Chereads / NILAM / Chapter 2 - Portofolio

Chapter 2 - Portofolio

Nilam hanya pasrah ketika petugas salon memotong rambut ikalnya menjadi sebahu dan mengubah rambutnya yang sudah ke coklatan menjadi lebih berwarna lagi, dark honey-blonde kata petugas salonnya ketika Nilam bertanya apa nama warna rambut barunya. Perempuan itu menatap wajah barunya dengan perasaan asing, wajahnya mulai bersih dan penampilannya semakin trendi selama enam bulan ini tinggal di ibu kota.

"Nilam cantik banget!" Rara yang hari ini menemaninya ke salon berseru heboh, perempuan cantik itu memotretnya beberapa kali dan mengirimkan fotonya ke bu Darmi.

"Yuk, kita harus ke studio sekarang. Nik sama timnya udah nunggu." Nilam lagi-lagi hanya pasrah, ia masih belum bekerja. Bu Darmi bilang Nilam masih harus membuat portofolio, karena itu sekarang Rara menemaninya menemui Nik fotografer langganan bu Darmi.

"Nik!" Rara langsung berlari menghampiri laki-laki yang sedang memegang kamera, Nilam hanya mengikuti.

"Nik, ini Nilam. Anak baru dan Nilam ini Nik fotografer kesayangan anak-anak di rumah bu Darmi."

"Hai anak baru, kenalin gue Nik." Laki-laki itu mengulurkan tangan.

"Nilam?"

"Hah? Oh iya, eng saya Nilam." Nilam menunduk malu, terlebih lagi ia bisa mendengar laki-laki bernama Nik itu menertawakannya. Laki-laki itu tampan, benar-benar tampan. Nilam tidak bisa menahan diri untuk tidak terpesona.

"Maklum ya Nik, Nilam ini baru banget dateng dari desa."

"Ah, kembang desa rupanya." Wajah Nilam semakin memerah mendengar perkataan laki-laki itu.

"Ck, udah ah. Yuk Nilam, gue temenin lo ganti baju. Di tinggal dulu ya Nik." Laki-laki itu hanya mengangguk singkat, kemudian kembali asik dengan kameranya. Nilam masih terus mengikuti Rara yang menuntunNya ke ruang ganti, di sana Nilam bisa melihat beberapa baju tergantung dan siap di pakai.

"Nih gue udah pilihin beberapa baju buat lo." totalnya ada lima stelan yang Rara pilihkan, satu kemeja over size, satu sweater rajut, satu stel atasan berupa tanktop, rok rampel setengah paha dan cardigan rajut terakhir ada dua pakaian tidur dengan model berbeda.

"Nanti fotonya pake baju ini?" Nilam mengangkat tanktop hitam tipis pilihan Rara

"Iya, semua ini nanti di pake. Inget ya Nilam, pas foto nanti jangan malu-malu lo harus ekspresif supaya hasil portofolionya bagus." Nilam mendengarkan Rara yang sekarang duduk di sofa sembari menyilangkan kaki

"Orang-orang di ibu kota itu seleranya tinggi, mereka suka pekerja yang berpenampilan menarik. Itu kenapa bu Darmi berusaha mati-matian bikin kita keliatan menarik sampai rela keluar uang banyak. Lo mau kerja kan?" Nilam menganggukan kepala.

"Kalau gitu nanti jangan malu-malu ya, tunjukin semua kemampuan lo. Totalitas kalau mau dapet kerja, oke?" Nilam lagi-lagi menganggukan kepala kemudian membereskan pakaiannya.

***

Nilam tidak pernah menyangka kalau proses pembuatan portofolio akan semelelahkan ini, perempuan itu mengira kalau ia hanya perlu mengenakan pakaian yang sebelumnya sudah di pilihkan Rara untuknya lalu berdiri di depan kamera.

Tapi ternyata orang yang bernama Nik beberapa kali merasa kalau Nilam terlalu kaku dan meminta gadis itu untuk lebih santai dalam menjalani sesi foto mereka, Nilam ingat sekali rasa panas yang merambat di wajahnya ketika Rara mencontohkan bagaimana caranya bergaya di depan kamera dengan menggunakan pakaian-pakaian yang sudah di pilihkan.

