Chereads / MALPIS / Chapter 30 - Chapter 24 - Elena's Sexy Shoulder

Chapter 30 - Chapter 24 - Elena's Sexy Shoulder

(17+) DEWASA

Bacalah dengan bijak ya.

DUK! DUK! DUK!

Pintu rumah itu digedor dengan keras dari arah luar. Elena setengah berlari membuka pintu. Ia sedang menggambar beberapa desain furniture yang akan isi untuk Galeri Agusman nantinya. Namun karena gedoran pintu yang tiba-tiba membuatnya kaget hingga tidak sempat berpikir siapa orang yang datang saat jam baru saja menunjukkan pukul 11.48 tengah hari.

Elena membuka pintu depannya dan menyambut tamu yang datang kerumahnya. Namun ekspresi wajahnya berubah ketika ia melihat Roy berdiri didepannya. Dengan segera Elena berusaha menutup pintu itu namun kalah cepat dengan kuatnya tenaga Roy yang menahannya kemudian menolaknya dan memaksa masuk hingga ia bisa lolos menembus daun pintu itu.

"Kamu mau apa lagi!" Teriak Elena bergerak mundur.

Roy menutup pintu depan itu kemudian menguncinya dan menyimpan kuncinya didalam kantong celana jeansnya. Ia juga menutup tirai jendela bagian depan. "Kamu gak usah teriak begitu." Sahut Roy lembut. Ia terus berjalan maju.

"Kamu jangan deket-deket, Roy!" Pekik Elena.

Roy berhenti bergerak. "Kamu kenapa berubah, yang?" Katanya lirih. "Kenapa kamu jadi begini sama aku. Kemana Elena yang penuh kasih sayang?" Sambungnya. "Aku rindu sama kamu." Tambahnya.

Elena menggelengkan kepalanya. "Kamu bohong!!" Tegasnya. "Kamu mau ngapain lagi datang kesini!" Tanyanya memperjelas.

"Kamu jangan teriak, kamu gak malu sama tetangga kamu yang lain. Nanti mereka mikir aku ngapa-nagapain kamu."

"Biarin mereka denger."

Roy tertawa, "Kamu itu lucu kalau lagi marah, bikin aku makin gemes sama kecantikan kamu." Katanya. "Aku tinggal bilang kalau kamu pacar aku, dan kita udah tinggal lebih kurang empat tahun selama ini. Mereka gak bakal bisa ngapa-ngapain." Jelasnya.

Elena terdiam ditempatnya.

Roy berjalan ke arah depan kembali dan perlahan mendekati Elena. "Kamu gak mau tawarin aku minum, yang?" Sindirnya.

Elena tidak bergeming. Ia masih berdiri ditempatnya yaitu sudut sofa meja kerjanya yang menyatu dengan ruang tengah serta ruang lainnya kecuali kamarnya.

Roy terus mendekat hingga jarak mereka hanya tersisa beberapa langkah saja. "Aku jauh-jauh kesini cuma mau ketemu kamu. Aku rindu." Katanya pelan dan lemah.

Elena tidak bisa berkutik. Ia ingin teriak tapi tetangganya akan tahu siapa mereka sebenarnya dan apa yang terjadi dengannya.

Roy mendekat kembali hingga ia berdiri tepat didepan wanita itu. Tangannya membelai wajah Elena dengan lembut. "Kamu makin cantik." Katanya.

Elena mengalihkan wajahnya ke arah lain. Tapi ia kalah dengan rengkuhan tangan Roy yang mengelus setiap lekuk rahang dan leher jenjangnya. Pria itu bermain di tempat sentisitif Elena, yaitu bahu. Ia menciumnya perlahan disana.

Elena menahan sekuat tenaga setiap hembusan napas Roy yang meniup bahunya dengan sensual. Roy bahkan memegang pinggang Elena dengan erat hingga tangannya turun ke arah bokong wanita itu. Elena bertekad didalam hatinya untuk menolak hingga ia bisa mendorong tubuh Roy menjauh darinya.

Namun bukannya menjauh, Roy malah menarik tangan Elela hingga mereka dalam posisi berpelukan sekarang. Wajah Ben tepat berada dibahu Elena. Hingga ia bebas bermain disana tanpa memperdulikan wanita itu.

Roy menjilat leher Elena dengan perlahan hingga wanita itu tidak mampu bergerak. Ia turun ke arah bahu dan menghancurkan pertahanan Elena yang sudah rapuh sejak awal. Tangan Roy mulai memegang paha Elena hingga ke atas. Wanita itu memejamkan matanya saat tangan Roy sudah mulai menyentuh daerah sensitifnya. Ia menahan gejolak yang sudah menguasai pikirannya. Roy hapal dengan kelemahan Elena dan ia benar-benar mengandalkan itu.

Roy melumat bibir Elena hingga wanita itu terbawa suasana dan melingkarkan tangannya di leher pria itu. Dan mereka pun akhirnya masuk lebih dalam tentang hasrat masing-masing yang nyatanya masih bergairah.

Elena tersadar dari tidurnya saat sesuatu bermain diatas ubun-ubunnya. Ia membuka mata dan melihat Roy sedang mengelus kepalanya dengan senyuman manis. Elena membalas senyuman pria itu dan meletakkan tangannya diatas dada Roy yang tanpa busana.

