"Pagi Mom," sapa Brayn saat melihat Anna masuk ke kamarnya.
"Pagi," sapa Anna balik. Anna mematikan Ac dan membuka jendela agar udara pagi yang segar dapat masuk dengan sempurna kekamar putranya.
"Bagaimana tidurmu?" tanya Anna. Ia menghampiri Brayn yang masih duduk di atas kasur dengan wajah bantal yang menggemaskan.
"Sangat nyenyak," jawab Brayn dengan senyum manisnya.
"Bagus, kalau begitu sekarang waktunya mandi, lalu kita turun ke bawah untuk sarapan," ucap Anna lembut.
"Mom, aku bisa mandi sendiri." Brayn merasa dirinya bukan lagi anak kecil yang harus di mandikan.
"Yakin?" tanya Anna ragu.
"Yes Mom, biasanya aku juga mandi sendiri waktu bersama nenek," jawabnya sambil turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.
Sebenarnya Anna tidak perlu khawatir. Meski terlahir dari keluarga kaya, Brayn bukanlah anak yang manja atau suka bertindak semaunya, anak itu selalu melakukan segalanya sendiri jika Dia bisa.
Pertama kali Ia masuk kemansion ini, Ned mengatakan jika kamar ini hanyalah gudang buku tua milik Sebastian, tapi sekarang sudah berubah fungsi. Anna tidak mengerti seberapa ahli yang merancang kamar ini, sebab dalam waktu singkat bisa merubah gudang menjadi kamar yang begitu nyaman. Dan semua tersedia dengan tepat untuk Brayn.
Hari ini Anna berencana membawa Brayn untuk belanja keperluannya menjelang masuk sekolah. Anna ingin merasakan bagaimana menjadi seorang Ibu yang mempersiapkan segala yang terbaik untuk anaknya.
***
"Selamat pagi nyonya dan Tuan muda," sapa Ned saat melihat Anna dan Brayn turun dari tangga dengan bergandengan tangan.
"Pagi," sapa Brayn balik sedangkan Anna hanya mengangguk singkat.
"Siapa namamu?" tanya Brayn lagi.
"Anda bisa memanggil saya Ned saja Tuan," jawab Ned hangat. Ketika melihat Bryan, Ned serasa kembali melihat Tuannya dimasa kecil. Sangat mirip. Batinnya.
"Brayn, ayo kita sarapan dulu." Anna membawa Brayn jalan menuju meja makan.
"Mari Nyonya, Tuan muda," ucap Ned sambil mempersilahkan kedua majikannya untuk mengikuti langkahnya.
Meja makan yang diisi oleh tiga anggota keluarga itu tampak beda dari biasanya. Meski keheningan masih menjadi teman terbaik, tapi ini jauh lebih baik daripada hanya diisi oleh seorang saja.
Pelayan berjejer rapi siap menerima perintah jika majikannya membutuhkan sesuatu. Tapi sedari tadi mereka seperti pajangan yang tidak bernilai, sebab Anna sendiri yang melayani keinginan Bryan tanpa mau meminta bantuan pelayan. Sedangkan Sebastian di layani khusus oleh Ned.
Sebastian dapat merasakan kedekatan Ibu dan Anak yang baru saja saling mengenl itu. Seolah fokus pada Dunianya sendiri, mereka mengabaikan orang yang ada disekitarnya terutama siTuan rumah.
Sebastian bangkit dari kursi setelah selesai dengan sarapannya, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara langkah kaki kecil yang mengikutinya dari belakang.
Tanpa menoleh Sebastian menunggu si pemilik langkah berbicara kepadanya, dan untuk pertama kalinya Ia menunggu seseorang. Sebastian selalu menghargai waktu namun kali ini pemilik langkah itu sudah membuatnya banyak kehilangan waktu.
Smith dan pelayan yang lain tanpa sadar menahan nafas mereka karena melihat keberanian Tuan muda untuk menghentikan Bos mereka. Smith berharap Bosnya tidak mengatakan hal yang menyakitkan balita ini.
"Se--la--mattt ppa--gii Pa--paa," cicit Brayn akhirnya dengan terbata.
Setelah mendengar ucapan terbata Brayn. sebastian kembali melanjutkan langkahnya tanpa menoleh atau melirik anak yang mungkin setinggi lututnya. Smith yang melihat itu hanya bisa menghela nafas dalam diam, namun sebelum perigi, dirinya memberi acungan jempol kepada Tuan muda sebagai dukungan atas keberanian anak itu.
