seandainya itu malingpun dia pasti sudah tidak berada dilokasi rumah kami. pikirnya.
"Ada apa?!" kak Edo bertanya menyusul keluar dari dalam rumah.
"Gak ada apa-apa ... mungkin bukan disini" Kembali masuk ke dalam.
Kak Edo yang biasanya iseng mau tau pun terlihat tidak terlalu peduli mungkin karena lelah juga dengan perjalanan hari ini.
****
Dicky menjatuhkan diri diatas ranjang. menelungkup, tangannya meraih sprei dan menggenggam keras, melempar segala benda yang berada disekitarnya.
Wajahnya yang merah padam tertutup peluh dan airmata kekecewaan atas perasaannya saat ini. Tidak banyak cairan yang keluar dari matanya hanya peluh yang muncul berlipat ganda akibat sulit meneriakan kemarahan besar dalam hatinya. Napasnya menderu cepat.
"Sia-sia segala yang kulakukan untukmu!! bahkan sedikitpun aku tidak boleh menyentuhmu dengan cara seperti itu!" Dicky mencaci maki menyesali sikapnya.
"Kau tidak pernah mengakui perhatianku dengan caramu yang acuh! tapi sedikit hal saja yang diberikan pria itu terlihat berharga bagimu! kau sombong Susan!! kau merasa aku selalu membutuhkan keberadaanmu!! aku muak dengan caramu! perempuan Sial!"
Membenamkan kepala diranjangnya dan memukul-mukul keras dengan kepalan tangannya.
Sekejap ia lupa rasa pedih pada telapak tangannya yg terluka akibat meremas duri pada tangkai mawar yang dia lemparkan tadi.
"AKU BERSUMPAH AKAN MENINGGALKANMU!!" menyatakan kelemahan hatinya untuk menyakiti orang yang dicintainya saat ini.
Dicky tidak mampu untuk menangkal banyak pikiran negatif yang menyelimuti dirinya saat ini. Seakan terlintas adegan-adegan yang ia lihat secara langsung yang turut mendukung kehancuran perasaanny sendiri. Kebersamaan nya dalam banyak waktu selama tujuh tahun dibarengi munculnya Eli yang secara instan menggantikan posisi dirinya.
Ia membisu ... meratap lama ... lama ...
Dan semakin dalam terlarut... kemudian terlelap karena lelah.
Dicky tertidur dalam tangisnya.