"Kalau begitu,jangan pernah ganti cintamu padaku dengan dirinya,"balas Darren.
Rosea menghela nafasnya berat. Dia tersenyum simpul sebelum membalas ucapan Darren. "Aku belum memilih,Darren. Kalian sama-sama orang yang kusayang di dunia ini,"ujarnya. Dia berusaha menjelaskan tanpa menyakiti Darren ataupun Alaric.
***
Rosea keluar dari kamar mandi Alaric dengan handuk yang melilit tubuhnya sebatas dada hingga paha. Darren baru saja terbang ke Indonesia bersama Claire untuk meluruskan berita simpang siur mengenai kematian Rosea,dia mewakili Alaric. Sedangkan keluarga Alaric dan Darren sedang menghadiri makan malam perusahaan sehingga hanya Rosea yang berkemungkinan untuk menjaga Alaric.
"Engh..."dilihatnya Alaric sedang mencoba membuka matanya dengan perlahan. Melihat hal tersebut,Rosea segera berlari menghampiri sahabatnya yang sudah terbaring lemah seharian penuh hanya karena kesalahpahaman.
"Kau baik-baik saja? Apa kepalamu masih terasa sakit?"tanya Rosea sambil berusaha membantu Alaric untuk duduk.
Alaric menatap intens gadis itu selama beberapa menit hingga dia menyadari sesuatu hal. "Ah,aku pasti sudah berada di surga."Alaric tersenyum dan membelai wajah cantik Rosea yang terlihat sangat segar karena habis mandi.
"Kurasa kita memang berjodoh Alaric,kau bahkan menyusulku hingga ke surga."balas Rosea dengan senyum palsunya.
"Apa aku benar-benar sudah mati?!"Alaric histeris setelah kesadarannya kembali sepenuhnya.
Rosea mengangguk,gadis itu duduk di atas pangkuan Alaric sambil menahan tawanya. "Bukankah tuhan sangat baik? Dia mempertemukan kita di sini."
Alaric menatap lekat Rosea yang masih terbalut handuk. Dia berpikir sejenak,apakah ini benar-benar surga atau hanya akan menjadi mimpi basah karena beberapa hari tidak bercinta?
Dia menepuk kedua pipinya bahkan mencubit tangannya sendiri berusaha sadar dari situasi. Tetapi yang dirasakan malah sakit.
"Tapi,kau benar-benar My Rose....."lirih Alaric. Kedua tangan pria tersebut menarik pinggang Rosea agar gadis itu semakin dekat dengannya.
"Ck! Kita harus menyudahi drama ini,aku sudah muak. Sadarlah! Kau masih hidup."Rosea membalas dengan malas lalu berusaha turun dari pangkuan Alaric. Tetapi,pria tersebut malah mendorongnya hingga Rosea terlentang di atas ranjang dengan Alaric yang menindihnya. Wajah keduanya hanya berjarak 5 centimeter dengan bibir yang nyaris menempel.
Rosea mengerjapkan matanya perlahan mencoba mengumpulkan kesadarannya. Tangan gadis itu mencengkram kuat handuk yang dikenakan agar tidak terlepas,pasalnya Rosea benar-benar tidak mengenakan apapun selain handuk tersebut.
"Apa yang terjadi? Apa aku bermimpi atau aku sudah mati?"tanya Alaric.
Rosea memutar bola matanya malas,"kita masih hidup."ucap Rosea penuh penekanan.
"Apa yang terjadi?"Alaric kembali bertanya.
"Sederhananya,aku tidak jadi menggunakan pesawat itu dan tidak jadi ke Australia."jawab Rosea sambil menahan nafasnya. Jarak keduanya terlampau dekat hingga membuat Rosea tidak dapat bernafas dengan baik.
"Kau benar-benar masih hidup?"Alaric menatap lekat wajah gadis itu. Dia memperhatikan setiap inci tubuhnya mencari luka yang ada.
"Aku baik-baik saja tanpa luka sedikitpun!"sentak Rosea.
Alaric merasa sangat lega. Tubuhnya yang masih lemah jatuh menindih Rosea. Wajahnya terbenam dibalik leher beraroma bunga mawar Rosea. Walaupun terasa cukup berat,namun Rosea melingkarkan tangannya pada punggung Alaric dan mengusapnya perlahan. Dirasakannya Alaric kembali menangis hingga sesenggukan.
