Chereads / MY ROSE / Chapter 16 - 16. Pembalasan Sepuluh Kali Lipat

Chapter 16 - 16. Pembalasan Sepuluh Kali Lipat

"Kau menghilangkan kata Zeas di tengah namaku, Tuan Bara. Perkenalkan, aku Roseazeas Angelinedave." Sorot mata tajam keluar dari mata berwarna biru safir milik Rosea.

Bara terdiam selama beberapa detik. Memperhatikan Rosea dengan mata memicing. Pria paruh baya itu tepuk tangan sebanyak dua kali. Harry, orang kepercayaan Bara segera datang dengan barang-barang milik Rosea di tangannya.

"Dompet dan kartu nama gadis sialan ini." Ucap Bara sembari membuka tangannya. Menunggu Harru untuk meletakkan dompet beserta kartu nama Rosea di atas tangan itu.

Rosea memutar bola matanya jengah. Rupanya pria sialan itu tidak mempercayai ucapannya. Bara menolak mentah-mentah informasi yang dia berikan. Padahal, itu adalah sebuah informasi penting darinya.

Bara membaca setiap detail nama Rosea di dalam kartu nama gadis itu. Membandingkan foto di sana dengan yang asli. Selama beberapa detik, Rosea terus memandangi Bara. Dia terkekeh sendiri saat ekspresi Bara terlihat seperti meremehkannya.

"Kau pikir aku akan percaya begitu saja padamu?" Bara mendekati Rosea, menepuk-meluk pipi Rosea dengan ringan. Sedangkan gadis itu tertawa sarkas. Meludah dengan sengaja ke wajah Bara. Berani-beraninya pria sialan ini menampar dan sekarang memegang bekas tamparannya sendiri. Menjijikan.

"Terserah kau mau percaya atau tidak. Yang jelas, hidupmu sudah hancur sejak detik di mana kau menculik aku." Balas Rosea. Wajahnya tetap angkuh. Mendongak dengan beraninya. Gadis itu benar-benar tidak mengenal rasa takut. Lagipula, alur ceritanya sudah dapat dia baca. Rosea akan menang. Hanya saja, dia akan menambah sedikit bumbu di sini. Mungkin dengan membuat banyak orang menyiksa pria sialan ini.

"Wow! Kau berani meludah padaku? Apa lidah manismu itu sudah rusak hingga tidak berpikir sebelum bertindak?" Bara semakin meremehkan Rosea. Berjongkok di depan gadis itu dan memperhatikannya dengan seksama.

"Kau pikir dengan menipuku menggunakan marga Zeas, kau akan membuatku takut?" Tanya Bara. Matanya ketus. Menantang Rosea dengan penuh keberanian.

Sedangkan Rosea, masih terlihat tenang dan santai. Dia kembali tertawa. Kali inu, dengan tawa yang lebih sarkas. "Terserah padamu akan percaya padaku atau tidak. Yang jelas, aku sudah mencoba memperingati mu." Ketus Rosea.

"Tuan?" Panggilan dari Harry membuat Bara tersentak. Sesungguhnya pria itu sedikit percaya pada ucapan Rosea. Namun, dia berusaha untuk mengalihkan rasa takutnya. Berpikir bahwa dirinya terlalu pintar untuk di tipu pelacur kecil seperti gadis itu.

"Darren sudah datang." Lanjut Harry. Bara terlihat dengan senyum kemenangan. Setelah ini, dia akan memastikan Darren berlutut di kakinya.

Dia meraih sebuah pisau dari saku celananya. Mengitari Rosea hingga berhenti di belakang gadis itu. Pisau dengan sudut yang tajam dia arahkan ke leher Rosea. Membuat gadis itu tak bisa berkutik sedikitpun.

"Hanya pisau yang kau miliki? Kukira kau memiliki senjata yang lebih keren seperti pisau Jagdkommando, MG-42, glock, atau Colt 1911. Aku memilikinya di rumah, kau mau meminjamnya?" Rosea semakin menantang Bara. Dia bahkan tidak peduli saat pisau itu sudah mengenai lehernya.

