Anna hanya bisa mematung ketika melihat laki-laki tersebut. Perempuan itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Laki-laki yang ada di depannya terlihat mengenakan pakaian militer berwarna hitam. Badannya sangat besar, kekar dan juga penuh dengan otot. Dia sangat menakutkan. Selain itu, Anna juga bertanya-tanya, apa maksud dari kata "The T" yang dia ucapkan?
"Apa yang kamu lakukan di sini The V?" kata Taishi dengan Bahasa Persia.
Anna menatap Taishi yang ada di sebelahnya. Dia mengerutkan dahi. Apa maksud kata "The V" yang barusan Taishi ucapkan itu. Apa maksud dari kata "The T" dan "The V" itu? Dan juga mengapa mereka berbicara dengan nada yang akrab seperti itu? Apakah mereka saling mengenal?
"Tentu saja aku ingin menemuimu, The T. Apa lagi yang akan kulakukan di gedung ini selain menemuimu. Aku mencarimu ke mana-mana dan rupanya kamu berada di sini? Apa yang kamu lakukan di sini, The T?" kata laki-laki berbadan besar dan kekar tersebut.
"Gedung tua ini adalah milikku. Jadi, aku bebas melakukan apa saja, The V," kata Taishi.
"Tidak biasanya, kamu berkeliling gedung yang besar ini. Biasanya kamu hanya berdiam diri di ruanganmu. Apa yang kamu rencanakan sampai-sampai Si Pemalas mengelilingi gedung?" kata laki-laki yang dipanggil "The V" itu.
Anna menatap laki-laki yang berbadan besar itu. Kemudian, dia memalingkan pandangannya menuju Taishi. Dia masih belum bisa memahami kondisi yang dia hadapi saat ini. Dia masih belum memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dia masih linglung dengan percakapan di antara dua orang itu. Anna berpikir, apa mungkin laki-laki berbadan besar itu memanggil Taishi dengan sebutan "The T"? Begitu juga sebaliknya Taishi memanggil laki-laki berbadan kekar itu dengan menggunakan nama "The V". Tapi, mengapa mereka memakai nama seperti itu?
"Gedung ini tempat tinggalku. Jadi, aku bebas melakukan apa saja di sini. Selama di sini aku tidak akan mengikuti aturan markas," kata Taishi.
Anna semakin tidak mengerti dengan percakapan mereka. Apa yang dia maksud dengan "markas". Mereka memiliki markas. Memangnya siapa mereka sehingga bisa menyebut kata "markas". Apa mereka anggota dari sebuah mafia? Atau apakah mereka adalah anggota dari organisasi terlarang? Atau mungkin mereka gerombolan orang teroris? Atau mungkin mereka Lalu, kata " markas" yang diucapkan oleh Taishi mungkin adalah tempat mereka berkumpul. Anna tidak bisa berpikir jernih saat ini. Pikiran negatif terus-menerus membayangi kepalanya.
"Sejak kapan kamu membangkang seperti ini? Di mana pun kamu berada, kita harus mengikuti aturan markas yang diberikan oleh Pemimpin," ujar The V.
"Tapi, Peminpin tidak berhak memberi aturan atas tempat tinggalku sendiri," kata Taishi.
"Lupakan saja. Terserah apa yang akan kamu lakukan di sini. Lalu, siapa wanita yang ada di sampingmu itu?" ucap The V.
"Perempuan ini target yang kita cari," kata Taishi.
Anna terkejut mendengar hal itu. Apa yang dia maksud dengan kata "target" itu. Maksudnya, dia menjadi incaran mereka? Apa dia menjadi buronan bagi mereka? Jika itu memang benar, berarti perempuan itu masuk ke dalam kandang singa. Dia menyerahkan dirinya sendiri kepada pemangsanya. Mengapa mereka menjadikan Anna sebagai buronan atau target? Anna sendiri tidak tahu apa kesalahannya sehingga dijadikan buronan oleh dua orang itu.
"Target?" Anna bergumam pada dirinya sendiri.
"Target?" The V mengerutkan dahinya. "Maksudmu perempuan yang menjadi buronan selama ini?"