"Jangan pergi lagi,kau satu-satunya orang yang membuatku bertahan di tengah tuntutan orang tua. Kau yang menutupi celah dalam diriku hingga terlihat sempurna. Tanpamu,celah itu akan kembali terlihat dan aku akan merasa sakit,"ujarnya. Dia tidak pernah merasa gengsi saat menangis di depan Rosea,baginya setiap bulir air mata yang keluar sama berharganya dengan Rosea.
"Aku tidak akan meninggalkanmu,aku akan selalu berada di sisimu Alaric,"balas Rosea.
***
"Kenapa kau tidak bilang sedang berada di Jerman?"tanya Alaric sambil mengunyah bubur yang baru saja dibuat Rosea. Sejujurnya rasa bubur tersebut agak keasinan,tetapi Alaric tidak mempermasalahkannya. Anggap saja dia sedang berlagak sebagai suami yang menghargai masakan istrinya.
"Mommy Zeas sakit,"jawab Rosea kembali menyuapi Alaric sesendok bubur.
Nama Rosea adalah Roseazeas Angelinedave. Tetapi nama asli yang mengandung marga keluarganya harus ditutupi sedemikian rupa,dia tidak ingin identitasnya sebagai putri tunggal keluarga Zeas harus terbongkar. Keluarga Zeas bukanlah keluarga biasa,Zeas family termasuk salah satu keluarga terkaya di dunia setelah Alaric. Tentu saja keluarganya pasti memiliki banyak musuh berupa pesaing bisnis. Hal ini membuat Ayah Ibunya memutuskan untuk menyembunyikan Rosea dari dunia. Meskipun Rosea mempelajari beberapa bela diri,tetapi tetap saja sejatinya Rosea adalah seorang gadis.
"Apa kau menggunakan pesawat kelas ekonomi yang terasa sempit dan berbagi udara dengan banyak orang?"tanya Alaric. Wah,pria itu... masih sakit saja tetap angkuh dan sombong.
Rosea menggeleng,"tidak. Ayah mengirimkan pesawat pribadinya kepadaku tepat sebelum Airlain 356 lepas landas."jawab Rosea.
"Lalu apa rencanamu selanjutnya?"tanya Alaric. Iris mata pria itu menatap teduh penuh cinta kepada Rosea,bahkan orang-orang bisa langsung tau seberapa besar rasa cinta Alaric kepada Rosea hanya melalui tatapan matanya. Berbeda dengan Rosea yang selalu berhasil menyembunyikan perasaannya.
"Untuk sementara aku akan menetap di Jerman hingga Mom menyelesaikan kemoterapinya,"gadis itu meletakkan mangkuk bubur yang telah habis dilahap oleh Alaric di atas nakas.
"Kemoterapi?"
"Ah,kau pasti belum tau jika Mommy terkena Leukimia."gadis itu memaksakan senyumnya di hadapan Alaric membuat pria bermarga Cahsel itu menghela nafasnya kasar dan menarik tubuh Rosea kedalam dekapannya tanpa mempedulikan infusnya yang masih terpasang.
"Apa kau sudah menangis?"tanya Alaric.
Pupil mata Rosea melebar,dia sedikit terkejut dengan pertanyan Alaric. Sejenak Rosea menyadari sesuatu hal,dia terjebak dalam situasi yang membuatnya tersakiti. Rosea mengenal baik kedua sahabatnya tetapi gadis itu tidak mengenali dirinya sendiri. Bahkan saat rapuh sekalipun yang dapat dilakukan Rosea hanya tersenyum.
Saat gadis itu merasakan tangan hangat Alaric mulai mengusap punggungnya perlahan,bulir air mata jatuh satu persatu diiringi suara rintik hujan yang terdengar. Gadis itu akhirnya luluh terhadap Alaric.
"Menangislah,aku akan pura-pura tidak mendengarnya,"ujar Alaric diiringi tangisan Rosea yang semakin kencang.
Rosea mencurahkan segala rasa sakit dan takut akan kehilangan orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Dia sangat menyayangi keluarganya,terutama Mommy Zeas yang telah melahirkannya. Menjadi putri kesayangan dari tiga keluarga konglomerat tidak membuat Rosea merasa tertekan,gadis itu malah sangat bahagia selama hidupnya. Dia selalu berkecukupan baik harta maupun kasih sayang. Selain itu,Rosea juga memiliki dua pengawal tercintanya yaitu Alaric dan Darren. Dan hari ini,Rosea menyadari sesuatu hal. Tuhan sedang menyiapkan skenario buruk untuknya setelah skenario indah yang ia terima secara terus menerus. Gadis itu takut kehilangan Mommy Zeas dan.......dirinya.