Pesawat yang ditumpangi Anna terbang melintasi langit. Perempuan itu menatap gumpalan awan dari balik jendela. Perlahan demi perlahan dia mulai bisa melupakan kejadian tadi dengan menatap pemandangan yang indah. Tidak sepenuhnya terlupakan. Sesekali, dia teringat kejadian menyeramkan itu.
Setelah berjam-jam berada di udara, akhirnya pesawat yang ditumpangi Anna sampai di Bandara Houari Boumedienne. Perempuan itu dapat bernapas dengan lega ketika pesawat yang dia tumpangi mendarat di landasan pacu. Dia sudah berada jauh dari Tehran. Sepertinya dia akan aman di negara ini.
Anna keluar dari pesawat dan berjalan di garbarata. Dia melalui proses imigrasi dan juga pengambilan barang bawaannya. Ada beberapa proses yang harus dia lalui sebelum keluar dari bandara. Setelah melalui semua proses itu, Anna berjalan menuju pintu keluar bandara sambil membawa koper. Perempuan itu mengambil HP-nya dari dalam saku, kemudian dia menyalakan layarnya dan membuka sebuah aplikasi untuk memesan sebuah penginapan secara daring. Dia memesannya sambil berjalan ke area luar bandara.
Sesampainya di luar bandara, Anna menoleh ke arah kanan dan kiri untuk mencari sebuah taksi. Saat melihat taksi kuning yang sedang berjalan, dia langsung menghentikan sebuah taksi itu dengan melambaikan tangannya. Taksi itu berhenti tepat di depan perempuan tersebut. Anna masuk ke dalam kendaraan itu dan memberitahu kepada sopir alamat penginapan yang barusan dia pesan.
Taksi berjalan di jalanan Kota Aljir. Bangunan di kota ini mempunyai ciri khasnya tersendiri. Tata kotanya mirip seperti kota-kota di Eropa. Banyak bangunan atau gedung-gedung di kota ini yang mirip dengan desain bangunan di Paris. Bangunan-bangunan itu kebanyakan berwarna putih. Sesekali dia melihat bangunan yang memiliki kubah di atasnya berada di pinggir jalan.
Taksi yang ditumpangi Anna terus melaju di jalanan. Kondisi jalanan saat ini tidak terlalu ramai. Lampu-lampu jalan yang berwarna kuning menerangi jalan untuk membantu pengendara dan menambah gemerlapnya malam. Beberapa saat kemudian,taksi itu melewati sebuah monumen yang ikonik. Tugu itu bernama Monumen Memorial Martil. Bangunan tersebut memiliki tiga penyangga yang berbentuk segitiga melengkung ke atas dengan warna krim. Anna menatap monumen itu saat melewatinya. Menurutnya itu sangat keren.
Beberapa saat kemudian, taksi yang Anna tumpangi sampai di tempat tujuan. Anna turun dari taksi dan mengeluarkan kopernya. Kemudian, dia membayar ongkos ke sopir. Setelah dia membayar ongkosnya, taksi melesat meninggalkan tempat Anna sendirian.
Anna membalikkan badan. Dia melihat sebuah bangunan tiga lantai. Di tempat inilah dia memesan penginapan untuk beristirahat. Bangunan itu terlihat bergaya khas Eropa. Sepertinya gedung ini adalah bangunan peninggalan masa kolonial.
Perempuan itu masuk ke dalam bangunan tersebut dan berjalan menuju meja informasi. Dia melihat seseorang tertidur pulas di meja tersebut. Anna mengetuk meja dengan tangannya untuk membangunkan orang itu. Tetapi orang tersebut tidak bangun juga. Anna berpikir jika orang itu sedang mengalami mimpi yang indah.
"Excuse me!" kata Anna dengan suara yang pelan. Orang tersebut tidak bangun juga. Malahan dia mendengkur dengan keras. "EXCUSE ME!" Anna mengeraskan suaranya, membuat orang itu langsung terbangun.
"Yes, Can I help you." Kata orang itu sambil mengusap air liurnya yang menempel di mulut.
"I booked a bedroom from application, where's my bedroom?" ujar Anna.
"On whose behalf?" tanya orang tersebut.
"Anna."
"Anna? Wait a minute." Kata orang tersebut sambil membuka sebuah buku pesanan. Dia mencari pesanan kamar atas nama Anna di sana."Your bedroom at the bedroom number 36." Orang itu membuka laci meja yang ada di dekatnya dan mengambil kunci yang memiliki tulisan "36". Setelah itu dia memberikannya kepada Anna.