"Iya, perempuan yang kamu lihat adalah buronan kita," jawab Taishi.
Senyuman terukir di wajah laki-laki yang dipanggil The V itu. Dia bertepuk tangan untuk memberi penghargaan kepada Taishi karena berhasil menangkap buronan. "Kamu sangat hebat The T!"
"Iya, aku tahu bahwa aku sangat hebat," kata Taishi.
"Tapi, mengapa kamu dan perempuan itu ada di sini?" ucap The V..
"Kami barusan dari ruanganku," kata Taishi.
"Apa yang kamu lakukan di sana?"
"Aku hanya mengobrol ringan saja."
"Mengobrol ringan?" The V mengangkat alisnya. "Mengobrol ringan seperti apa? Jangan bilang bahwa kamu memberitahu identitasmu--." Ucapan laki-laki itu dipotong oleh Taishi.
"Iya, aku memberitahu identitasku." Kata Taishi memotong ucapan laki-laki itu.
The V terlihat mengembuskan napas dalam-dalam setelah mendengar ucapannya. Melihat ekspresi yang dikeluarkan oleh The V, Taishi menebak kata-kata yang akan diucapkan oleh laki-laki itu sebentar lagi.
"Bunuh dia!" kata The V. Taishi sudah menduga bahwa laki-laki itu akan mengatakannya. Hal itu sudah dijelaskan dalam aturan markas. Jika ada orang lain yang mengetahui identitas anggota maka orang itu harus dibunuh agar identitasnya tidak bocor.
Anna menatap The V setelah mendengar hal itu. Jantungnya seolah-olah berhenti berdetak saat mendengar hal tersebut. Dia tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Perempuan itu menatap Taishi yang ada di sebelahnya. Dia ingin bertanya kepada Taishi siapa mereka sebenarnya dan mengapa mereka ingin membunuhnya?
"Apa maksudnya ini?" Kata Anna sambil menatap Taishi. Matanya berkaca-kaca dan hampir meneteskan air mata. "Apa maksud dari ucapan laki-laki itu?" Kata Anna sambil menunjuk The V dengan jari telunjuknya.
"Kamu sudah mendengarnya, bukan? Kamu harus mati," kata The V.
"Tapi mengapa aku harus dibunuh?" kata Anna.
"Ya, karena kamu mengetahui identitas laki-laki yang ada di sebelahmu. Jadi kamu harus mati! Menurut aturan markas, orang yang mengetahui identitas kami haruslah mati," jawab The V dengan enteng.
"Apa maksudmu aku harus mati karena mengetahui identitasnya?" Anna menatap The V dengan tatapan tajam. Setelah itu dia menatap Taishi yang ada di sebelahnya. "Taishi, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Sebenarnya siapa kamu dan siapa pria itu? Apa ini tujuanmu memintaku kemari?" kata Anna kepada Taishi. Sedangkan Taishi tidak membalas ucapan Anna. "Jangan diam saja, Taishi! Jawab pertanyaanku!"
Taishi tidak bisa berkata apa-apa. Walaupun Taishi tidak membocorkan identitasnya kepada Anna, perempuan itu tetap akan dibunuh karena dia telah menjadi buronan atau target selama ini. Dalam aturan markas yang dibuat oleh Pemimpin, semua buronan atau target harus dibunuh.
"Kamu telah mengetahui identitasnya, tidak ada pilihan lain selain menyingkirkanmu. Ini demi kebaikan kita. Cepat kamu bunuh dia!"
"Tapi The V, aku tidak membawa senjataku," kata Taishi.
"Tidak perlu khawatir, kamu bisa menggunakan milikku." Kata The V sambil mengambil pistol dari tas kecil yang terpasang di sebelah saku dan memberikannya kepada Taishi.
Taishi menerima pistol itu dan mengarahkannya ke Anna. Dia berjalan mendekati Anna dengan perlahan. Sedangkan Anna berjalan mundur menghindari Taishi. Dia melangkah terus hingga terpojok ke dinding. Tidak ada jalan lagi untuk kabur.
