Chereads / Annaya & Takdirnya / Chapter 54 - Suka Dan Duka Saling Berdampingan

Chapter 54 - Suka Dan Duka Saling Berdampingan

Suasana hati Sebastian pun tampak dalam kondisi yang baik, ia dengan tenang menjalani semua pekerjaannya tanpa menyulitkan Smith, dan Smith bersyukur untuk itu.

Hatinya menghangat saat melihat kotak bekal yang ada di sisi kiri mejanya, berulang kali ia melihat jam untuk memastikan waktu makan siang telah tiba, tanpa sadar ia kembali berbuat hal yang konyol.

Namun suasana yang tenang diusik oleh kehadiran Lexa, si dokter jalang yang tidak pernah menyerah untuk mendapatakan perhatian Sebastian.

"Kelancanganmu semakin memuakkan." Suara dingin Sebastian memenuhi ruangan yang bernuansa gelap itu.

"Aku tidak melihat asistenmu dimejanya, jadi aku langsung masuk saja," ucap Lexa sambil tersenyum canggung.

"Jangan pernah masuk kesini, meski dia mempersilahkanmu," jawab Sebastian dingin.

"Bas, jang seperti ini," ucap Lexa dengan tatapan memohon.

"Keluar!" ucap Sebastian. Ia sedang tidang ingin memuntahkan caciannya untuk Lexa hari ini.

"Bisakah kita makan siang bersama hari ini," tanya Lexa, ia mengabaikan tatapan menusuk Sebastian.

BRAKKK

Sebastian menggebrak meja dengan keras, membuat nyali Lexa menjadi ciut, segala sesuatu yang ada pada Sebastian sebenarnya sungguh menakutkan. Tapi ia selalu mengabaikan demi tujuannya.

"Demi apa aku harus menerima ajakan jalang sepertimu? Sampai matipun aku tidak akan tertarik. Jika kau masih ingin menyandang gelar doktermu, dan tidak membuat ayahmu mati mendadak. Maka tau dirilah." Sebastian sangat muak pada wanita yang tidak tau malu ini.

Tertunduk takut, Lexa menangis tersedu. Ia bukan hanya ditolak, tapi juga di hina dan di permalukan. Tidak bisakah Sebastian melihaku walau sedetik? Apa kurangnya aku. Batinnya.

Smith yang masuk sambil membawa berkas dibuat terkejut dengan kondisi Lexa yang menyedihkan, bagai seekor kelinci yang ketakutan, tidak bisa bergerak untuk lari.

Tapi ini juga salah wanita ini yang berani mencari masalah dengan seekor srigala buas seperti Bosnya.

"Seret jalang ini keluar," ucapnya dingin pada Smith. Apa yang Bosnya katakan adalah hal yang sangat merendahkan, namun Smith mengakui bahwa Lexa bertingkah seperti jalang, dari cara berpakaian dan berbicara pada Bosnya. Bahkan jalang lebih tau malu daripada Lexa.

"Keluar sendiri, atau saya seret seperti apa yang Bos katakan, Dokter Lexa," ucap Smith dingin.

Lexa keluar dengan langkah tertatih, kakinya lemas dan gemetar mendapat perlakuan seperti ini, hinaan Sebastian sungguh menusuk hatinya.

"Saya sarankan anda menyerah saja, Bos bukan orang yang bisa anda raih," ucap Smith saat sudah keluar dari ruangan Sebastian.

"Sudah mendapat perlakuan sejauh ini, bukankah sangat memalukan jika aku mundur?" tanyanya sambil menyeka airmatanya. Ia bertekad akan membuat Sebastian bertekuk lutut padanya, ia akan membalas semua perlakuan Sebastian. Itulah janjinya di dalam hati.

Smith yang mendengar jawaban itu hanya diam tanpa menjawab. Baginya Lexa benar-benar wanita gila. Obsesinya akan menghancurkan dia sendiri pada akhirnya.

Jika itu pria lain mungkin Smith akan percaya kalau Lexa akan mudah menjeratnya, tapi ini adalah Bos. Bukankah Lexa terbang terlalu tinggi dengan angannya. Pikir Smith.

Setelah menenangkan dirinya, Lexa pergi meninggalkan tempat itu, ia akan membenahi perasaannya dan menyusun rencana untuk membuat Sebastian berada dalam pelukannya.

Dia akan menjadi nyonya ZCG, mewujudkan apa yang selama ini menjadi impiannya.

