Chereads / Fugitive / Chapter 3 - Bagian 1.1

Chapter 3 - Bagian 1.1

---- Kota Tunis, Tunisia, Afrika Utara----

Suara langkah kaki yang lari terbirit-birit terdengar di kesunyiam malam. Rembulan terlihat berbentuk bulat sempurna. Cahaya yang dikeluarkan membuat malam itu terlihat sedikit terang. Jalanan kota sudah sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya masing-masing.

Kota ini sangat sunyi di malam hari. Bangunan khas Afrika Utara yang bernuansa Islami mengeluarkan cahaya lampu dari jendela, membuat suasana kota menjadi gemerlap. Sebagian besar bangunan di sini berwarna coklat muda atau warnanya mirip seperti warna pasir. Bangunan di sini kebanyakan berbentuk kubus dan balok.

Seorang perempuan berlari di trotoar. Gaun putih yang dia kenakan terlihat berantakan. Rambut panjangnya yang terurai nampak acak-acakan dan penuh dengan debu. Berkali-kali perempuan itu menoleh ke belakang untuk melihat beberapa orang yang mengejarnya. Orang-orang itu mengenakan pakaian militer serba hitam. Di wajah mereka terdapat sebuah masker hitam yang menutupi hidung dan mulut. Mereka juga mengenakan baju dan topi besi yang tahan dengan peluru. Penampilan mereka sangat menyeramkan, ditambah lagi setiap orang memegang sebuah senapan.

"Sial! Mengapa mereka terus mengejarku!" kata perempuan tersebut.

Perempuan itu mengembalikan pandangannya ke depan. Dia terus berlari sambil memegangi gaunnya agar tidak tersandung pakaian panjangnya ketika berlari. Dia tidak tahu mengapa mereka terus mengejarnya. Entah kesalahan apa yang dia perbuat kepada orang-orang itu sampai-sampai mereka rela mengejarnya selama berminggu-minggu.

Dia berbelok ke arah kiri menuju jalanan yang lebarnya lebih sempit dari jalan utama. Sebelah kanan dan kiri jalan ini terdapat bangunan yang berdempet-dempet. Bentuk antara bangunan satu dengan bangunan lainnya tidak terlalu berbeda. Bangunan-bangunan itu ada yang berbentuk kubus dan ada juga yang berbentuk balok. Beberapa mobil terparkir di jalanan ini. Semua bangunan dicat dengan warna putih. Sedangkan pintu dan jendela mereka dicat dengan warna biru. Di setiap pintu terdapat ukiran khas Gurun Sahara yang bernuansa Islami. Di beberapa bangunan atau rumah terdapat tanaman rambat yang merambat di atas pintu.

Perempuan itu menoleh ke belakang. Dia melihat orang-orang yang mengejarnya ikut berbelok ke jalanan ini. Dia mengembalikan pandangannya ke depan. Kakinya mulai terasa sakit karena berlari tanpa menggunakan alas kaki.

"Stop!" salah satu dari mereka berteriak kepada wanita tersebut. Namun, perempuan itu tidak menghiraukannya. Dia terus berlari secepat mungkin agar tidak tertangkap oleh mereka.

Dia lelah dikejar oleh orang-orang itu tanpa henti. Sudah berminggu-minggu dia berusaha menghindar dari mereka. Namun, entah bagaimana caranya, mereka selalu berhasil menemukan perempuan itu. Entah itu di Iran, Algeria, Maroko, ataupun di Tunisia, mereka selalu berhasil menemukannya. Perempuan itu selalu bertanya apakah mereka memiliki intel sendiri sehingga bisa menemukannya di mana pun dia berada?

Dia berbelok ke arah kanan menuju jalanan yang lebarnya lebih sempit lagi. Bangunan-bangunan yang ada di jalanan ini sama seperti bangunan yang ada di jalanan sebelumnya. Semua rumah berbentuk balok atau kubus dan disusun secara berdempet-dempet. Warna temboknya berwarna putih. Pintu dan bingkai jendela dicat dengan warna biru. Ditambah dengan ukiran khas Afrika Utara dengan gaya Islami yang menempel di pintu setiap bangunan.

Di jalan ini hanya ada satu mobil yang terparkir. Mobil itu berjenis sedan dan berwarna hitam. Kendaraan tersebut berhenti di depan salah satu bangunan. Mobil itu terlihat kusam karena dipenuhi dengan debu. Sepertinya kendaraan tersebut jarang dipakai oleh pemiliknya.