"Where's bedroom number 36?" Tanya Anna sambil menerima kunci tersebut.
"On the 3rd floor. You can go with lift is there." Ucap orang itu sambil menunjuk lift yang terletak lima belas meter dari meja informasi.
"Thanks." Anna pergi meninggalkan meja informasi itu sambil membawa kopernya dan berjalan menuju lift. Sesampainya di depan lift dia menekan tombol naik. Seketika pintu terbuka secara otomatis. Perempuan itu masuk ke dalam lift tersebut dan menekan tombol yang memiliki tulisan angka tiga di sebelahnya. Lift bergerak naik.
Sesampainya di lantai tiga, pintu terbuka secara otomatis. Anna keluar dari lift dan berjalan menuju kamar nomor 36. Sesampainya di depan pintu kamar yang dituju, Anna memasukkan kuncinya ke ganggang dan membuka pintunya. Dia masuk ke kamar tersebut dan menutup pintunya kembali.
Dia menyalakan lampu dan meletakkan kopernya di salah satu sudut ruangan. Ukuran kamar ini lumayan luas. Terdapat satu kasur yang terletak di tengah-tengah ruangan. Di sebelah kiri kasur terdapat sebuah meja. Sedangkan di sebelah kanan meja terdapat sebuah lemari. Kamar ini juga memiliki satu kamar mandi. Dan di depan kasur terdapat sebuah televisi.
Anna masuk ke dalam kamar mandi. Dia menyalakan kran yang ada di westafel dan mencuci mukanya. Dia menatap wajahnya dari pantulan cermin yang ada di depannya. Perempuan itu dapat melihat mukanya yang kelelahan. Banyak peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Dia berdoa semoga semuanya cepat berlalu.
Dia keluar dari kamar mandi untuk mengambil sikat gigi dan pasta gigi dari tasnya. Kemudian, dia masuk lagi ke dalam kamar untuk menggosok giginya. Setelah itu, Anna keluar dan merebahkan diri di kasur yang empuk. Semoga besok baik-baik saja. Dia mengucapkan sebuah harapan dalam batinnya sebelum menutup mata.
Satu malam terjadi tanpa ada masalah apa-apa. Semuanya begitu tenang. Tidak ada masalah apa pun. Keesokan harinya, Anna bangun dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Dia mencuci muka dan menggosok gigi.
Anna keluar dari kamar mandi dan melemparkan handuknya di atas kasur. Dia melihat sebuah telepon kabel berada di atas meja yang ada di sebelah ranjang. Perempuan itu menghampiri telepon tersebut. Di samping telepon itu terdapat sebuah kertas yang terdapat tulisan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Tulisan itu berisi, jika ingin memesan makanan maka menekan tombol "1". Jika meminta sebuah barang maka menekan tombol "2". Sedangkan jika ingin meminta pelayan datang maka menekan tombol "3".
"Pelayanannya bagus juga," kata Anna.
Anna menekan tombol "1" untuk memesan makanan. Beberapa saat kemudian, telepon kabel itu berdering. Anna mengangkatnya dan meletakkan telepon itu ke telinga. Di dalam telepon itu terdengar suara seseorang yang sedang membacakan menu. Ini sangat simpel.
Anna memilih menu yang dia inginkan. Setelah itu, dia mematikan teleponnya. Beruntung dia dapat penginapan dengan pelayanan yang lumayan baik. Dia takut keluar dari ruangan ini untuk sementara waktu. Pikirannya masih terbayang-bayang dengan kejadian kemarin. Bisa saja anggota-anggota organisasi itu sedang mengejarnya sekarang. Walaupun dia merasa aman di sini, bukan berarti dia sepenuhnya aman. Dia merasa bahwa pasukan itu tidak akan mengejarnya lagi. Namun, di dalam pikirannya, dia juga berpikir mungkin saja pasukan itu sedang mencarinya sekarang. Entah mereka masih mencarinya di Iran atau di negara ini. Ini membuatnya sangat takut untuk keluar dari ruangan.
Tidak perlu menunggu lama, makanan yang Anna pesan akhirnya datang. Dia mengambil makanan itu dan menyantapnya.
Hari demi hari berlalu, tetapi Anna masih takut untuk keluar dari kamarnya. Dia masih berpikir jika orang-orang yang mengejarnya mungkin berkeliaran di luar sana untuk mencarinya. Lebih aman di dalam sini. Dia juga berpikir bahwa berada di dalam ruangan ini belum tentu aman. Bisa saja mereka berhasil melacak keberadaan Anna di dalam kamar itu dan beramai-ramai menggerebek tempat persembunyian Anna.
Satu minggu berlalu begitu saja. Sampai saat ini belum terjadi apa-apa dengannya. Waktu tujuh hari dia gunakan untuk melakukan kegiatan yang bisa di lakukan di ruangan tertutup seperti menonton televisi, makan, dan bermain gim.
Anna duduk di atas kasur. Dia mengambil remot yang ada di atas meja dan menyalakan televisinya. Di dalam televisi itu menayangkan sebuah berita. Anna tidak terlalu mengerti apa yang dikatakan oleh berita itu. Semua tulisan dan ucapannya menggunakan Bahasa Arab. Namun, untungnya ada tayangan video dalam berita itu. Sehingga dia bisa sedikit memahami apa yang disampaikan oleh reporter.
Dalam tayangan tersebut, terlihat sebuah kebakaran hebat terjadi di salah satu sudut Kota Aljir. Di area sekitar kebakaran itu terdapat banyak sekali pemadam kebakaran, mobil polisi, dan ambulans. Beberapa saat kemudian, televisi itu menayangkan rekaman kamera CCTV. Dari rekaman tersebut terlihat seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam masuk ke dalam bangunan. Dia terlihat meletakkan sebuah tas berwarna hitam di sudut ruangan. Dia juga terlihat menumpahkan minyak dengan sengaja.
Setelah melakukan hal itu, orang tersebut keluar dari gedung. Selang beberapa saat kemudian, tas itu meledak dan apinya menyembur ke mana-mana. Api tersebut juga menyambar minyak yang ditumpahkan oleh orang tadi. Hal itu membuat kebakaran hebat terjadi. Dalam sekejap, api menyambar bangunan yang ada di sekitarnya. Dilihat dari tayangan yang tadi ditampilkan, sepertinya, itu adalah berita tentang serangan teroris.
Anna mengganti channel televisinya berkali-kali. Namun,semua channel menayangkan hal yang sama. Sepertinya kejadian itu baru saja terjadi. Sehingga semua channel secara serentak menayangkan hal yang sama.
Anna mematikan televisinya. Dia tidak terlalu paham dengan Bahasa Arab. Perempuan itu menyambar gawai yang ada di atas meja dan menghidupkan layarnya. Setelah itu, dia bermain gim yang ada di HP itu.
Beberapa hari telah berlalu. Sampai hari ini belum terjadi apa-apa dengannya. Tempat persembunyiannya pun juga belum diketahui oleh orang-orang itu. Anna berpikir sepertinya mereka tidak mengejarnya lagi. Apa dia sudah aman sekarang? Dia bertanya kepada dirinya sendiri.
Sudah seminggu lebih dia terjebak di ruangan ini. Perempuan itu mulai merasa jenuh. Dia hanya bermain gawai, bermain laptop, makan, dan menonton televisi setiap harinya. Tidak ada kegiatan lain yang dapat dilakukan di ruangan sempit ini.
Anna menatap pintu. Dia bertanya-tanya mengapa sampai saat ini orang-orang itu masih belum mendobrak pintu tersebut dan menangkapnya di tempat persembunyiannya ini? Apakah mereka berhenti untuk mengejarnya semenjak kematian Rania? Apakah aku bukan target mereka lagi sekarang? Jika memang benar aku bukan buronan lagi, apakah aku sudah tidak perlu lagi bersembunyi di sini?Anna berbicara dalam batinnya. Setelah berlama-lama di dalam ruangan, dia mulai berpikir untuk keluar.
Anna membuka pintu dan keluar dari kamarnya dan berjalan menuju lift. Sesampainya di depan lift, Anna menekan tombol turun yang ada di sebelahnya. Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka secara otomatis. Anna masuk ke dalam lift tersebut dan menekan tombol "1" untuk turun ke lantai dasar.
Pintu tertutup dan lift bergerak turun. Tidak perlu menuggu lama, lift akhirnya sampai di lantai pertama. Anna keluar dari lift dan berjalan keluar dari gedung itu. Dia akan berjalan-jalan sebentar di Kota Aljir untuk menghirup udara segar dan menikmati suasana kota. Dia sudah bosan dan pengap berada di kamarnya untuk waktu berhari-hari.
Sesampainya di luar gedung, Anna melihat banyak orang yang berjalan di trotoar. Jalanan penuh dengan mobil. Cuaca hari ini sangat panas. Matahari bersinar dengan sangat terik. Atmosfer Afrika Utara sangat kental di sini.