*****

Anna dan Rei berada disalah satu cake shop yang tidak jauh dari sekolah Brayn, tempat ini selalu mereka datangi kala menunggu Tuan mudanya pulang sekolah.

"Nyonya, saya bisa gendut kalau tiap hari anda suguhkan makanan manis seperti ini," keluh Rei.

"Kalau begitu tidak usah dimakan," jawab anna tenang.

"Mubazir," jawab Rei sambil menatap sayang bolu Red velvet di hadapannya saat ini.

"Maka habiskan," ucap Anna. Rei yang seperti ini tampak begitu manis, sudah pernah Anna bilangkan, jika Rei lebih terlihat seperti kakaknya Brayn daripada seorang Bodyguard.

"Ah, Nyonya membuat saya dalam kesulitan jika begini," jawabnya lesu. Makan buat gendut, tidak di makan juga sayang.

"Nyonya, bolehkah saya mengatakan sesuatu?" tanyanya hati-hati.

"Katakan saja," jawab Anna. Ia dan Rei saat ini duduk di salah satu meja yang berada dekat jendela sebagai pembatas, dengan begini Anna bisa melihat kearah luar.

Pandangannya saat ini mengarah pada seorang wanita yang menuntun seorang anak yang mungkin berusia dua tahunan, mereka adalah pengemis.

"Seminggu lagi saya gajian, saya ingin mentraktir Nyonya dan Tuan muda makan mie ayam, belum sanggup traktir yang mahal," ucap Rei dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu bekerja dengan sangat keras, maka gunakan uangmu dengan sebaik mungkin," jawab Anna yang menatap Rei, ketika gadis di depannya ini mengutarakan niatnya.

"Oh, tidak apa-apa. Lagi pula harga mi ayam kan tidak mahal." Senyum canggung dan gerakan tangannya bergerak kekanan dan kiri mewakili ekspresi dari jawabannya.

"Baik kalau begitu," jawab Anna lagi, dan Rei mengangguk cepat dengan hati yang senang.

Ia merasa jika Anna dan Brayn bukanlah sebagai majikan, tapi lebih dari itu.

"Rei, pesankan saya red velved ini dan beberapa brownies lagi," ucap Anna yang membuat Rei menatapnya bingung.

"Nyonya ingin pesan lagi?" tanya Rei tanpa sadar.

"Ya, dan pilihkan beberapa jenis lain yang menurutmu enak." Tanpa bertanya Rei melaksanakan perintah Nonyanya, ia memesan lima jenis cake yang berbeda jenis dan rasa.

"Berikan pada mereka," ucap Anna sambil menyelipkan beberapa lembar uang seratus ribuan di dalam box cake tersebut. Rei yang mengikuti arah pandang Nyonyanya jadi mengerti untuk siapa bolu-bolu ini.

Rei pergi keluar toko dan mengantarkan titipan Nyonyanya kepada pengemis wanita yang sedang berteduh dibawah pohon besar, tepat berada di pinggir jalan.

Terlihat Rei mengatakaan sesuatu, hingga membuat pengemis itu menoleh kearah Anna dan tersenyum haru, Anna yang melihat itu mengangguk kecil.

Anna memandangi anak pengemis itu dengan tatapan pilu, Anna berharap anak itu mendapat nasib yang bagus.

"Dia bilang terima kasih banyak Nyonya, dan mendo'oakan agar Nyonya selalu bahagia dan berada dalam lindungan Tuhan," ucap Rei saat sudah kembali ke meja nya.

"Amiin," gumam Anna pelan sambil menutup mata. Rei semakin kagum pada sosok Anna yang masih perduli pada orang jalanan.

Padahal banyak ia lihat orang kaya seperti Nyonyanya ini selalu abai pada orang kecil. Jika pun perduli itu untuk kebutuhan pamer pikirnya.

Dalam hati Anna dengan tulus mengamini do'a pengemis itu, dan ia berharap niatnya sampai pada Fateh. Sekarang hanya do'oa dan sedekahlah yang bisa membuat pria yang ia cintai mendapat kemudahan disana. Do'a orang seperti merekalah yang cepat di kabulkan.

Mereka berdua menikmati cake, tidak! Hanya Rei yang menikmatinya, sementara Anna hanya menikmati kopi.

Jenis minuman favoritenya, cake terasa manis disandingkan dengan kopi yang pahit menjadi rasa yang pas. Begitu juga hidup yang menayajikan suka dan duka saling berpampingan. Tidak bisa di pisahkan.