Roy mencium bibir Elena lembut dan ia memberikan kecupan pada pipi wanita itu dengan lembut. "Kita pulang, ya." Ajaknya.

Senyuman di wajah Elena perlahan menghilang. Ia menarik tangannya dari dada pria itu. Roy sudah tahu kalau wanita itu menolaknya lagi. Bukan untuk pertama atau kedua kalinya tapi kesekian kalinya semenjak mereka berpisah. Segala cara Roy lakukan agar Elena kembali padanya namun selalu berujung gagal. Wanita itu menikmati setiap kali mereka bercinta namun menolak untuk kembali tinggal serumah dengannya. Hal itu yang membuat Roy tidak bisa menerimanya. Apalagi dia mendengar kabar kalau Elena pergi ke Jakarta beberapa waktu lalu dan menginap di Malpis. Roy semakin tidak rela jika wanitanya kembali pada mantan suaminya.

Elena bangkit dari tempat tidur kemudian langsung memakai pakaiannya yang berserakan dilantai kamarnya. Ia keluar dari kamar itu menuju dapur untuk meneguk segelas air putih. Roy memukul selimut yang menutupi tubuhnya. Ia kesal. Roy bangkit dan memakai bajunya kemudian mengejar Elena.

Roy menarik kasar tangan Elena, "Kamu ikut aku pulang!" Ajaknya paksa.

Gelas yang dipegang Elena hampir saja jatuh, namun dengan cepat ia meletakkannya di atas meja dapur. "Kamu apa-apaan sih?!" Ia melepaskan tangan Roy darinya.

"Kamu harus menurut atau aku bawa kamu dengan cara paksa." Ancamnya.

"Kamu keluar dari sini! Jangan pernah kembali lagi!" Usir Elena kesal.

Roy berang. Ia menarik tangan Elena kemudian mendorong tubuh wanita itu ke dinding dan berkata, "Jangan pernah kembali, bullshit!!! Setiap kali aku kesini, kamu selalu kalah sama aku. Setiap kali aku kesini, kamu selalu memberikan apa yang kita sama-sama mau. Jadi siapa yang harus salah, aku apa kamu?" Jelasnya.

Elena mendorong tubuh Roy dengan kuat hingga pria itu tersandung kaki kursi meja makan dan hampir terjatuh. Roy kesal. Ia memegang rahang Elena dengan tangan kirinya. Rahang itu cengkram kuat hingga bibir Elena maju ke depan dan wanita itu menahan perlakuan kasarnya. "Aku udah baik-baik datang kesini dan ajak kamu pulang. Tapi ini perlakuan kamu!" Katanya. Roy melepaskan cengkramannya kemudian menampar pipi Elena menggunakan punggung tangan kirinya. Elena hampir tersungkur sambil memegang pipinya yang kesakitan.

"Kamu pikir dengan kamu berlagak suci, Ben mau sama kamu lagi?! Sekalinya murahan tetap aja murahan!" Makinya.

Elena menampar wajah Roy dengan keras menggunakan tangan kanannya. Roy semakin emosi, dia menarik rambut Elena bagian ubun-ubun dan menyeretnya hingga Elena terpaksa mengikuti langkah kaki pria itu. Roy mencampakkan Elena sisi ruang yang lebih luas hingga wanita itu terjatuh diatas lantai rumah itu.

"Kamu jangan pikir bisa rujuk sama Ben, karna kamu tidak sekelas sama mereka. Apa perlu aku jelaskan dengan Ben apa rasanya setiap kali kita bercinta?"

"CUKUP ROY!" Pekik Elena. "Sikap kamu yang seperti ini yang bikin aku gak mau lagi tinggal sama kamu." Elena mencoba berdiri dengan luka di bibirnya yang mengalir. Pipi kirinya juga terasa sakit sekali dan rahangnya juga agak membengkak karena cengkraman sadis pria itu.

Roy seperti terbakar api cemburu karena pembelaan Elena pada Ben dan juga wanita itu menyebutkan alasannya yang ia tidak terima. Sekali lagi Roy menampar wajah Elena menggunakan punggung tangan kanannya mengenai pipi kiri Elena hingga wanita itu terkapar ke lantai karena kesakitan.

"Aku tidak akan membiarkan kamu bisa kembali dengan Ben. Tidak akan! Kamu ingat Elena!" Ancam Roy. "Aku akan kejar walau aku harus menghancurkan Ben sekalipun." Katanya tajam. Roy berbalik dan berjalan ke arah pintu.

Roy mengambil kunci pintu depan di kantong celana jeansnya dan membuka pintu itu dengan terburu-buru kemudian pergi meninnggalkan rumah itu. Elena masih berbaring diatas lantai rumahnya merasakan sakit yang mulai menyebar ke seluruh tubuhnya.

Elena terduduk ditempatnya. Ia menangis dalam sekali dengan wajah yang tertunduk ke arah lantai. Rambut pendeknya seperti menutupi wajah itu. Perlahan nada sedihnya semakin berat seolah ia melepaskan semua perasaannya.

***

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR.