Laki-laki itu melepaskan tangan perempuan yang ada di belakangnya. Dia melihat sekelilingnya sambil berpikir bagaimana cara keluar dari masalah ini. Pandangannya terhenti ketika dia melihat tumpukan karung yang berada beberapa meter di depannya. Di atas tumpukan karung itu terdapat sebuah jendela yang dilapisi dengan pagar atau teralis besi.
Laki-laki itu berjongkok dan menoleh ke arah perempuan tersebut. Dia menepuk pundaknya dengan salah satu tangan. "Naiklah, kita tidak bisa berbalik arah." Laki-laki itu memberi isyarat jika dia akan menggendong perempuan tersebut.
"Ka-kamu mau menggendongku?" tanya perempuan tersebut.
"Jangan banyak bicara, kita tidak punya waktu. Kamu mau ditangkap oleh mereka?"
"Ba-baiklah." Tanpa diperintah lagi, perempuan itu langsung naik ke punggung laki-laki tersebut.
Pria itu langsung berdiri sambil menggendong seorang perempuan di punggungnya. Dia memberi tahu kepada gadis yang dia gendong untuk berpegangan dengan erat. Perempuan itu mengangguk dan melakukan apa yang dia perintahkan. Kemudian, laki-laki itu memanjat tumpukan karung dengan cepat.
Setelah berada di atas tumpukan karung, laki-laki itu memanjat bangunan dengan cara memegangi pagar besi atau teralis besi yang melapisi bagian luar jendela. Dia memilih pegangan dan juga pijakan dengan hati-hati agar tidak tergelincir atau terjatuh. Tanpa sengaja mereka berdua melihat seseorang yang sedang mandi melalui jendela itu. Orang yang ada di dalam ruangan tersebut langsung berteriak dengan sangat lantang melihat orang yang tidak dikenal mengintipnya mandi. Perempuan yang digendong juga ikut berteriak sambil menutup matanya. Untung saja area privasinya tertutupi oleh busa.
"Sorry." Kata laki-laki tersebut sambil mempercepat gerakan memanjatnya menuju ke atas bangunan. Sedangkan orang yang ada di dalam ruangan melemparkan gayung ke arah jendela.
Sesampainya di atas bangunan, mereka berdua melihat kelompok yang mengejarnya baru sampai di gang buntu ini. Kelompok itu berhenti dan melihat orang yang mereka kejar sudah berada di atas sana. Tanpa menunggu lama lagi, pria itu langsung berlari di atas bangunan sambil menggendong perempuan di punggungnya.
Tidak mau kehilangan jejak buronan, orang-orang yang mengenakan pakaian militer serba hitam itu langsung memanjat ke atas bangunan melewati tumpukan karung dan memanjat jendela yang dilapisi oleh teralis atau pagar besi. Mereka naik satu per satu menuju ke atap bangunan. Orang yang sedang mandi langsung berteriak dengan sangat keras ketika melihat banyak orang yang memanjat jendelanya. Dia langsung mengambil barang-barang yang ada di dekatnya dan melemparkannya ke jendela.
Aksi kejar-kejaran terjadi di atas bangunan. Atap bangunan-bangunan yang ada di wilayah ini berbentuk datar. Hal itu membuat atap di sini bisa dibuat untuk kejar-kejaran. Pria yang menggendong seorang gadis berusaha berlari dengan sangat cepat. Tidak mudah berlari dengan membawa seseorang di punggungnya. Namun untungnya laki-laki itu sudah profesional dalam hal ini. Sehingga dia dengan mudah bisa berlari dan melompat dari satu bangunan ke bangunan lain dengan cepat dan lincah.
Orang-orang yang mengejarnya juga ikut melompat dari satu bangunan ke bangunan lain. Salah satu dari mereka ada yang mengarahkan senapannya ke arah target kemudian menekan pelatuknya. Suara tembakan terdengar di kesunyian malam. Namun, untungnya pelurunya meleset. Sehingga laki-laki dan perempuan yang mereka kejar tidak terluka sedikit pun.
Beberapa penduduk yang mendengar suara tembakan itu terbangun dari tidurnya. Mereka menyalakan lampu dan membuka jendela kamarnya untuk memeriksa dari mana sumber suara tersebut berasal. Beberapa dari mereka bahkan ada yang keluar dari rumah.
Orang yang menembak tadi mendapatkan teguran dari ketua tim atau pemimpin misi. Dia mendapatkan amarah dari atasannya karena mengundang perhatian penduduk sekitar. Misi mereka--mengejar atau menangkap target--akan gagal jika banyak warga yang melihat aksi ini.
Laki-laki yang menggendong perempuan di punggungnya berlari menuruni anak tangga dengan cepat. Tangga yang dia gunakan menempel di dinding bagian luar bangunan. Beberapa orang yang mengenakan pakaian militer hitam juga ikut menuruni tangga. Sedangkan beberapa orang yang lainnya masih tetap berlari di atas bangunan warga. Sebagian dari mereka mencari cara untuk bisa menghadang laki-laki dan perempuan itu dari depan.