Sebenarnya Nilam tidak nyaman mengenakan pakaian pilihan Rara di hadapan Nik si fotografer, tapi Rara meyakinkannya kalau Nik itu professional. Laki-laki yang katanya berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah sering membantu ibu Darmi membuat portofolio untuk para pekerjanya.

"Coba lagi ya Nilam, kalau portofolio ini enggak bagus lo enggak akan di lirik klien. Artinya lo juga enggak akan pernah bisa dapet kerja." Mendengar hal tersebut Nilam mulai memantapkan hatinya, ia tidak mau pulang ke kampung. Sudah tidak ada lagi baginya kehidupan di sana, sekarang ibu kota adalah rumahnya.

Sesi foto pertama Nilam di bantu Rara mengenakan kemeja over size berwarna putih yang cukup tipis, Nilam bahkan bisa melihat set pakaian dalamnya yang berwarna hitam samar-samar terlihat. Kemeja itu hanya menutupi setengah paha Nilam yang kecil dan kencang.

Begitu sampai di set Nik meminta Nilam untuk membuka kancing kemejanya hingga ke belahan dada, Nik bilang kemeja itu terlalu monoton. Nilam sempat menolak karena ia tidak punya cukup keberanian untuk di foto dalam keadaan kancing pakaian yang terbuka hingga menunjukan belahan dadanya tapi sekali lagi Rara meyakinkan Nilam kalau itu adalah hal yang biasa di ibu kota jadi Nilam tidak perlu merasa malu.

Nik beberapa kali mengambil gambar Nilam sebelum akhirnya mengacungkan jempol ketika pose Nilam yang sedang berdiri di atas kedua lututnya sembari menggigit jari telunjuknya dan menatap malu-malu pada kamera terabadikan, di foto itu kemeja Nilam yang kancing atasnya sudah terbuka hingga memperlihatkan belahan dadanya terlihat melekat di beberapa tempat karena keringat.

"Bagus loh Nilam, keliatan polos tapi seksi hahaha" itu komentar Rara setelah melihat hasil fotonya dari kamera Nik.

Untuk sesi foto kedua Rara menyarankan Nilam untuk memakai sweater rajut yang di lengkapi dengan kaus kaki sepanjang lutut sebagai aksesori. Sweater itu jauh lebih pendek dari kemejanya barusan karena hanya mampu menutupi hingga bawah bokongnya saja, belum lagi kerah sweater rajut ini lumayan mengekspos leher, bahu dan tulang selangkan Nilam.

Di sesi foto kedua ini Nik mengacungkan jempolnya untuk foto Nilam yang menyenderkan tubuh ke dinding sembari menekuk salah satu kakinya yang sudah di lapisi kaus kaki putih sepanjang lutut dan menempelkan kakinya itu ke dinding, sedang tangan kirinyanya membentuk siku sedikit di atas kepalanya dan tangan kanannya membentuk siku tepat di samping kepalanya. Nik juga meminta Nilam untuk menggigit sedikit bibirnya yang hari ini di lapisi lipstick berwarna peach. Nilam mendengar Nik bersiul ketika sekali lagi mengamati hasil foto Nilam dalam kameranya.

"Nilam dandan dulu ya baru ganti baju, untuk foto ke tiga rambut lo harus di hair style dulu" Nilam hanya menganggukan kepala sembari berjalan mengikuti Rara yang menuntunnya menuju ruang ganti.

Nilam mengenakan stelan tanktop hitam tipis, rok rampel di atas paha dan juga cardigan tipis untuk sesi foto ketiga, Rara dan beberapa tim dari studio Nik menata rambut ikal Nilam menjadi lebih bergelombang. Rara bilang di sesi foto kali ini Nilam harus berfoto sembari memakan buah stroberi yang di celupkan ke dalam selai coklat.

