Chereads / When Love Comes to Me / Chapter 10 - Gajah Afrika 1

Chapter 10 - Gajah Afrika 1

Tokk Tokkk

"Ya!" suara dari dalam ruangan di salah satu gedung kampus.

"Bu Ike! mohon maaf boleh ... mengganggu sebentar, Pak?"

"Ya. Silahkan masuk"

Cekrekk

Bu Ike melongok dan berjalan masuk, pria yang sedari tadi masih sibuk di depan laptopnya, kemudian berdiri tersenyum lebar menyambut dengan sangat ramah.

"Apa kabar Ibu." mengulurkan tangan. bersalaman.

"Baik 'Pak. Maaf mengganggu ya."

"Silahkan" mempersilahkan duduk dan ia pun duduk kembali sambil menutup laptopnya " jadi bagaimana??"

"Ini sebagian sampel dari mahasiswa tingkat dua, Pak. Sebagian menolak mengisi kuesioner." menyerahkan setumpukan kertas.

"Baik." memicingkan mata memperhatikan satu lembar kertas yang dia ambil dari sampel itu "Alasannya??bukankah saya minta agar sampel diambil random saja Bu. Jadi bisa dilihat faktor pendukung personality nya , bisa sulit sekali menemukan nya ini!"melirik ke arah Bu Ike.

"Mohon maaf sebelumnya pak, hampir semua mahasiswa mulai dari tingkat tiga menolak. Jadwal mereka sudah cukup padat dengan praktik-praktik Psikodiagnostika dan pengambilan subjek penelitian. Terlebih ... memasuki tahap konsultasi penulisan ilmiah dan skripsi dengan dosen pembimbing"

"Tingkat awal?" merasa tidak puas

"Kami, beberapa dosen dari pihak fakultas merasa keberatan 'Pak, mereka masih tahap pengenalan"

"Itu saja??" masih memandangi lembar demi lembar sampel itu.

Bu ike mengangguk pelan

"Fakultas lain?" masih menggali informasi dengan rasa tidak puas.

"Mohon maaf. Sekali lagi bukan saya bermaksud menentang. Faktanya ini adalah kampus swasta terbesar, jadwal mereka terpecah di beberapa lokasi ... jumlah mahasiswanya pun jauh lebih banyak di fakultas lain, Psikologi lebih spesifik di empat kelas setiap angkatannya" Bu Ike menghela napas, sedikit kesal namun tetap berusaha tersenyum.

Pria itu beberapa detik terdiam sambil memijat dahinya sedikit.

"Baiklah ... saya akan pikirkan. Sampel akan dirandom berdasarkan tingkat usia pada satu angkatan, ini agak sulit untuk saya karena sampel nya terlalu sedikit. Satu sesi saja mereka tidak hadir akan menyulitkan validitas penelitiannya, ini agak mendesak 'Bu"

"Saya sudah berusaha, Pak. mohon kebijaksanaannya." Bu Ike tampak pasrah dengan penjelasannya.

"Ya, saya pun menghargai bantuan Ibu, kedatangan saya kan ... sifatnya sementara. Apa jadinya jika saya bersikap semaunya di kampus ini, tidak etis bukan? hahaha" berubah tersenyum dari kepusingannya mencoba menenangkan hati Bu Ike yang terlihat pias.

"Tidak perlu sungkan Pak Brian, semakin berkembang penelitian di Universitas ini juga turut meningkatkan rate dan menguatkan akreditasinya di antara Universitas lain pak" membujuk halus mengetahui isu dalam, bahwa pria ini salah satu pemegang saham di kampus tersebut.

"Baiklah, saya tidak akan memberatkan pihak manapun, terima kasih atas kerjasamanya Bu Ike".

Brian melempar pelan tumpukan kertas ke atas meja kerjanya itu sesaat Bu Ike keluar dari ruangan. Ia memangku kepalanya diatas tangannya yang tergenggam dimeja, sambil menunduk berpikir keras.

'Bagaimana ini! sampel hanya sedikit apa bisa mendapatkan subjek yang diharapkan! Hhhh ... 'Pak! 'Pak! Apa, bapak?! apa aku kelihatan tua seperti itu. Hhhh ... ' Brian mengumpat dalam hati.

'Mereka harus ada perjanjian hitam diatas putih. Agar tidak pernah lolos satu sesi pun dalam konseling nanti. Ya! Tidak satu sesi pun ... ' Brian

****

Pesan masuk ke ponsel Susan

"Aku di parkiran, kamu dimana?" Eli

"Masih di kelas dan masih ada mata kuliah lain sore ini. Tapi ... aku sudah tidak semangat El, ada kuis tadi. Lelah otakku." Susan

"Kemarilah kalau kau lelah, aku tunggu di mobil" Eli

"Ya, tunggu aku lima belas menit lagi" Susan

Susan meninggalkan kelas dan teman-temannya yg masih mau melanjutkan mata kuliah sore ini. melewati lorong kelas yang sudah mulai sepi. Ia berjalan menghampiri kekasihnya yang sedang menunggu.

Saat melewati ruang sekretariat susan menabrak pria setinggi 188cm itu yang sedang repot membawa tumpukan kertas.

BUKKKK

Tumpukan kertas itu terjatuh ke lantai dan terserak beberapa lembarnya.

"Uhh ... Maaf ... Ma--maaf."

"Kalau jalan hati-hati kamu, Dik! terburu-buru seperti itu tidak lihat badan saya sebesar ini!" Dengan nada kesal tapi tetap mempertahankan emosi.