Sesampainya di bawah, laki-laki itu berlari di sebuah gang yang ukurannya tidak terlalu sempit. Dia menoleh ke arah belakang dan melihat orang-orang yang mengenakan pakaian militer serba hitam itu masih mengejarnya. Beberapa saat kemudian, dia mengembalikan pandangannya ke depan. Di depan sana terdapat kelokan yang menuju ke arah kanan. Namun sialnya, dari balik kelokan itu muncul beberapa orang berpakaian militer hitam dengan membawa senjata api. Mereka berlari ke arah laki-laki dan perempuan tersebut.
Laki-laki itu langsung berhenti ketika melihat hal itu. Dia menurunkan perempuan dari gendongannya dan menatap pasukan itu dengan tatapan sinis. Sedangkan perempuan itu bersembunyi di belakang laki-laki tersebut. Lagi-lagi keberuntungan tidak memihak kepada dua orang itu. Mereka tidak bisa bergerak maju karena dihadang dari arah depan. Mereka juga tidak bisa bergerak mundur karena dihadang dari belakang. Pasukan ini menjebak mereka dari dua arah. Orang-orang yang tadi tetap berlari di atas bangunan berhasil menghadang mereka dari depan.
"Peakangate akaereem!" seru pemimpin misi menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh perempuan itu.
"Tetaplah bersamaku!" kata laki-laki itu kepada perempuan yang ada di dekatnya.
Semua orang langsung mendekati laki-laki itu dan perempuan yang ada di sebelahnya. Mereka semua meletakkan senapannya masing-masing dengan menggantungkannya di punggung dan mengambil sebuah pisau dari dalam saku. Setelah itu mereka mengarahkan pisau ke arah dua orang tersebut. Orang-orang itu tidak ingin menggunakan senjata api untuk melawan buronan atau target. Suara tembakan dapat mengundang perhatian penduduk sekitar. Apa lagi ini wilayah pemukiman.
Mereka hanya ingin menyerang perempuan yang menjadi target organisasi mereka. Namun, karena ada seorang
laki-laki yang melindunginya, mau tidak mau, mereka juga harus menyerang pria yang melindungi perempuan tersebut. Ini sedikit merepotkan bagi kelompok itu.
Semua orang siap menyerang laki-laki dan perempuan itu, kecuali pemimpin misi. Dia memilih untuk mundur dan melihat pertunjukkannya dari jauh. Dia akan ikut melakukan pertarungan jika anak buahnya sudah tidak bisa bertarung lagi. Di dalam aturan mereka, jika suatu kelompok melaksanakan misi yang telah diberikan, maka pemimpin misi dilarang untuk tewas.
Laki-laki itu langsung menyiapkan kuda-kudanya dengan kokoh. Dia mengepalkan kedua tangannya sekuat mungkin. Sebelum memulai pertarungan, dia melirik ke arah samping melalui ekor matanya untuk menatap perempuan yang dia selamatkan tadi. Pria itu berharap semoga dia baik-baik saja.
Dua orang terdepan mengarahkan pisau ke arah laki-laki itu. Mereka paling dekat dengan laki-laki tersebut. Saat mereka berdua ingin menusuknya, pria itu langsung menangkis tangan dua orang itu hingga pisau yang mereka bawa jatuh dan tergeletak di tanah. Setelah itu, dia menendang perut mereka hingga terjatuh ke tanah.
Laki-laki itu menyengir. Mereka terlihat lemah sekali. Kelompok tidak tahu diri ini ternyata tidak sekuat yang dia bayangkan. Laki-laki itu pikir mereka kuat sekali. Dia merasa senang karena lawannya tidak terlalu kuat. Hal itu membuat pertarungannya menjadi mudah. Tapi, di sisi lain dia juga merasa heran karena lawannya yang lemah ini. Dia mendengar jika organisasi mereka sangat kejam, brutal, dan sangat sulit untuk di lawan. Tapi, mengapa mereka sudah jatuh hanya dengan satu pukulan? Apakah mereka menyembunyikan kemampuan mereka yang sesungguhnya?
"Mengapa kalian begitu lemah?" laki-laki itu bergumam pada dirinya sendiri.
Dua orang di belakang berlari menuju laki-laki tersebut. Dua orang itu mengangkat tangan dan mengarahkan pisau ke arah pria tersebut. Mereka siap menusuk laki-laki itu dari belakang. Dengan sigap, pria itu langsung berbalik secepat kilat. Kemudian, dia menendang perut salah satu dari mereka hingga orang itu terjatuh ke tanah. Sedangkan satu orang lainya, dia lawan dengan memukul dadanya keras-keras. Hal itu membuat orang tersebut merintih dan memegangi dadanya yang sakit.
Perempuan yang ada di dekat pria itu tidak tinggal diam. Dia mengambil sebuah balok kayu yang ada di dekatnya. Kemudian, wanita itu memukul orang-orang yang mendekatinya dengan kayu tersebut. Pukulannya tidak memberikan efek luka kepada pasukan itu karena mereka menggunakan baju besi. Meskipun begitu, setidaknya dia masih bisa membantu laki-laki yang di sebelahnya bertarung.
