Chereads / Annaya & Takdirnya / Chapter 52 - Terlihat Seperti Satu Keluarga Yang Bahagia

Chapter 52 - Terlihat Seperti Satu Keluarga Yang Bahagia

"Jadi Kamu ingin membahas tentang yang semalam? Baik mari Kita bahas, Kamu ingin mulai darimana?" Tatapan Sebastian semakin menggelap saat melihat Anna menggigit bibirnya.

Sedikit membungkukkan tubuh, Sebastian mengarahkan wajahnya ketelinga Anna dan berkata, "Aku tidak perlu izinmu untuk mengambil apa yang menjadi hakku." Lalu Sebastian mengecup singkat cuping telinga Anna. Membuat bulu roma Anna berdiri. Entah ucapan atau tindakan pria ini sangat berbahaya.

"Mommy!" teriak Brayn yang berlari kearah Anna, sedari jauh ia melihat Mommynya seperti dalam bahaya.

Sebastian mengumpat di dalam hati karena mendengar teriakkan nyaring anak itu, padahal sedikit lagi ia bisa mencecap bibir manis istrinya.

Anna langsung meloloskan dirinya dari pria tidak tau malu ini dengan sekuat tenaganya. Lalu dengan segera ia berbalik dan berlari kearah sumber suara putranya.

Tapi saat ini Anna ingin masuk ke dalam bumi karena menahan malu, sebab ia yakin Brayn dan Rei menyaksikan apa yang di lakukan oleh pria gila ini.

"Ternyata Papa, Aku pikir tadi ada orang jahat yang menganggu Mommy." Brayn menghembus nafas lega sambil terengah-engah akibat berlari menuruni bukit.

'Orang jahat itu Papamu' batin Anna.

"Kenapa masih di situ?" Suara dingin Sebastian menyadarkan Rei dari keterkejutannya. Mungkin Brayn tidak akan paham apa yang dilakukan oleh dua orang dewasa berbeda jenis kelamin ini, tapi tidak dengan Rei.

"Ssa--yya ppa--mi--tt," ucap Rei. Setelah itu ia berbalik dan berlari sekuat tenaga untuk segera sampai dimansion.

"Papa baru pulang?" tanya Brayn. Sebenarnya ia ingin tertawa melihat Rei yang lari ketakutan. Tapi kehadiran ayahnya lebih menarik perhatiannya.

"Hmm," jawab Sebastian yang berjalan mendekat kearah putranya dengan tangan di masukkan ke dalam saku.

"Apa yang kalian lakukan?" tanyanya entah pada siapa.

"Mencari kupu-kupu. Mommy sangat suka kupu-kupu, jadi Aku dan Kak Rei mencari kupu-kupu untuk Mommy." Dengan semangat Brayn menjawab pertanyaan ayahnya.

"Benarkah?" tanya Sebastian yang kini menatap dalam Anna.

"Brayn, ayo Kita segera kembali, hari semakin gelap." Sebastian tersenyum kecut saat mendapat abaian dari Anna.

Anna menngandeng tangan kanan Brayn yang memegang jaring untuk menangkap kupu-kupu. Baju kodok dan sepatu boots yag ia kenakan membuatnya sungguh menggemaskan. Belum lagi topi kebun yang kebesaran, membuatnya kesusahan sendiri.

"Mom, sebaiknya Kita tunggu Papa." Sesekali Brayn membenarkan letak topinya sambil menoleh kebelakang untuk melihat Sebastian yang berjalan pelan di belakang mereka.

"Papamu memiliki kaki yang panjang, Dia akan dengan mudah menyusul Kita," ucap Anna yang masih terus menuntun Brayn sambil berjalan menaiki bukit. Ia menyesal karena terlalu jauh berjalan sampai kebawah.

Sebastian menikmati sorenya hari ini, ia berjalan santai di jalan yang selalu ia lewati namun jarang ia nikmati, ia juga menikmati pembicaraan ibu dan anak itu.

Dengan langkah lebarnya ia menyusul keduanya dan mengambil alih Brayn serta membawa putranya keatas pundaknya.

"Woah, Aku tinggi!" seru Brayn girang. Ia tidak menyangka jika bisa naik keatas pundak sang ayah.

"Cepatlah Annaya, hari semakin gelap," ucapnya pada Anna yang berada beberapa langkah di belakangnya.

"Duluan saja," jawab Anna ketus.

"Jangan keras kepala," ucap Sebastian dengan wajah serius.

"Mom, apa kakimu sakit?" tanya Brayn khawatir.

