Celana kain berwarna putih membalut kaki jenjangnya yang terlihat indah. Sebagai penyempurna, kemeja berwarna hitam dia padukan dengan puter berwarna putih dari brand ternama. Keluaran terbaru yang tentunya limited edition.
Roseazeas Angelinedave. Perempuan cantik berusia 25 tahun yang kini tengah memasuki perusahaan milik keluarganya. Dia memegang perusahaan di Indonesia, Singapura, dan Malaysia sesuai dengan arahan dari ayahnya. Tentunya, bukan semata-mata Rosea saja yang menangani semuanya. Banyak rekan-rekan dari ayahnya yang juga turut andil. Bahkan, dari keluarga Alaric dan Darren juga dikerahkan untuk membantu perusahaan Zeas.
Pras, pria dengan kulit sawo matang yang berasal dari Yogyakarta kini mengikutinya dengan langkah tertatih. Dia adalah orang penting di sini. Melihat Pras yang sangat hormat pada Rosea, tentunya membuat semua orang di sana juga turut hormat padanya, menyanjung kecantikan Rosea yang terpancar kan begitu saja.
Langkah kakinya kini memasuki lift khusus, naik ke lantai tempatnya bekerja. Sesaat setelah lift berdenting, hanya ada satu ruangan di sana. Ruangan Rosea yang sangat luas dengan kamar di dalamnya.
Rosea tersenyum senang, merasa cukup nyaman dengan ruangannya bahkan hanya melalui mata memandang. Diliriknya ruangan di depannya yang tiga kali lipat lebih kecil daripada ruangannya. Rosea duga, itu adalah ruangan Juan, sekretaris barunya.
"Terima kasih karena telah membantu saya, Pak Pras. Anda boleh kembali bekerja." Kata Rosea. Pras menunduk, kemudian segera pergi dari sana, meninggalkan Rosea begitu saja.
"Dimana Juan?" Lirihnya, merasa bingung karena dia terlambat di hari pertamanya bekerja.
Di raihnya ponsel Rosea, kemudian menghubungi Juan. Tak butuh waktu lama hingga Juan menjawabnya.
"Dimana?" Tanya Rosea, sesaat setelah Juan mengangkat panggilannya.
"Saya ada di Cafetaria, Mrs. Ada dua orang pria yang tiba-tiba saja mendatangi saya dan menyuruh saya untuk ikut dengan mereka." Mendengar hal tersebut, Rosea memejamkan matanya sejenak. Dia langsung mengetahui identitas dua orang pria tersebut. Siapa lagi jika bukan Darren dan Alaric?
"Jawab saja apapun yang mereka tanyakan dengan sejujur-jujurnya." Ucap Rosea. Dia merasa malas untuk sekedar datang atau menegur Alaric dan Darren. Mau bagaimanapun dia menegur mereka, pada akhirnya akan sama. Dia tentunya kalah.
***
Di sisi lain, mata kedua pria ini terlihat sangat tajam. Sorot mata kebencian terlihat jelas di sana, sama-sama dengan amarah yang menggebu dan perasaan yang diliputi cemburu.
"Jadi, kau Juan Abercio? Sekretaris baru My Rose?" Darren mulai membuka percakapan setelah keheningan yang cukup lama terjadi. Bukan tanpa alasan hening selama beberapa saat. Darren dan Alaric sedang memperhatikan Juan dengan seksama, menilai segala hal yang ada pada dirinya. Dari atas rambut hingga kakinya.
"My Rose? Ah, Mrs. Rosea?" Tanya Juan.
Alaric dan Darren mengangguk bersamaan. Mereka kemudian memperhatikan Juan dengan lebih teliti, menelisik status pria itu.
"Sudah menikah?" Tanya Alaric.
Juan menggeleng. "Belum, ehm... Mr. Alaric? Apa saya benar? Anda mirip dengan pemilik Cashel Air." Juan terlihat cukup ragu. Meski begitu, dia memberanikan diri untuk bertanya.
"Hm. Benar." Jawab Alaric dengan nada bicaranya yang sangat dingin.
Mata Juan kini berbinar seketika. Dia tidak menyangka bisa bertemu dengan pria yang menjadi idolanya. Ternyata, Alaric lebih tampan dari yang dia lihat di televisi ataupun majalah.
"Anda sangat tampan." Puji Juan malu-malu.
"Kau gay?" Pertanyaan menohok dari Darren membuat Juan tersentak seketika. Bibirnya terbuka, matanya membelalak.
"Tidak, Mr. Gale. Saya normal. Masih menyukai perempuan." Sekarang, Juan jadi berpikir apakah dirinya terlihat seperti gay? Juan rasa, Juan rajin berolahraga dan memiliki tubuh yang cukup atletis meskipun tidak se kekar Alaric dan Darren.
"Apa kau suka menebar sperma kesana-sini? Maksudku... apa kau sering bermain dengan pelacur?" Pertanyaan macam apa lagi ini? Juan benar-benar terkejut dan tidak menyangka. Ini lebih sulit daripada pertanyaan saat interview kerja.
"Apa saya perlu menjawabnya Mr. Cashel?" Balas Juan, merasa senggan.
"Hm. Kau perlu menjawabnya." Sambar Darren dengan nada tidak suka. Tatapan matanya kini seolah mencurigai Juan, membuatnya merasa kurang nyaman.
"Sejujurnya saya masih perjaka, Sir." Jawaban ini benar-benar menjatuhkan harga dirinya. Meski begitu, dia tidak boleh pekerjaan ini. Entah hubungan apa yang terjalin antara mereka berdua dengan Rosea, Juan rasa sepertinya hubungan yang sangat penting.
"Apa kau pikir My Rose cantik?" Pertanyaan terakhir datangnya dari Darren.
Juan tersenyum simpul, mengangguk malu-malu. "Ya, tentu saja Mrs. Zeas sangat cantik. Tidak mungkin ada pria yang berani mengatakan bahwa dia tidak cantik, Mr. Gale..."
"Apa kau menyukainya? Sebenarnya, apa alasan kau mau bekerja dengannya?" Tanya Darren lagi. Alaric hanya menganggukkan kepalanya, menyetujui pertanyaan temannya satu itu.
"Saya tidak menyukainya, Mr. Gale... saya hanya mengaguminya. Alasan saya bekerja dengannya karena memang saya membutuhkan pekerjaan." Jawab Juan sejujurnya. Sekarang, dia tahu kalau mereka menaruh hati pada Rosea. Tahu seperti ini, seharusnya tadi Juan tidak usah menjawab seperti itu.
"Tetapi, kagum bisa berubah menjadi cinta, Juan." Sahut Alaric dengan nada tidak suka.