Taishi meletakkan pistolnya di pelipis Anna. Hanya tinggal menekan pelatuknya saja, perempuan itu akan tewas. Mata Anna berkaca-kaca hingga akhirnya air matannya menetes dan membasuhi pipi. Apakah dia benar-benar akan dibunuh? Apakah orang itu serius mengakhiri hidupnya?
Mata Taishi juga ikut berkaca-kaca melihat Anna meneteskan air mata. Dia tidak tega melihat perempuan itu menangis. Dia tidak mampu menekan pelatuk dan membuat nyawa wanita yang ada di depannya melayang.
Ini mengingatkan Taishi dengan kejadian yang sudah berlalu. Dia telah membunuh banyak orang. Perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, dan juga semua orang yang tidak bersalah lainnya harus dia bunuh demi kepentingan markas atau organisasinya. Sebagai anggota, Taishi hanya bisa membunuh semua orang yang menjadi target atau buronan sesuai dengan perintah atasannya, walaupun target itu tidak memiliki dosa apa-apa. Dia merasa sudah muak dengan ini semua.
Bayangan-bayangan tentang anak-anak yang berlumuran darah, wanita yang dipenggal, ibu hamil yang ditusuk perutnya, dan wanita dan pria tua yang berserakan di jalanan terus terbayang di dalam pikirannya. Dia sudah membunuh orang-orang tidak berdosa. Dia ingin mengakhiri semua ini. Namun, laki-laki itu tidak mampu untuk mengakhirinya. Dia terus melaksanakan perintah atasannya untuk terus membunuh orang-orang tanpa bisa membantahnya. Dia sudah muak dengan itu semua. Dia ingin mengakhiri semuanya.
Taishi menatap mata Anna dengan tatapan tajam. "Anna, sebaiknya kamu mengikuti saranku." Setelah Taishi mengucapkan hal itu, dia mengarahkan pistolnya ke arah kaki The V dan menekan pelatuknya. Sebuah peluru meluncur ke dalam betis The V. Laki-laki itu langsung merintih kesakitan dan terjatuh ke lantai.
Tanpa menunggu lama lagi, Taishi langsung memegang tangan Anna dan berlari meninggalkan tempat itu. Mereka berdua berlari menuju pintu belakang. Sedangkan The V yang tadi terjatuh, mengeluarkan talkie walkie dari dalam saku dan menghubungi temannya.
"Anggota The T telah berkhianat dan kabur bersama target. Tangkap mereka sekarang juga!" kata The V kepada teman-temannya.
Anna dan Taishi berlari melewati lorong yang bercabang-cabang. Sesampainya di pintu belakang, mereka langsung keluar dari gedung. Sekitar sepuluh orang yang mengenakan pakaian militer berwarna hitam datang berbondong-bondong dari arah lain untuk menangkap Anna dan Taishi. Pasukan itu mengenakan baju besi dan juga topi anti peluru. Mereka membentuk formasi setengah lingkaran untuk mengepung Anna dan Taishi. Pasukan berpakaian militer itu juga mengarahkan senapannya masing-masing ke arah Anna dan Taishi.
Taishi melepaskan tangan Anna. Dia mengarahkan pistolnya yang dia bawa ke arah orang-orang itu. Sedangkan Anna merasa ketakutan dan bersembunyi di belakang Taishi. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Pergilah Anna! Tinggalkan tempat ini sekarang juga! Ini terlalu berbahaya bagimu!" bisik Taishi.
"Tapi, bagaimana denganmu?" tanya Anna.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku akan baik-baik saja," jawab Taishi.
"Apa? Kamu yakin akan baik-baik saja melawan banyak orang seperti ini?"
"Jangan banyak bicara, cepat lari dan segera pergi dari sini." Bisik Taishi sambil memfokuskan pistolnya ke arah pasukan tersebut. "Ingat pesanku tadi. Segera tinggalkan Iran dan Timur Tengah. Cepat segera pergi dari tempat ini! Mobilmu ada di halaman depan, bukan? Masuklah kembali ke dalam gedung itu dan keluar lewat pintu depan atau pintu utama. Jangan sampai kamu tersesat! Aku telah memasang bom di dalam bangunan itu. Dalam waktu lima menit ke depan, gedung itu akan meledak," Taishi berbisik kepada Anna.