"Sebelumnya, aku ingin memperingati mu Tuan Bara. Aku selalu membalas sepuluh kali lipat dari apa yang aku dapatkan. Jadi, luka satu centimeter yang kau berikan akan menjadi luka sepuluh centimeter yang kau dapatkan." Ucap Rosea dengan suara dan nada bicaranya yang sangat tenang.

Ketenangan itu berakhir saat Darren memasuki ruangan. Tentunya dia tidak sendiri. Ada Alaric di sampingnya. Rosea berdecak malas. Dia tidak ingin Alaric terlibat. Karena bagaimanapun juga, Alaric sama-sekali tidak ada hubungannya dengan masalah ini.

"Untuk apa kau ke sini Alaric?" Sentak Rosea.

Melihat kehadiran Alaric berhasil membuat Bara tersentak kaget. Dia mengetatkan pisaunya hingga melukai leher Rosea. Membentuk dua centimeter luka di sana.

"Menjemputmu tanpa luka sedikitpun. Tetapi, sayangnya di brengsek ini terlebih dahulu membuat luka itu." Mata Alaric terlihat sangat tajam. Memperhatikan Bara yang terus mengetatkan pisaunya.

Dia tidak bisa berbuat apapun karena tiga buah pistol tengah mengarah padanya dan Darren. Bara menyiapkan semuanya dengan teliti. "Sudahi drama ini. Kau benar-benar salah kawan, Bara. Aku keluarga Zeas. Keluarga terkaya di dunia setelah keluarga Cashel dan sebelum keluarga Gale," kata Rosea. Dia hanya tidak ingin menimbulkan kekacauan.

Sepertinya Bara masih tidak mau mendengarkan. "Hahaha! Kau terus saja berbicara, jalang! Darren, lakukan perintahku! Berlutut lah dan cium kakiku jika kau ingin gadis ini selamat!" Pinta Bara membuat Rosea, Alaric, dan Darren tertawa bersamaan.

"Bukankah dia sangat lucu? Lihat saja. My Rose! Dia mengancam kita." Kata Alaric.

Rosea tertawa terbahak-bahak. Dia yang tengah berada di dalam bahaya ini merasa sangat terkikik geli karena ucapan Bara barusan.

Darren berdecih. Dia menutup laras pistol yang mengarah padanya. Berjalan mendekat dengan langkah yang berani dan sebuah ponsel di tangannya.

Harry yang melihat itu berniat mencegah dengan menembakkan pelurunya. Namun, ucapan Darren menghentikan pergerakannya.

"Aku tahu dari orang suruhanmu bahwa kau sangat menghormati Tuan Zeas dan ingin berbicara dengannya. Aku yang berbaik hati ini akan mengabulkannya untukmu." Kata Darren. Jari jemari milik Darren mengetuk beberapa angka di ponselnya. Menghubungi Tuan Zeas.

"Halo? Hai Daddy? Ya... Rosea? Dia sedang bersamaku." Kata Darren membuat Bara terdiam. Pisau di tangan Bara sedikit mengendur. Rosea sedang mencari celah untuk menjauh.

Darren memencet tombol speaker. Memberi kode pada Bara agar berbicara. "Tuan Zeas?" Tanya Bara dengan sedikit ragu.

"Ya? Ada apa?" Balas Tuan Zeas. Bara bukannya tidak mengenal suara itu dengan baik. Dia yang tergila-gila dengan Zeas tentu saja mengenalnya. Mengetahui jelas bahwa suara khas dan unik itu benar-benar milik Tuan Zeas.

"Ayah? Maaf. Sepertinya hari ini Rosie harus menyakiti seseorang. Ayah sendiri yang bicara bahwa Rosie harus membalas orang lain sepuluh kali lipat dari yang Rosie dapatkan." Setelah mengatakan hal itu, Rosea segera mengambil alih pisau di tangan Bara. Mengubah arah pisau itu ke arah pemiliknya.

Namun, sesuatu yang tidak dia pikirkan sebelumnya membuat Rosea tersentak. Suara tembakan dengan peluru yang melesak membuatnya terkejut. Darah menetes ke atas lantai.

"Alaric!" Teriak Rosea.