"Pa, bisa turunkan Aku? Aku ingin berjalan bersama Mommy," pinta Brayn, namun tidak di indahkan Sebastian. Ia berjalan mendekati Anna lalu mengulurkan tangannya.

"Aku bisa jalan sendiri," tolak Anna lalu melanjutkan langkahnya.

"Dan membiarkan putramu khawatir?"

'Dasar licik' batin Anna.

Sebastian mengenggam erat tangan mungil Anna dengan sebelah tangannya, sepasang suami istri itu berjalan dengan cahaya senja yang memantul indah.

Terdengar suara riang Brayn yang berceloteh, kini dirinya tidak merasa canggung lagi terhadap ayahnya.

Anna berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Sebastian, tapi tenaganya kalah jauh. Dalam diamnya Anna menikmati sejenak senja yang akan berganti dengan malam.

Bukan tanpa alasan ia berjalan sampai kebawah, ia sangat suka bambu yang berwarna hijau, suara daun yang saling bergesekan, menghasilkan suara yang menenangkan.

***

"Kamu kenapa Rei? Dikejar hantu?" tanya Smith saat melihat Rei yang ngos-ngosan habis berlari.

"Roshie, tolong minum," ucapnya pada kepala dapur tanpa menghiraukan Seniornya itu. Lalu dengan segera Roshie menuangkan segelas air dan memberikannya pada Rei.

"Pelan-pelan Rei, kamu bisa tersedak." Roshie mengingatkan Rei yang minum seperti orang kerasukan.

Smith yang saat ini berada di gazebo taman bersama Roshie dan Ned, di buat penasaran dengan tingkah Rei yang berlari kencang seperti habis melihat hantu.

"Ini lebih menakutkan daripada hantu, dan juga Aku habis melihat adegan dewasa yang tidak seharusnya Aku lihat." Ekspresi berlebihan Rei membuat Smith memutar bola mata jengah.

"Makanya jangan suka lihat film blue," ucap smith asal.

"Kamu pikir Aku dirimu, hah!" teriak Rei yang tidak terima akan tuduhan Smith.

"Mengaku saja, sudah sampi mana Kamu belajar?" goda Smith.

"Smith sudah. Kamu tidak lihat Rei benar-benar ketakutan sekarang? Dan Kamu Rei, sebenarnya ada apa? Dan di mana Tuan Muda?" Pertanyaan beruntun Roshie mengingatkan mereka tentang keberadaan Brayn.

Belum sempat Rei menjawab. Rahang mereka hampir saja lepas karena terkejut melihat pemandangan langka saat ini, bagaimana Bos mereka menggendong putranya sambil menggandeng tangan istrinya.

Apakah keajaiban dunia sedang terjadi di mansion ini? batin mereka.

Rei yang belum bisa menetralkan diri sepenuhnya pun juga dibuat kaget, tidak di sangka hubungan keduanya maju sangat pesat, batin Rei.

"Apa ini yang Kamu maksudkan Rei?" bisik smith.

"Aku melihat lebih dari ini," jawab Rei dengan gumaman.

"seperti?" Smith semakin penasaran. Memangnya seperti apa yang lebih dari ini pikirnya.

"Aku meli--," ucapannya terhenti dan ia memicingkan mata menatap Smith yang menatapnya penuh rasa penasaran.

"Aku harus menjaga privasi Nyonyaku," ucapnya ketus.

"Nyonyamu, Nyonyaku juga," jawab smith tidak sabaran.

"Roshie, terima kasih airnya," ucap Rei yang langsung pergi meninggalkan Smith yang menjadi kesal padanya.

"Awas Kamu," geram Smith, "Roshie buatlah makan malam yang lezat dan spesial, sepertinya malam ini akan tampak lebih indah." Setelah mengatakan itu Smith berlalu pergi menghampiri Bosnya.

"Ned, bukankah pemandangan ini begitu luar biasa?" tanya Roshie haru.

"Benar, sepertinya Tuan Kita akan mendapatkan cahaya di hidupnya."

"Baiklah, kalau begitu ayo Kita bergegas menyambut malam indah ini. Benar kata Smith Aku harus buat menu yang spesial dan lezat."

Roshie menyiapkan makanan yang sangat spesial malam ini. Perpaduan masakan Indonesia dan Barat, ia yakin jika ketiga majikannya akan makan dengan suasana hati yang bahagia.

Makanan bisa membuat hubungan keluarga semakin harmonis? Itulah yang di pikirkan Roshie.

Smith tidak menyangka jika Bosnya bertindak lebih cepat dari yang ia bayangkan, dan ia berharap ini bukanlah awal yang semu untuk ketiganya.