Anna yang bisa merasakan ketakutan dan ketegangan Bryan, langsung bangkit dari kursinya begitu melihat Sebastian telah pergi. Untuk anak seusianya Anna takjub untuk keberaniannya.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik," ucap Anna saat menghampri Brayn, dan mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu.
"Ya Mom, aku akan melakukannya setiap hari sampai Papa berbalik menatapku," jawabnya dengan senyum.
"Anak pintar," ucap Anna sambil membalas senyum Brayn.
Tidak mudah menghancurkan batu karang, perlu waktu dan kesabaran hingga bisa membuat batu itu pecah menjadi pasir, Anna yakin usaha Brayn tidak akan sia-sia. Bagaimana hubungannya dengan Pria itu, Brayn tidak terlibat di dalamnya.
Sebelum mengajak Brayn pergi berbelanja, Anna lebih dulu menemani anak itu yang ingin mengelilingi mansion dan juga taman, anak ini masih penasaran dengan keberadan binatang buas yang di maksudkan oleh kakek buyutnya.
"Tidak ada binatang buas Mom di sini," ucap Brayn yang telah selesai mengelilingi mansion dan taman.
"Mom pikir juga begitu," jawab Anna. Mereka kini duduk di bangku taman yang menghadap danau.
"Bibi Rei, apa Kamu tau dimana binatang buas itu di kandangkan oleh Papa?" tanya Brayn yang kini mengalihkan tatapannya pada Rei.
"Saya baru disini. Jadi Saya tidak tau apapun tentang keberadaan binatang buas itu Tuan." Bolehkah Rei menjerit saat ini juga? Ia sungguh kwalahan di buat balita tampan ini.
"Tidak tau ya," gumam Brayn sambil mengetukkan jari manisny di dagu.
"Iya, mungkin Kita bisa menanyakannya pada pekerja yang lain, atau Ned dan juga Roshie. Mereka kan sudah lama tinggal di sini," ucap Rei memberi solusi.
"Kamu benar Bi, ayo Kita tanya mereka!" Seru Brayn senang. Kenapa ini tidak terpikirkan olehnya sedari tadi pikirnya.
Dengan semangat Brayn turun dari bangku dan berlari kearah mansion, Ia tidak sabar untuk bertanya kepada kepala pelayan.
Rei hanya pasrah mengikuti langkah Tuan mudanya dari belakang, Rei tidak habis pikir bagaimana Tuannya itu masih memiliki tenaga dan semangat, sementara mereka telah mengelilingi mansion dan taman yang luas ini.
Anna mengikuti mereka dengan berjalan pelan namun tetap memperhatikan keduanya. Anna menyadari jika gadis muda itu merasa kelelahan dengan semua yang Bryan lakukan. Tapi mau bagaimana lagi itu sudah menjadi Rei untuk menemani Brayn dan dirinya.
Rei yang masih berusia muda sangat bisa mengimabngi Brayn yang masih di usia serba ingin tau yang besar. Anak itu sering bertanya tentang hal yang bahkan orang dewasa enggan memikirkannya.
****
"Ned. Aku ingin bertanya sesuatu," ucap Brayn sambil terengah- engah karena berlari.
"Tuan, jangan berlarian seperti ini. Nanti anda bisa terjatuh," ucap Ned saat melihat Tuan mudanya yang sudah ngos-ngosan.
"Tapi aku berlari karena ada hal penting yang ingin aku tanyakan padamu," jawab Brayn yang sudah mulai mengatur nafas.
"Apa itu Tuan?" tanya Ned setelah mensejajarkan tubuhnya dengan Brayn.
"Apa di sini ada binatang buas?" tanyanya. Mata polos itu menatap Ned dengan serius. Ia sangat berharap jika Ned bisa memberi jawaban sesuai yang Ia inginkan. Sebab Brayn sangat penasaran dengan hewan itu. Entah dari bentu, jenis aatu habitatnya. Semua tentang itu Brayn harus tau, itu sebagai persiapannya untuk menjaga Mommynya dari keganasan binatang itu. Dia sebagi lelaki sejati harusmenepati janjinya pada Kakeknya dan Kakek buyut. Pikirnya.