"Kau gila?!"bentak Alaric dan Darren bersamaan. Di detik-detik terakhir,mereka masih sempat menarik Rosea sebelum gadis itu terjatuh dari atas gedung. Entah sebesar apa rasa sesal mereka jika tidak berhasil menolong Rosea saat ini.
Rosea tersentak. Gadis itu tersadar,astaga apa yang baru saja diperbuatnya? Dia menyesali hal tersebut. Dalam sedetik,dia kembali tersenyum.
"Aku tidak sengaja melakukannya. Jam berapa sekarang?"tanya Rosea berusaha mengalihkan topik. Dia hanya tidak ingin kedua sahabatnya khawatir.
"Jangan mengalihkan topik,My Rose!"geram Darren. Matanya menyorot tajam kedalam manik biru safir milik Rosea yang tenang. Gadis itu tidak ketakutan sedikitpun. Dia tau bahwa semarah apapun Darren,pria itu tidak akan pernah kasar kepadanya. Darren adalah pria dengan kepribadian yang sangat baik dan selalu berpikir sebelum bertindak.
"Oke,sorry...."Rosea tersenyum menunjukkan giginya yang tertata rapi. Apa yang terjadi pada otak gadis itu? Baru beberapa jam yang lalu dia bersedih atas kematian ibunya,dan sekarang di depan sahabatnya gadis itu tersenyum lebar seakan tidak terjadi apa-apa. Hal itu membuat keduanya merasa terenyuh,terutama Alaric yang selalu peka terhadap keadaan. Pria itu segera membawa Rosea kedalam dekapannya. Dia mengusap lembut rambut milik gadis itu.
"Menangislah,aku tau kau sedang pura-pura terlihat baik-baik saja."kata Alaric.
Darren menghela nafas berat melihatnya. Dia cemburu,tetapi harus bisa mengesampingkan hal itu demi gadisnya. Setidaknya Rosea bisa tenang di dalam dekapan Alaric,itu sudah lebih dari cukup.
***
Acara pemakaman dan yang lainnya telah diselesaikan dengan cukup cepat sesuai dengan wasiat dari Nyonya Zeas. Dia tidak ingin ada keramaian,meskipun pada kenyatannya tetap saja terhitung ramai. Banyak pejabat-pejabat dan para pengusaha menghadiri pemakaman ini. Padahal mereka hanya cari muka,tidak lebih. Itu membuat Rosea merasa muak melihatnya. Selama pemakaman berlangsung,Rosea menyamar sebagai sekretaris Darren. Dia masih keukeuh tidak mau memberitahu identitasnya. Identitas sebenarnya sebagai pewaris tunggal keluarga Zeas. Sedangkan Tuan Zeas tidak ada pilihan lain selain menuruti permintaan putrinya.
"Dimana putri anda,Sir?"tanya salah satu koleganya yang terlihat tampan dengan marga Denanres. Vino Denandres,di usianya yang sudah menginjak 28 tahun,dia masih saja menyandang status single hingga menimbulkan rumor tak sedap yang mengatakan bahwa pria itu adalah seorang homo.
"Dia berada di kamarnya,"jawab Ayahnya Rosea atau Tuan Zeas.
Vino mengangguk paham. Dia benar-benar kepo dan ingin tahu wajah Rosea. Bukan hanya Vino yang melakukan ini,banyak juga yang menanyakan putri Tuan Zeas secara terang-terangan. Beberapa bahkan meminta dijodohkan.
"Dia pasti sangat terpukul. Bolehkah saya menghiburnya?"tanya Vino. Benar-benar alasan yang sangat murahan untuk menemui seorang pewaris tunggal keluarga Zeas.
Rosea mendengarnya. Dia berada tak jauh dari sana. Iris matanya bergulir malas,Vino benar-benar jauh dari tipe idealnya. Bahkan sangat jauh jika dibandingkan dengan kedua sahabatnya.
"Apa kau akan bersedia jika dijodohkan dengannya,My Rose?"tanya Darren. Rupanya pria itu juga mendengarnya. Rosea menatap Darren,dia bergidik ngeri dan tertawa.
"Dia bahkan sangat jauh jika dibandingkan denganmu,My Love.."goda Rosea diakhiri tawa kecilnya.
Hati Darren menghangat melihat tawa Rosea yang ia kira tak akan pernah ada lagi. Karena sesungguhnya Darren tau betul bahwa sebagian kehidupan Rosea adalah Mom Zeas. Itu artinya gadis di depannya baru saja mati setengah,tetapi dia bisa tertawa santai seakan tak terjadi apapun.
Vino beralih,menghampiri Darren lalu menyapanya. "Selamat malam Darren,siapa dia?"tanya Vino dengan tatapan mata yang menatap lekat kepada Rosea.