Dia berbelok ke arah kiri menuju gang. Di sebelah kanan dan kiri gang ini terdapat bangunan atau rumah yang semuanya berwarna putih dengan jendela dan pintu berwarna biru. Pemandangan ini terlihat seperti di jalanan sebelumnya. Hanya saja di tempat ini aksesnya lebih sempit dan tidak ada mobil yang terparkir.

Di gang ini juga terdapat beberapa restoran, toko, dan juga hotel. Sesekali dia melewati gapura yang berbentuk kubah. Di sepanjang jalan, banyak tanaman rambat yang tumbuh di dinding-dinding bangunan khususnya di atas jendela. Namun, tanaman-tanaman itu tidak terlalu lebat sehingga struktur bangunanya masih bisa dilihat.

Perempuan itu terus berlari tanpa henti di gang yang terlihat sepi ini. Dia berharap ada seseorang yang keluar dari rumah dan bisa menolongnya. Namun, sepertinya itu mustahil mengingat hari sudah semakin larut. Penduduk sekitar pasti sudah terlelap dalam tidur mereka.

Gadis itu berbelok ke arah kanan menuju gang yang lebarnya lebih sempit lagi dari gang sebelumnya. Senyuman terukir di wajahnya ketika melihat seorang laki-laki yang sedang berdiri di kejauhan. Laki-laki itu bersandar di sebuah dinding sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dia mengenakan jaket berwarna hitam yang warnanya terlihat sedikit pudar.

Tanpa menunggu lama lagi, perempuan itu langsung mempercepat larinya untuk menemui laki-laki itu dan meminta pertolongan kepadanya. Namun, saat dia tinggal berjarak dua meter dari pria itu, dia terjatuh dan tersungkur tepat di depan laki-laki tersebut.

Perempuan itu langsung memegang salah satu kaki pria yang ada di depannya untuk meminta pertolongan—sekaligus menahan rasa malu. "Aku mohon tolong aku!" ucap perempuan tersebut. Tetapi, laki-laki itu hanya diam saja, dia tidak membalas ucapan perempuan tersebut. "I'm sorry, please help me!" perempuan itu langsung memperbaiki perkataannya. Dia merasa bodoh, mana ada penduduk setempat yang bisa menggunakan Bahasa Indonesia.

"Apa yang bisa saya bantu?" kata laki-laki tersebut dengan suaranya yang sedikit berat. Perempuan itu langsung mendongakkan kepala dan menatap wajah laki-laki yang ada di depannya setelah mendengar suara itu.

"Kamu orang Indonesia?" Kata perempuan itu sambil berdiri dan membersihkan gaunnya yang kotor. "Apa kamu bisa menolongku? Aku mohon tolong aku!" kata perempuan itu lagi. Matanya menatap pria itu dengan penuh harapan. Dia berharap orang yang ada di depannya ini bisa membantunya.

"Apa yang bisa saya bantu?" tanya pria tersebut.

"Tolong selamatkan aku dari orang-orang itu." Katanya sambil menunjuk kelokan yang barusan dia lewati. Dari balik kelokan itu, muncul beberapa orang yang mengenakan pakaian serba hitam dan berlari mendekati mereka berdua.

Mata laki-laki itu langsung melebar ketika melihat mereka. Bukan, lebih tepatnya mata laki-laki itu melebar ketika melihat sebuah lambang yang menempel di topi anti peluru mereka. Tanda yang menempel di topi itu adalah lambang sebuah organisasi brutal dan berbahaya yang dia hindari selama ini.

"Tidak! Lari!" Secara refleks, laki-laki itu langsung menarik tangan perempuan yang ada di sebelahnya dan berlari menjauhi orang-orang yang mengenakan pakaian militer serba hitam tersebut. Aksi kejar-kejaran terjadi di salah satu gang pemukiman yang ada di Kota Tunis. Perempuan itu menatap laki-laki yang menarik tangannya. Dia hanya bisa melihat punggung pria tersebut dari belakang.

Laki-laki itu menggenggam tangan gadis yang ada di belakangnya dengan sangat erat. Dia tidak memikirkan apakah gadis itu merasa kesakitan atau tidak. Yang dia pikirkan hanya satu, kabur dari orang-orang yang mengejarnya.

Orang-orang yang mengenakan pakaian militer serba hitam itu adalah anggota dari organisasi besar yang terlarang dan rahasia. Mereka merupakan bagian kecil dari organisasi terlarang tersebut. Hanya ada beberapa orang di muka bumi ini yang mengetahui organisasi tersebut termasuk laki-laki itu. Mereka terkenal dengan kekejaman dan kebrutalannya.