Anna mengangguk setelah mendengar itu. "Baiklah, aku akan mempercayakan semuanya kepadamu. Tolong tetaplah hidup! Kamu tahu rumahku, bukan? Jika kamu selamat, temui aku di rumah. Ada banyak pertanyaan yang harus kamu jawab." Setelah mengucapkan hal itu, Anna langsung melangkah masuk kembali ke dalam gedung dan berlari menuju pintu depan.
Salah satu dari pasukan yang membentuk formasi setengah lingkaran menembak ke arah Anna, namun tembakannya meleset dan mengenai dinding bangunan. Mendengar suara tembakan itu, Anna langsung mempercepat larinya. Sedangkan Taishi, mengarahkan pistol yang dia pegang ke arah penembak tadi.
"Jangan menembak!" Taishi berteriak.
"Apa yang kamu lakukan The T? Kamu melindungi perempuan yang menjadi target itu. Ini tindakan penghianatan. Mengapa kamu menyelamatkan orang yang dapat membahayakan organisasi kita?" kata pemimpin pasukan dalam Bahasa Persia.
"Sesuai dengan aturan markas, penghianat harus menyerahkan diri kepada Pemimpin. Serahkan dirimu, The T! Sebelum semuanya menjadi tidak terkendali," kata orang yang lainnya dalam formasi setengah lingkaran tersebut dalam Bahasa Persia.
"Apa aku perlu menyerahkan diriku kepada Pimpinan kalian yang bersikap seenaknya sendiri itu?" kata Taishi.
"Jaga ucapanmu, The T! Kamu tidak bisa berkata seperti itu kepada Pemimpin. Kamu akan dihukum atas perbuatan yang telah kamu lakukan!" kata salah satu orang dalam formasi tersebut.
"Lebih baik kamu menyerahkan diri, The T! Jika kamu menyerahkan diri, Pemimpin kita yang murah hati mungkin akan meringankan hukumanmu," kata pemimpin pasukan.
Taishi mengembuskan napas. Dia tidak punya peluang untuk hidup jika melawan pasukan yang ada di depannya. Lebih baik, jika dia menyerah. "Baiklah! Aku mengakui bahwa aku bersalah. Aku sudah mengaku bahwa perbuatanku tidak benar. Lalu, setelah itu, apa yang akan kalian lakukan kepadaku?" tanya Taishi.
"Ikutlah kami ke markas. Kamu harus menemui Pemimpin dan mengakui semua kesalahanmu kepada Pemimpin," kata pemimpin pasukan.
Taishi memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana. Dia memegang sebuah alat berbentuk balok yang ada di dalam saku. Laki-laki itu menekan sebuah tombol yang ada di benda tersebut dari dalam saku. Tombol itu adalah tombol bom yang sudah dia tanam di bawah gedung. Dia juga sudah mengatur timer selama lima menit. Bom itu akan meledak lima menit lagi.
"Baiklah, aku akan pergi ke markas bersama kalian," kata Taishi.
"Kamu mengambil keputusan yang tepat, The T. Sekarang, turunkan senjatamu!" kata salah pemimpin pasukan formasi tersebut.
Tanpa diperintah dua kali, Taishi langsung menjatuhkan senjatanya. Dia juga mengangkat kedua tanganya setinggi daun telinga. Para pasukan itu langsung berjalan mendekati Taishi. Mereka mengelilingi laki-laki itu dan mengarahkan senapan ke arahnya.
"Mobilku ada di halaman depan. Kita bisa pergi ke markas dengan menggunakan mobilku," kata Taishi. "Kita bisa masuk ke dalam gedung itu untuk menuju halaman depan."
"Baiklah, antarkan kami ke halaman depan! Cepat jalan!" Taishi dan pasukan yang mengelilinginya langsung berjalan memasuki gedung menuju halaman depan bangunan.
✒✒✒✒💣💣💣💣✒✒✒✒
Anna berlari dengan cepat menuju pintu depan atau pintu utama untuk keluar dari gedung ini. Dia bergerak melewati puluhan lorong yang bercabang-cabang. Dia harus keluar dengan cepat. Sesuai dengan perkataan Taishi, sebentar lagi gedung ini akan meledak.
