Chereads / When Love Comes to Me / Chapter 12 - Nah!

Chapter 12 - Nah!

POV Author

"Ya??" Brian bangkit dari duduknya berjalan maju ke tengah lingkaran kursi yang diduduki para mahasiswa.

'PAK ... PAK ... Ibu Ike ini tidak tau beda usia apa?! ' ucap Brian dalam hati. Memaksa senyuman palsu sambil melirik Bu Ike yang sibuk memperkenalkan diri nya.

Beberapa mahasiswi sekejap merapihkan posisi duduknya saat konselor berbadan tinggi dan bermata abu-abu itu berdiri ditengah mereka. Ketampanan pria yang tidak dilirik sama sekali oleh Susan.

'AKU??? BIG NO FOR BULE! saya sudah kenyang kakak, terima kasih! ' Susan duduk merosot dikursinya. Menutupi kepala dengan Hoodie.

'Ya Tuhaan ... apa kota ini menuju kepunahan penduduk pribumi macam aku, request Oppa, bisa?' Susan sibuk berimajinasi menghilangkan panik bertemu dengan pria yang sama.

"Mbak? mbak ... maaf boleh sweaternya dibuka saja ya, 'mbak? " Bu Ike yang nampak tidak nyaman melihat Susan yang tidak memperhatikan.

"Ah, ya. Eh ... baik 'Bu!" Susan membuka Hoodie dan melepas jaketnya.

'Hiiiihh ... Anak ini! si tukang minta maaf ternyata!' gumam Brian dalam hati. Ekspresinya stabil meski sempat matanya mendelik kaget.

Susan melirik ke arah Bu Ike lalu melihat Brian yang menatapnya yang seketika menunduk mengalihkan pandangannya.

"Biar semua bisa mengikuti sesi dengan baik ya 'mbak, mohon minta perhatiannya, maaf." Bu Ike kembali melanjutkan perkenalan "Ya. Kita kembali lagi pada perkenalan. Beliau adalah salah satu orang yang mendapatkan prestasi gelar Ph.D dalam usia muda ya rekan sekalian. Kalian pun bisa seperti Pak Brian ini dengan kegigihan dan pengembangan potensi pada diri kalian"

Brian terlihat canggung menerima perkenalan yang mengunggul-unggulkan dirinya saat itu. Beberapa kali matanya terlihat memandang keatas dan menggerak-gerakan pointer ditangannya.

'AKU??? lapar mendengar title mu.' Susan tetap acuh tenggelam dalam canda di pikirannya.

"Masih single ya Mbak-mbak ... baru menginjak dua puluh tujuh tahun, Bapak ... "

'tadi PAK! sekarang BAPAK!! kumasukan kotak voodoo juga Ibu ini! ' Umpat Brian dalam hati

'Ahhh cukuplah Ibu ... membongkar identitasku!' Brian tersenyum kecut

"Brian Adney William ... beri sambutan ya rekan-rekan"

'APA?? SAMBITAN??' Susan terkekeh kecil. Terus bercanda dalam pikiran.'YA BU DIA MIRIP BERHALA MEMANG!'

Brian menoleh cepat ke arahnya. Ekspresinya membaca sikap Susan yang sedang asik dengan pikiran.

'Eh dia sadar! waduh!.' Susan menciut dikursinya.

Seluruh peserta bertepuk tangan menyambut Brian yang akan memberikan arahan.

"Terima kasih Ibu Ike ... atas perkenalan lengkapnyaa ..." sedikit penekanan kata dibagian akhir membuat wajah Bu Ike berubah canggung."tenang rekan-rekan. Anggap saya bagian dari kalian, jangan panggil saya Bapaaakkk ... " sambil melirik Bu Ike" Panggil kakak atau nama saja tidak masalah. Yang penting kita semua bisa terbuka satu sama lain dan saling menghargai dalam konseling yang akan berjalan selama 4 minggu ini"

Riuh tepuk tangan memenuhi ruangan saat itu.

Sesaat setelah perkenalan serta basa-basi. Brian kembali duduk menghadap Laptopnya mempersiapkan materi-materi pembuka ketika Bu Ike membagikan lembaran kertas berikutnya kepada para partisipan. Berisikan pertanyaan lebih dalam mengenai identitas pribadi dan lingkungan sosial masing-masing.

Setelah selesai, Brian memberi pengarahan melalui beberapa slide dari laptopnya yang ditampilkan pada layar infocus. beberapa tanya jawab dilalui dengan mulus. Dan ...

'AKU?? terlihat seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya ... ' Susan mengikuti sesi dengan baik tanpa menghiraukan pandangan Brian yang sesekali terlihat memantau perilaku Susan yang menunjukan personality yang ia cari.

'Dia Orangnya! ' Bisik Brian dalam hati. dan satu lagi yang menunjukan perilaku Agresif adalah Tere, teman beda kelas satu angkatan dengan Susan.

Sesi tiga jam tersebut berjalan dengan mulus, Susan menjatuhkan dirinya di kursi kelas saat kembali dari ruangan konseling. membuka ponselnya dan mencoba mengetik pesan pada Eli.

"Dear, kamu sedang apa?"

"Aku masih dikelas, mau kujemput nanti atau pulang sendiri?"

Susan, sebelah alisnya mengerut membaca pesan itu.

"Terserah kamu"

"Love, you okay?"

"Yea"

"Baiklah, kujemput jam 5 nanti, ditempat biasa ... tunggulah ... jangan marah, okay"

Susan Tidak menjawab lagi

Eli tertegun menunggu balasan, terlintas di pikirannya bahwa ia seringkali berbohong tentang keberadaannya pada Susan, menutupi kondisinya saat ini yang sering keluar tengah malam untuk bekerja sampingan sebagai DJ disalah satu club di Jakarta.