'Badan sebesar ini harusnya ada di Afrika sana. Dengan kawanan gajah' Susan mengumpat

"Oh iya, maaf 'Kak" Sambil mengambil kertas yg berserakan itu. sepintas ia melihat kertas itu adalah kuesioner yang tadi ia isi dikelas. tidak menaruh curiga apapun Susan mengembalikan berkas itu.

'Nah ini baru betul, panggil kakak jangan bapak.' Brian bergumam dalam hati

"Ya sudah sana ... sana. Kamu terburu-buru, 'kan? nanti terlambat materi kamu"

"Iya 'Kak. Maaf ya sekali lagi"

"Iyaa iyaa ... maaf melulu."

'Padahal aku yang keluar mendadak, dia yang minta maaf.' Brian

Susan setengah berlari menuruni tangga. Brian pun acuh melihat mahasiswi bertubuh kecil itu berjalan cepat.

****

"Hei kamu, maaf lama ya?" Susan menghampiri Eli yg tersenyum berdiri di samping mobilnya.

"Not at all. Hey lovely, istirahat saja dulu didalam, aku bawa makanan kecil untukmu," mengacak-acak rambut Susan dan membukakan pintu mobil.

"Yeyyy, tau saja. Aku memang lapar, Edward Cullen! hahahha"

"Edward cullen??" Eli menggeleng-gelengkan kepala. Tertawa kecil atas perkataan pacarnya yang terlalu banyak nonton drama.

Dari kejauhan Brian yg berjalan juga menuju parkiran melihat Susan masuk ke dalam mobil bersama seorang pria.

'Siang-siang pacaran rupanya dia.' Brian mencoba mengabaikan hal yang dilihatnya barusan.

Saat Brian berjalan melewati depan mobil Eli dan berbelok sambil mematikan alarm mobil yang terparkir bersebelahan. Susan seperti tersedak sendal jepit melihat sosok pria yg ditabraknya tadi di lorong kampus.

"Duh, dia itu! ketahuan bolos kelas nih!"

" Siapa?" Eli menyalakan mesin mobil

"Tidak tau. Admin atau apalah mungkin, tapi aku menabraknya tadi. Badan sebesar itu coba, untung gak terinjak aku" Susan bergumam.

"Hahaha ... jangan mengatai orang, nanti jatuh cinta kamu" Eli mengejek

"Jatuh cinta apanya. Baru lihat ada penampakan Genderuwo siang-siang itu mimpi buruk tau." Sambil menyeruput minuman dingin yg diberikan Eli.

Mobil Sedan mewah berwarna hitam itu melaju keluar dari parkiran.

"Admin kampus dengan mobil mewah seperti itu? Hahaha, nampaknya bukan. Ya sudah. kau mau pulang atau mau kuantar pergi kemana?"

"Hmm ... terserah kamu lah 'Dear, tapi aku mau istirahat sebentar ya"

"Hahaha aku senang kamu memanggilku Dear" mengusap-usap rambut dan menarik kepala Susan mendekat ke arahnya. Susan mendelik kaget. Mereka bertatapan

"Ah tidak, Hhhh ... " Eli melepaskan tangannya dan mundur kembali bersandar di bangku kemudinya. memejamkan matanya dan menghela napas dalam-dalam.

'Mau apa sih orang ini! bikin perutku ngilu saja.' Susan

Susan dan Eli terdiam canggung. Tidak lama setelahnya mereka melanjutkan perjalanan menuju pulang.

****

Siang itu Dicky mengalihkan pikirannya dengan bermain game online di komputer kamar kos itu.

"Kenapa kamu pagi-pagi kesini ... habis bertengkar dengan kakakmu lagi ya"

"Gak." Dicky menjawab singkat

"Lalu apa, mau numpang berapa lama dikosan ku dengan ransel sebesar itu?"

"Sebulan!" Dicky tetap fokus bermain.

"Sebulan??apa aku tidak salah dengar itu, nanti mama mu cari-cari ... aku lagi yang salah "

"Kubayar biaya kosanmu sebulan cerewet!" melempar bungkus rokok ke arah Agus." Eh, kemarikan itu!"

"Apa?? rokok? kau merokok sekarang?"

Agus terkejut dan terheran-heran.

"Iyaaa sudah! berikan sini rokokmu!"

"Hahaha ... mimpi apa aku semalam, mantan kapten basket sekolah ini ... sekarang jadi perokok? Hahaha." goda Agus

'Hancur pun aku tidak perduli dengan diriku sekarang.' Batin Dicky

"Bro, ceritalah sedikit masalahmu apa .., jangan buat aku penasaran saja melihatmu berhari-hari nanti macam singa kelaparan, tersenggol langsung terkam."

Mengambil sebatang rokok dan membakarnya. menghisap dan terbatuk

"Uhuk ... tidak usah banyak tanya, yang penting kau turuti saja perintahku, apa yang aku mau kau yang belikan. Hidupmu terjamin selama aku disini nanti tau! banyak tanya kubuat kau puasa permanen nanti"

"Siappp Boss Dicky! syarat ketentuan berlaku ya!"

"Mau apalagi kau! Anak Setan!" Dicky melempar bungkus rokok itu lagi.

'Masalahmu berat sekali nampaknya kawan, sebagai seorang sahabat aku dengan berat hati mengizinkanmu meminta banyak hal yang tidak baik. tapi aku hanya ingin hatimu merasa lebih tenang dan bahagia dengan caramu sendiri. entah apa yang sudah menghancurkanmu begini.' Batin Agus