Namun, sialnya perempuan itu bertemu dengan jalan buntu. Perempuan itu lupa jalan menuju pintu utama. Dia mengumpat kepada dirinya sendiri. Tidak mudah keluar dari gedung ini. Selain lorong yang bercabang-cabang, bangunan ini tidak memiliki pencahayaan sedikit pun. Akhirnya mau tidak mau, Anna harus putar balik dan mencari jalan yang lain. Perempuan itu membuka matanya lebar-lebar agar dapat melihat di kegelapan. Dia berharap semoga kali ini dia tidak bertemu dengan jalan buntu lagi.
✒✒✒✒💣💣💣💣✒✒✒✒
Taishi berjalan dengan perlahan. Dia berusaha untuk mengulur waktu agar Anna bisa keluar dari gedung ini. Dia yakin jika gadis itu mungkin tersesat di gedung yang sangat besar ini. Apa lagi, dia baru pertama kali ke sini.
"Apa kamu bisa berjalan lebih cepat?" kata pemimpin pasukan tersebut.
"Ma-maafkan aku." Taishi mempercepat jalannya sedikit.
Laki-laki itu berputar-putar di dalam bangunan. Pasukan yang mengelilinginya tidak akan sadar bahwa laki-laki itu mengarahkannya ke jalan yang salah. Hanya Taishi yang tahu persis denah ruangan gedung ini. Tidak ada orang lain yang dapat hafal denah dengan baik selain dirinya.
✒✒✒✒💣💣💣💣✒✒✒✒
Anna berhenti di perempatan lorong. Dia tidak tahu harus berbelok ke kanan, kiri, atau lurus untuk dapat keluar dari gedung ini. Perempuan itu cemas dan merasa kebingungan. Jika salah ambil jalan, tamat sudah hidupnya. Menurut perhitungannya, bom itu akan meledak empat menit lagi.
Perempuan itu memilih untuk berlari lurus. Dia berharap jalan yang dia pilih ini benar. Anna terus berdoa di dalam batinnya. Terkadang dia merasa kesal kepada Taishi, mengapa dia ingin meledakkan bom saat dirinya masih berada di sini. Tidak bisakah laki-laki itu meledakkan bomnya nanti saja? Atau tidak bisakah laki-laki itu menunda peledakkan bomnya? Anna merasa gugup sekarang.
Perempuan itu berlari dengan jantung yang berdegup kencang. Keringat membasahi pelipisnya. Dia takut jika bom itu meledak sebelum dia keluar dari bangunan ini.
✒✒✒✒💣💣💣💣✒✒✒✒
Taishi berbelok ke lorong ke arah kanan. Empat menit lagi bom yang dia tanam di bawah bangunan akan meledak. Dia hanya perlu menunggu waktu beberapa menit lagi. Laki-laki itu berharap Anna dapat keluar tepat waktu.
Setelah berjalan beberapa meter, Taishi berbelok ke lorong sebelah kiri. Pasukan yang mengelilinginya juga ikut berbelok ke arah kiri. Mereka menatap Taishi dengan tatapan tajam. Tatapannya itu seolah-olah ingin mengatakan jika Taishi kabur, maka mereka akan membunuhnya di tempat.
"Kamu mengarahkan ke arah yang tepat, kan?" kata pemimpin pasukan.
"Te-tentu saja aku mengarahkan ke jalan yang tepat. Kamu hanya perlu percaya kepadaku," kata Taishi.
"Jika kamu bermain-main dengan kami, aku akan membunuhmu langsung. Jadi, hati-hati dalam bertindak," kata orang itu. Mereka berbicara sambil berjalan.
"Bagaimana aku bermain-main dengan kalian? Kita masih satu anggota, kan? Ya, walaupun aku berkhianat terhadap organisasi, tapi aku tidak akan mempermainkan kalian. Aku masih punya rasa setia kawan. Jadi jangan khawatirkan itu."
"Baiklah, untuk saat ini, aku mempercayaimu."