"Hoy!" Delta menepuk pundak, suka betul dia menepuk pundak, teruskan lagi lah dipunggung biar pegal-pegalku hilang. hehehe

"Gimana sesinya? lancar?" Delta

"Lancar laaaaahhh orang konselornya tampan! sayang sih aku bukan tipe-tipe suka bule-bule gitu!"Chica

*'Menurutmu bagaimana?? tidak tau kiri depan rumahku jenisnya begitu semua!' *Susan bergumam dalam hati.

"Wih Bule?? jangan-jangan yang pirang-pirang tinggi itu ya ... pernah liat cuma lewat-lewat aja, namanyaa ... B ... apaaa gitu di kuesioner kemarin"

"Baboon!" Susan menjawab ketus.

"Hahahaha parah kamu, jangan suka mengatai nanti jatuh cinta!" Delta

Susan teringat perkataan Eli, bukan kata-katanya tapi ingat Eli lagi.

"Sudah ah, jangan dibahas lagi, lelah tau membongkar kehidupan pribadi"

"Oh begitu?cerita apa saja kamu San, apa katanya ... kamu punya bakat gila?

Hahaha ... " Delta tertawa geli.

"Iiish ... sudah ... sudah sana ah! aku mau istirahat dulu sebelum jam terakhir" melipat tangan dimeja dan membenamkan kepala di tangannya.

****

Sore itu Eli kembali menjemput Susan dan mencari lokasi yang tidak jauh dari parkiran yang sama sebelum-sebelumnya. besok-besok ada plang VIP disitu khusus mereka berdua.

"Hai ... " Susan menyapa dengan wajah datar.

"Hai ... " Eli membukakan pintu mobil seperti biasa tapi sapaan kami berdua tidak sehangat biasanya.

Susan masuk dan menaruh tas dikursi belakang mobil. sejenak tidak ada percakapan di dalam mobil hanya ada gerak tubuh canggung antara keduanya. Eli membuka pembicaraan.

"Hmm ... bagaimana sesi konseling mu tadi?"mencoba menegur halus

"Biasa, berjalan lancar" nada datar membuang muka ke arah jendela sampingnya

"Hmmm ... ya sudah, kamu lelah kan?" mencoba meraih kepala susan seperti biasa berniat mengusap-usap rambutnya.

'Memang kucing!' Susan menghindar.

"Ada apa?" membujuk halus

"Tidak" diam sejenak "Aku mau pulang" Susan menambahkan

"Hhhh ... baiklah! kita pulang! " tegas Eli yang langsung menyalakan mobil dan mengemudi agak cepat keluar parkiran.

Mereka berdua masih sama-sama terdiam dalam jarak beberapa ratus meter dari kampus. Eli membuka pembicaaraan lagi menyadari kekasihnya sedang marah kali ini.

"Kamuu mau makan dulu? Uuuuh aku lapar lho ... gimana?"mencoba mengajak bercanda

"Kamu saja, aku sudah dapat kue tadi dikelas konseling" Cemberut

"Hhhh ... baiklaaaahh kalau maumu begitu ... " Eli melajukan kecepatan.

"Eh ... eh ... kenapa ngebut! ditangkap polisi kamu nanti"

"Jalur ini tidak ada polisi San"

Melalui jalur raya alternatif menuju rumahnya.

"Ya jangan ngebut dong, apa sih!"

"Kau bilang kau mau pulang, ya sudah kita pulang, apa susahnya!" Eli bernada kesal. Susan membisu menahan takut akan kecepatan tapi tidak berani protes karena telah membuat Eli marah.

*'Matilah aku ini ... belum nikah pula! ' *Susan

Mobil melaju memasuki komplek dan mulai berjalan pelan memasuki halaman rumah. Eli berhenti dan menarik Rem tangan mobil dengan cukup kencang, menunjukan sikap marahnya.

"Sudah sampai!" wajahnya menunggu gerakan Susan tanpa menoleh, "kenapa diam? bukannya kamu mau pulang? ini ... kita sudah sampai"

"Kamu menyuruhku keluar?"

"Tidak, kau kan yang mau!" menoleh dan menantang berdebat.

"Aa ... aku ... " mulai takut akibat sikapnya tadi.

"Ada apa sih denganmu?" bertanya sedikit tegas.

"Harusnya aku yang tanya kamu yang kenapa!" Susan berbalik marah

" Hhh ... ughh!" memukul kemudi hingga Susan tersentak "Aku tidak paham dengan sikapmu dari tadi, kalau ada yang ingin utarakan, katakan jangan dengan kode-kode semacam itu! kami itu laki-laki tidak tau maksud kalian perempuan yang suka tiba-tiba marah dan diam!"

'Loh loh loh si Raja kulkas tumben cerewet begini.' Susan

"Justru aku yang merasa kamu akhir-akhir ini tertutup dan tidak banyak bicara, memangnya apa yang kau sedang kau sembunyikan dariku?"

"Aku ... Hhhh ... "

"Apa? selingkuh?"

"Hah? dapat pikiran darimana itu!" Eli menggelengkan kepala terheran

"Sudah katakan, kamu memang mau bermain-main saja kan ... jadi ini alasannya kamu menjalin hubungan padahal kamu sendiri baru mengenal aku, ya kan?! dasar bule!"

"Apa?? picik sekali itu! kamu pikir aku hanya main-main?" Eli melepas seatbelt nya dengan, dengan cepat mencondongkan tubuhnya ke arah Susan, meraih dagunya langsung mencium bibir gadis itu dan melu*atnya tanpa ampun.