Anna berjalan di trotoar. Dia menatap gedung-gedung yang ada di kota ini satu per satu. Bangunan bekas kolonial masih berdiri kokoh di pinggir jalan. Bangunan-bangunan itu mirip seperti bangunan yang ada di Kota Paris. Hanya saja gedung-gedung di sini kebanyakan di cat berwarna putih. Sesekali Anna juga bertemu dengan bangunan yang memiliki kubah khas negara-negara Arab.
Beberapa saat kemudian, Anna sampai di wilayah pesisir kota. Di seberang jalan, dia melihat pantai dan hamparan laut yang sangat luas. Kapal-kapal kecil dan perahu berlayar di laut biru. Jalanan di daerah ini sangat lebar. Di tengah-tengah jalan terdapat banyak pohon kelapa yang ditanam secara berjajar sepanjang jalan.
Jalanan penuh dengan mobil-mobil yang melintas. Sedangkan trotoar penuh dengan orang-orang yang berjalan. Anna melangkah di tengah-tengah keramaian. Kota ini sangat cocok untuk mencari pengalaman baru.
Seorang laki-laki yang membawa sebuah kardus tidak sengaja menabrak Anna. Seketika barang-barang yang ada di dalam kardus langsung berserakan di trotoar. Laki-laki itu langsung berjongkok untuk memungut barangnya yang jatuh dan memasukkannya ke dalam kardus kembali. Melihat hal itu, Anna langsung ikut berjongkok dan membantu pria itu mengambil barang-barang yang berserakan tersebut, kemudian memasukkannya ke dalam kardus.
"I'm sorry." Kata laki-laki itu sambil memungut barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam kardus. "I'm sorry, Anna."
Anna langsung berhenti mengambil barang-barang setelah mendengar ucapannya. Dia melihat laki-laki itu sambil mengerutkan dahinya. "How do you know my name?" kata Anna.
Laki-laki itu tidak memedulikan ucapan, Anna. Dia sibuk memungut barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam kardus. Setelah semua barangnya telah dimasukkan, laki-laki itu berdiri. Anna yang masih berjongkok menatap pria itu berdiri dengan rasa penasaran. Bagaimana laki-laki ini tahu namanya? Dia bahkan belum memberitahukan namanya.
"Thanks a lot." Laki-laki itu pergi meninggalkan Anna. Sedangkan perempuan itu masih terus berjongkok dan hanyut dalam rasa penasarannya. Dia melihat pria tersebut berjalan menjauhinya hingga akhirnya dia menghilang di balik kerumunan.
Anna berdiri sambil membersihkan tangannya. Dia masih bertanya-tanya, bagaimana orang itu tahu namanya? Dia mengecek baju yang dia kenakan. Bisa saja ada name tag di pakaiannya. Namun, setelah dia melihat pakaian yang dia kenakan, tidak ada tanda pengenal yang melekat di bajunya.
Anna berjalan meninggalkan tempat itu dengan rasa penasaran. Bagaimana dia bisa tahu namanya? Anna bahkan belum memberitahukan namanya kepada siapa pun di negara ini kecuali penjaga penginapan beberapa hari yang lalu. Apakah dia tahu namaku dari penjaga penginapan itu? Atau apakah dia hanya menebak-nebak saja?Anna berjalan sambil terus bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki mendekati Anna. Dia mengucapkan sesuatu kepada Anna dengan menggunakan Bahasa Arab. Perempuan itu langsung menggelengkan kepala sebagai isyarat bahwa dia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh laki-laki tersebut.
"I'm sorry, I don't speak Arabian. Do you speak English?" Kata Anna sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Ah, I'm sorry. Can you help me?" kata laki-laki itu.
"Yes, maybe I can help you."
"Can you follow me, please?" kata laki-laki tersebut.
"Why? Why I must follow you?" kata Anna.
"I need someone to watch my small shop for a bit. I've been looking for someone who can look after my shop. But, they all refused," kata laki-laki itu.
"Why do you need someone?" kata Anna.
"I have to go get my son now. But, my wife is in the hospital right now."
"Okay, I will do it," Kata Anna.
"Thank you very much. Can you follow me?" Kata laki-laki itu sambil berjalan meninggalkan tempat itu diikuti dengan Anna di belakangnya.
Mereka berjalan di keramaian. Anna mengikuti orang yang baru dia temui dari belakang. Sepanjang perjalanan dia selalu bertanya-tanya, apakah orang-orang di sini begitu acuh sampai-sampai tidak mau membantu laki-laki ini?
Beberapa saat kemudian, Anna melihat laki-laki itu masuk ke dalam gedung melalui pintu utama. Perempuan itu ikut masuk ke dalam gedung tersebut. Sepertinya toko laki-laki itu berada di dalam bangunan ini.