"Nilam, yuk setnya udah jadi"

Rara menuntun Nilam memasuki ruangan yang menjadi set sesi foto, rupanya kali ini Nilam akan berfoto di dalam kamar. Kali ini Nik meminta Nilam untuk tidur telungkup di tas ranjang sembari menyilangkan kedua kakinya yang di angkat ketas, di hadapan Nilam sudah ada semangkuk stroberi merah dan juga selai coklat. Nilam menunggu aba-aba Nik yang sedang bersiap memotretnya dari arah samping.

"Ambil stroberinya Nilam." Nik mengarahkan Nilam untuk mengambil satu stroberi yang paling besar dan mencelupkannya kedalam selai coklat yang cair.

Selai coklat itu terlalu cair sehingga hampir jatuh meluncur mengotori bedcover halus yang menjadi alas kasur tempat Nilam berbaring, karena takut di marahi Nilam dengan spontan menjulurkan lidah untuk menjilat selai yang akan menetes dari stroberi yang ia pegang dan Nik berhasil mengabadikan kejadian itu kedalam sebuah gambar.

"Ya ampun Nilam, tadi itu keren banget. Liat lo cantik banget di sini" Rara berteriak kesenangan di samping Nik yang tiba-tiba melirik kepadanya sembari tersenyum kecil.

"Oke, Nilam Ganti baju lagi ya." Nilam yang sedang merangkak ke pinggiran kasur sedikit terkejut ketika Nik tiba-tiba berdiri di hadapannya. Laki-laki itu kemudian sedikit membungkukan tubuh sehingga wajah mereka berhadapan, dari posisinya itu Nilam dapat melihat mata Nik yang tidak secoklat matanya, fotografer langganan bu Darmi itu sedikit memiliki corak warna hijau di iris matanya.

"Selamat datang di ibu kota, Kembang desa" Nik begitu saja pergi meninggalkan Nilam yang tiba-tiba terpaku, sekali lagi Nilam menyentuh sudut bibirnya yang tadi di kecup oleh Nik yang sekarang kembali sibuk memeriksa kameranya.

"Nilam! Malah bengong, ayo ganti baju dan apus makeup lagi." Nilam mengerjapkan mata beberapa kali, perempuan itu berusaha mengabaikan degup jantungnya yang tiba-tiba saja menggila dan bergegas meninggalkan set untuk menyusul Rara yang sudah lebih dulu pergi ke ruang ganti.

***

Nilam yang sedang menunggu Rara terkejut karena tiba-tiba saja pipinya terasa dingin, begitu menoleh perempuan itu menemukan Nik dengan senyum tidak bersalahnya menempelkan satu keleng soda dingin ke pipinya.

"Hai kembang desa, belum pulang?" Nilam benar-benar tidak habis pikir, kenapa orang-orang di ibu kota bisa sangat menarik. Tiba-tiba saja perempuan itu merasa malu dengan penampilannya di hadapan si fotografer.

"Ck, malah melamun. Gue nanya Nilam, lo belum pulang?"

"Hah, oh. Eng, belum. Masih nunggu Rara dulu sebentar."

"Rara yang bawa mobil? Ck, dia sih lama. Masih payah dia soal urusan di tempat parkir." Nilam tidak tau harus merespon bagaimana, jadi perempuan itu memilih diam.

"Ngomong-ngomong foto-foto lo tadi bagus, enggak berminat jadi model?"

"Hah? Hahaha mana mungkin, modelkan harus cantik." Nilam menahan napas ketika tiba-tiba saja Nik meraih dagunya dan memperpendek jarak di antara mereka dengan cepat. Nilam bisa belihat laki-laki itu menatapnya lama sebelum kemudian mengulum senyum.

"Lo cantik Nilam, cantik." Nilam menelan ludahnya dengan gugup.

"Ah ngomong-ngomong selamat datang di ibu kota, semoga lo betah ya." Nilam mengerjap ketika Nik begitu saja bangkit dari duduknya.

"Gue kerja lagi ya, dah!"

"Eng, Nik. Minuman kamu!"

"Hahaha buat lo, minuman itu gue beli buat lo kok. Dah!" Nilam menatap minuman kaleng di samping tempat duduknya dan juga pintu studio Nik yang kembali tertutup.