Pasukan yang mengelilingi Taishi terus mengarahkan senapannya kepada laki-laki itu. Mereka menggenggam senjatanya dengan mantap. Telunjuk mereka menyentuh pelatuk tembakan. Mereka bersiap untuk menekan pelatuknya jika Taishi berusaha kabur.
✒✒✒✒💣💣💣💣✒✒✒✒
Sesampainya di ujung lorong, Anna berbelok ke arah kiri. Dia berlari dengan sangat cepat agar bisa keluar dengan tepat waktu. Waktu terus berjalan tanpa melambat sedikit pun. Napasnya mulai tersenggal-senggal karena berlari dari tadi. Dia mulai merasa lelah.
Saat berada di pertigaan lorong, Anna berhenti sebentar. Dia memilih untuk istirahat sejenak. Anna berpikir apakah dia akan melewati lorong yang ada di sebelah kanan atau sebelah kiri. Beberapa saat kemudian, Anna memutuskan untuk melewati lorong yang ada di sebelah kanan dan melanjutkan larinya.
Larinya mulai melambat karena merasa kelelahan. Dia memilih untuk berjalan karena tidak kuat lagi berlari. Andai saja dia rajin joging setiap pagi. Pasti dia tidak akan merasa kelelahan saat ini. Dia menyesal menunda-nunda niatnya untuk joging di pagi hari. Alih-alih olahraga, dia malah menambah jam tidurnya di ranjang. Dia menyesali semuanya.
"Aku seharusnya tidak menunda jogingku," dia berbicara kepada dirinya sendiri. "Jika sebelumnya aku tahu kejadian ini akan terjadi. Aku pasti akan rajin lari maraton," ucapnya dengan napas yang tersenggal-senggal.
Anna berlari sambil berharap jalan yang dilaluinya ini mengarahkannya menuju pintu keluar. Namun sayang seribu sayang, lagi-lagi kesialan menimpa dirinya. Jalan yang dia lalui ternyata buntu. Dia terpojok sekarang. Tidak ada jalan lagi selain kembali ke titik awal. Ini terasa sangat menyesakkan. Anna tidak percaya jika dia bertemu dengan jalan buntu lagi. Dia benar-benar tersesat di gedung ini sekarang. Jika terus-menerus menemukan jalan buntu, itu artinya dia akan mati di tempat ini.
Napas Anna tersenggal-senggal. Dia menyengir untuk merayakan kegagalannya. Ini benar-benar membuatnya gila. It's crazy. Usahanya sangatlah sia-sia. Dia berlari mati-matian, tapi ujung-ujungnya, perempuan itu tidak berhasil menemukan pintu keluarnya.
Anna merasa sangat kesal dan marah. Tapi, dia tidak tahu harus mengungkapkan kekesalan dan amarahnya kepada siapa. Perempuan itu tidak bisa marah kepada siapapun selain dirinya sendiri. Tidak mengagetkan jika mayatnya ditemukan besok pagi di bawah reruntuhan gedung ini. Tidak mengejutkan juga jika Anna dilabeli dengan sebutan orang yang terjangkit aksi kriminal mafia atau mungkin terorisme karena dirinya mati di tempat yang sama dengan Taishi dan para temannya.
Dia tidak tahu siapa mereka. Tapi yang pasti mereka adalah kelompok kriminal seperti mafia atau teroris, mengingat bahwa ada kata "Pemimpin" yang mereka ucapkan. Kata "Pemimpin" itu pasti menunjuk kepada pemimpin kelompok kriminal ini.
Tiga menit lagi bom itu akan meledak. Dia tidak memiliki waktu yang cukup untuk keluar dari bangunan ini. Dia pasti akan mati. Anna berpikir apakah dia akan menulis surat wasiat di sini atau mungkin surat permintaan maaf untuk keluarganya. Jika tahu kondisinya akan menjadi seperti ini, dia seharusnya tidak datang menemui Taishi. Laki-laki itu brengsek.
"Baiklah, aku akan mati di sini. Jadi, seperti ini akhir hidupku. Kematian yang menyedihkan." Kata Anna sambil memegang lututnya. Dia tersenyum sedikit untuk mentertawakan kebodohannya.