Mereka berjalan di lorong yang sangat sepi. Tidak ada siapa pun di lorong itu kecuali mereka berdua. Perasaan Anna mulai tidak enak ketika memasuki bangunan itu. Sebelah kiri dan dan kanan lorong hanyalah dinding. Tidak ada ruangan apa pun.
"Tempat seperti apa ini?" Anna bergumam pada dirinya sendiri. "Apakah benar toko laki-laki itu ada di sini? Tempat ini tidak cocok untuk membuka toko apa pun. Tidak ada orang di sini."
Laki-laki itu berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Sedangkan Anna memilih berhenti berjalan. Dia memiliki firasat yang buruk. Suara langkah kaki laki-laki itu terdengar menggaung di bangunan ini.
"Are you sure your shop's here?" kata Anna.
Setelah mendengar ucapan Anna, laki-laki itu berhenti dan membalikkan punggungnya. "Yes, I'm sure. Don't worry. I'm good man. I will not harm you. Come on, follow me. My shop on the second floor." Laki-laki itu mengembalikan pandangannya ke depan dan lanjut perjalan. Setelah mendengar hal itu, Anna langsung lanjut berjalan dan mengikuti laki-laki itu dari belakang.
Sesampainya di lantai dua, mereka terus berjalan melewati lorong-lorong yang sepi. Anna berjalan dengan rasa takut. Dia mencurigai laki-laki yang ada di depannya. Secara logika, mana ada orang yang membuka toko di tempat yang sepi. Dia pasti bukan orang baik.
Anna sangat ingin pergi dari tempat ini. Dia sudah berpikir untuk kabur dari sini. Namun, entah apa yang terjadi, kakinya terus melangkah mengikuti laki-laki yang ada di depannya. Dia mencoba untuk membalikkan badan dan lari dengan cepat, tetapi tidak bisa. Seolah-olah batinnya menolak ide tersebut. Jauh dilubuk hatinya, dia merasa sia-sia jika kabur sekarang. Gedung ini sangat besar dan sepi. Langkah kakinya pasti terdengar menggaung di bangunan ini. Dia pasti ketahuan kabur jika langsung lari begitu saja.
Anna berpikir untuk kabur dengan langkah perlahan. Namun, lagi-lagi batinnya menolak ide tersebut. Posisinya jauh dari pintu keluar sekarang. Walaupun dia melangkah tanpa suara sedikit pun, laki-laki itu juga akan menoleh ke arah belakang kapan saja dia mau. Laki-laki tersebut pasti juga bisa melihat usahanya untuk kabur. Belum lagi, dia tidak tahu apa yang menunggunya di luar sana. Bisa saja kompolotan laki-laki itu menunggu di pintu keluar sekarang.
Beberapa saat kemudian, laki-laki itu menghentikan langkahnya. Anna juga ikut berhenti beberapa meter di belakangnya ketika melihat hal itu. Pria tersebut menoleh ke arah pintu yang ada di sebelah kirinya. Setelah itu dia membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam ruangan.
Anna juga ikut melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Sesampainya di dalam ruangan itu, dia melihat banyak sekali rak yang berjajar-jajar di sini. Rak-rak tersebut berisi barang-barang seperti makanan ringan, sabun, minuman, dan masih banyak lagi. Di depan ruangan terdapat sebuah meja lengkap dengan kasirnya.
"This is my shop." Kata pria tersebut sambil menutup pintu.
"Your shop?" Anna dapat bernapas dengan lega ketika mendengar ucapan pria tersebut. Ternyata memang benar jika laki-laki itu memiliki toko. Selama ini di berspekulasi yang tidak-tidak.
"Yes, this is my shop. I have go now. Please, watch over this shop for me!" kata laki-laki tersebut.
"Yes, I will watch over this shop," jawab Anna.
"And.... Plase follow me, Anna...."
Anna langsung menatap laki-laki itu ketika mendengar ucapannya sambil mengerutkan dahinya. "How to you know my name?"
"Anna from Indonesia, please follow me!" kata laki-laki itu lagi.
Anna merasa takut ketika mendengar hal itu. Bagaimana dia bisa tahu namanya padahal Anna belum memberitahu namanya kepada siapa pun di negara ini kecuali penjaga penginapan. Dan bagaiaman dia bisa tahu negara asal Anna?
"I don't know what do you mean." Anna bergetar ketakutan.
"Follow me go to Iran. Meet my Leader."
"You're part of them? And now you are trying to get me to Iran," kata Anna.