"Selamat malam juga,perkenalkan dia..."Darren menoleh,tidak tau harus memberi nama samaran apa untuk Rosea. Seakan peka,gadis itu langsung mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
"Hai Tuan Denandres,perkenalkan nama saya Angel. Saya sekretaris baru Tuan Gale."
Vino membalas uluran tangan Rosea,dan dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Rosea yang menyamar sebagai Angel itu terlihat sangat menawan meskipun menggunakan pakaian serba hitam. Netranya yang terang berwarna biru safir seakan mengundang Vino untuk terus menatapnya. Dia jatuh cinta,hatinya bergemuruh hebat saat tangannya bertemu dengan tangan Rosea.
"Apakah kau sudah menikah?"tanya Vino.
Kening Rosea berkerut,dia menahan tawanya. Begitupun dengan Darren. "Belum,memangnya kenapa Tuan?"tanya Rosea.
"Maukah kau menikah denganku?"Vino melamar Rosea di hari pertama mereka bertemu. Gadis itu terdiam,astaga dia sampai sakit perut karena menahan tawa. Wah pria di depannya benar-benar playboy original. Dia melamar seorang gadis seperti membeli minuman dipinggir jalan.
"Maaf,tetapi saya terikat kontrak kerja yang tidak memperbolehkan saya untuk menikah dalam waktu dekat ini,Tuan."tolak Rosea secara halus. Dia bisa melihat Vino sedikit kecewa.
Bibirnya terlipat,matanya masih berbinar memandang Rosea yang hanya mampu mengulum senyum.
"Bolehkah aku meminta nomor telefon mu?"tanya Vino.
Rosea tertawa renyah,gadis itu terlihat cantik dengan tawanya. Vino terperangah melihatnya,baru kali ini hatinya berdetak tidak karuan hanya dengan melihat tawa seorang gadis. Salahkan Rosea yang terlampau cantik,bahkan Vino tidak menyangka bahwa Rosea adalah seorang sekretaris.
Tanpa keduanya sadari,Alaric sedang berdiri di belakang Vino dengan mata membara. Dia sempat mendengar Vino melamar gadisnya. Apa Vino ingin menemani Nyonya Zeas untuk dimakamkan?batin Alaric.
"Bukankah urutannya terbalik,Tuan Danendras?"tanya Rosea setelah tawanya mereda.
"Terbalik apanya,Cantik?"rayu Vino.
Alaric mendekat,sekarang dia berdiri tepat disamping Darren. Vino yang menyadari itu segera menunduk hormat. Tetapi pria bermarga Danendras itu terkejut saat melihat ekspresi kedua sahabat itu. Mereka terlihat seakan ingin membunuhnya. Tak ada senyum lagi di bibir Darren,tak ada pula sedikitpun tatapan ramah yang Alaric tunjukkan.
"Persahabatan kalian sangat mengagumkan,"ujar Vino berusaha mencairkan suasana.
Tetapi Darren dan Alaric masih saja diam dengan rahang mengeras dan mata tajamnya. Vino bertanya-tanya apa yang salah dengannya.
"Kalian seperti akan bertengkar,"kata Vino.
Rosea menyikut Darren dan mencubit pantat Alaric. Benar-benar tidak ada sopan santunnya mereka ini!
"Ya,aku memang sedang ingin bertengkar."jawab Alaric setelah mendapat cubitan dari Rosea.
'Denganmu.'lanjut Alaric dalam hati.
"Aku sedang marah dengan seseorang,"kata Darren.
"Dengan siapa memangnya,Darren?"tanya Vino dengan kening berkerut. Kenapa mendadak suasana jadi tidak enak seperti ini?
'Denganmu bodoh!'batin Darren.
Darren tersenyum sebelum menjawab,dia berusaha mencairkan suasana yang sempat menegang. "Dengan Alaric tentu saja," Alaric mendelik menatap Darren. Apa salahnya?
Setelah berbincang cukup lama dan mendapat nomor ponsel Rosea,akhirnya Vino memisahkan diri. Katanya dia akan menemui Nyonya Cashel.
Rosea tersenyum melihat Vino yang mulai menghilang dibalik sebuah pintu. Tatapan gadis itu kini beralih menuju wajah masam Alaric dan Darren. Rosea menaikkan sebelah alisnya,bertanya-tanya tentang kesalahannya.
"Kau tidak mau meminta maaf,My Rose?"tanya Alaric.
Rosea menggeleng,sepertinya dia tidak melakukan sebuah kesalahan.
"Kau berani memberikan nomor ponselmu tanpa ijin dari kami,My Rose?"gantian Darren yang bertanya.
Sekarang Rosea tau mengapa keduanya menatap Rosea dengan tajam seakan ingin memakannya. Hanya karena nomor ponsel saja mereka sampai bertindak seperti ini.
"Lagipula aku jatuh cinta dengannya,apa salah jika aku memberikan nomorku?"