Sepertinya mereka sedang melakukan sebuah misi di sekitar sini. Atau mungkin misinya adalah menangkap perempuan yang sedang mereka kejar saat ini. Namun, sepertinya misi kali ini tidak berjalan mulus. Ada seorang laki-laki yang berusaha untuk menyelamatkan perempuan yang mereka kejar dari tadi.

"Stop!" Pemimpin kelompok misi tersebut berteriak kepada dua orang yang dia kejar. Namun, perempuan yang orang-orang itu kejar dan laki-laki yang menyelamatkan perempuan tersebut tidak memedulikannya. Mereka berdua malah menambah kecepatan larinya agar bisa lepas dari pandangan orang-orang tersebut.

Sesampainya di ujung gang, mereka berdua berbelok ke arah kanan. Laki-laki itu menoleh ke arah belakang dan melihat kelompok itu juga berbelok ke arah kanan mengikutinya. Dia mengembalikan pandangannya ke depan dan mempercepat larinya. Lebar gang ini terlihat lebih sempit dari gang sebelumnya. Sama seperti gang sebelumnya, di gang ini semua rumah juga dicat dengan menggunakan warna putih. Sedangkan jendela dan pintunya dicat dengan warna biru. Hanya saja ada yang berbeda. Pintu-pintu rumah yang ada di gang ini tidak ada ukirannya dan juga tidak ada tanaman rambat. Dinding-dinding bangunan yang ada di sini sudah mulai terkelupas. Kabel listrik terlihat bergelantungan di atas bangunan tanpa ada penataan yang rapi.

Mereka terus berlari hingga sampai di sebuah pertigaan. Laki-laki itu memilih untuk berbelok ke arah kiri. Setelah itu dia menoleh ke belakang dan melihat orang-orang yang mengejarnya juga berbelok ke arah kiri mengikutinya. Dia juga melihat perempuan yang dia bawa sudah mulai kelelahan. Keringatnya mengalir deras membasahi pelipis dan pipinya.

Laki-laki itu mengembalikan pandangannya ke depan. Gang ini lebih lebar dari gang sebelumnya. Bentuk bangunan yang ada di kanan dan kiri lintasan ini masih sama dengan bangunan yang ada di gang-gang sebelum-sebelumnya. Hanya saja lintasan di sini sedikit menanjak. Sehingga butuh tenaga ekstra untuk berlari di gang ini

"Stop!" pemimpin misi berteriak lagi. Sudah ketiga kalinya dia mengeluarkan tanda peringatan. Tetapi, mereka berdua tidak memedulikannya. Salah satu dari kelompok itu bahkan ada yang merasa geram dan mengarahkan senjatanya ke arah target. Namun, salah satu temannya menghentikan tindakan bodoh itu. Jika ada kontak senjata di sini, itu bisa mengundang perhatian penduduk sekitar.

Aksi kejar-kejaran semakin lama semakin menegangkan. Baik yang mengejar ataupun yang dikejar berlari melewati gang yang sempit ataupun gang yang lebar. Berkali-kali mereka berbelok ke kanan dan ke kiri. Perempuan yang menjadi target terlihat mulai kelelahan. Napasnya tersenggal-senggal dan tidak beraturan.

Laki-laki itu menoleh ke belakang untuk menatap perempuan yang dia bawa. Gadis itu terlihat penuh dengan keringat. Tangannya terasa basah dan rambutnya yang terurai terlihat acak-acakan. Pakaian putih yang dia kenakan penuh dengan debu.

Laki-laki itu mengembalikan pandangannya ke depan dan berpikir bahwa dirinya tidak bisa terus-terusan berlari. Energi atau tenaga perempuan yang dia bawa sudah terkuras banyak. Bisa jadi gadis ini akan pingsan nantinya. Itu malah merepotkan. Dia memikirkan strategi bagaimana cara kabur dari orang-orang itu dengan cepat. Berpikir dalam kondisi seperti ini sangatlah sulit. Apa lagi waktu berpikirnya terbatas sekali.

Saat berada di ujung gang, laki-laki dan perempuan itu berbelok ke arah kanan. Namun sayangnya, keberuntungan tidak memihak kepada dua orang itu. Mereka bertemu dengan jalan buntu. Pergerakan mereka terhenti, sedangkan orang-orang yang mengejarnya semakin mendekat.

"Sial, kita salah pilih jalan," kata perempuan tersebut.