Laki-laki itu mengerutkan dahinya. Dia merasa ada yang salah dengan mereka. Mengapa kelompok ini begitu lemah? Apa organisasi ini sudah tidak kuat lagi seperti dulu? Apa yang terjadi dengan mereka akhir-akhir ini?
Dia tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu. Di belakangnya terdapat tiga orang yang mengangkat tangannya dan mengarahkan pisau ke arah lelaki tersebut. Dengan segera, laki-laki itu langsung berbalik dan menangkis salah satu tangan dari mereka hingga pisau yang dia pegang jatuh ke tanah. Sedangkan dua sisanya dia pukul secara bergilir di bagian dada hingga terpental mundur beberapa langkah.
Beberapa orang di belakangnya yang tadi jatuh karena pukulan laki-laki itu, berusaha untuk bangkit. Mereka mengambil pisau yang tadi terjatuh dan langsung menyerang laki-laki tersebut dari belakang. Pria itu berbalik dan segera menangkis mereka hingga pisau yang dipegang jatuh lagi.
Merasa kesal, salah satu dari mereka langsung menendang dada laki-laki itu dari arah samping dengan menggunakan bagian betis. Namun, tepat sedetik sebelum tendangan itu menyentuh dadanya, laki-laki itu langsung memegang kaki itu lalu menjatuhkannya.
Anggota yang lain juga menendang dada laki-laki itu dari arah samping dengan menggunakan bagian betis. Tepat sebelum kaki itu menyentuh dadanya, laki-laki itu langsung memegang kakinya dan mendorong perut orang itu dengan menggunakan siku hingga akhirnya dia terjungkal ke tanah.
Seseorang berhasil menangkap perempuan itu. Dia mengekang leher gadis tersebut dengan menggunakan tangan. Perempuan itu merasa kesakitan. Namun, rasa sakitnya tidak bertahan lama, perempuan itu menggigit tangan orang yang mengekangnya hingga orang itu meringis kesakitan. Kemudian, dia mengambil balok kayu yang tadi sempat terjatuh dan melawan para berandal itu dengan kayu tersebut.
Satu orang datang dari depan. Orang itu memberi pukulan ke dada laki-laki yang menyelamatkan perempuan tadi hingga membuatnya terpental mundur beberapa langkah ke belakang. Belum cukup satu pukulan, orang itu memberi pukulan kedua kepada laki-laki itu. Namun untungnya, dipukulan kedua ini laki-laki itu sudah siap hingga dia bisa menangkis pukulan tersebut.
Orang itu menyerangnya lagi. Namun, belum sempat dia memberikan serangannya, laki-laki itu sudah menghabisinya duluan. Laki-laki itu menendang perut lawannya, hingga orang yang ada di depannya terjatuh ke tanah.
Seseorang menendangnya dari belakang. Hal itu membuat laki-laki itu hampir terjatuh. Untung saja kuda-kuda yang terpasang cukup kuat. Sehingga dia tidak jadi terjatuh atau mencium tanah. Tidak ingin mendapatkan tendangan kedua, pria itu berbalik dan menendang punggung lawannya dari arah samping. Tendangannya sangat kuat membuat orang itu tersungkur di tanah.
Satu lawan lagi datang dari arah samping. Dia berusaha menjatuhkan laki-laki itu dengan cara menendangnya dengan kaki yang membentuk sudut 120 derajat. Dengan sigap, laki-laki itu langsung memegang kakinya dan menjegal kaki satunya hingga lawannya terjatuh.
Seorang lagi muncul di depannya. Tanpa berpikir lagi, pria itu langsung menendang wajah orang itu hingga bagian mukanya ada yang terluka dan mengeluarkan darah. Pertarungan terjadi dengan sengit.
Beberapa orang yang ada di depannya bangkit dari tanah dan berlari menuju lelaki tersebut. Laki-laki itu sudah siap menerima serangan dari mereka. Namun, kefokusannya justru membuatnya sedikit lengah. Dia tidak sadar dengan kondisi di kanan dan kirinya. Sehingga ada orang yang memanfaatkan kondisi ini untuk menusuk lengannya dengan pisau dari samping.
Darah keluar dari tubuhnya. Dia memegangi lengannya dengan telapak tangan untuk menahan rasa sakitnya. Perempuan itu terkejut ketika melihat hal tersebut. Dia ingin menolong laki-laki itu. Tetapi, gadis tersebut tidak berani untuk melangkah sedikit pun. Meskipun terluka, laki-laki itu berusaha melawan kelompok ini.
Perempuan itu lengah, sehingga dia dibekap mulutnya dengan telapak tangan oleh seseorang dari belakang. Sedangkan tangan yang satunya memegang tangan perempuan tersebut agar tidak bisa memberontak. Perempuan itu terkejut. Dia kesulitan untuk bergerak dan bernapas. Dia berusaha melepas bekapan orang itu. Namun, dia tidak berhasil. Akhirnya, perempuan itu menggigit orang tersebut hinga dia kesakitan dan melepaskan tangannya dari mulut wanita itu.
Perempuan itu mengambil balok kayu yang tadi sempat terjatuh lagi. Dia mengayunkan balok itu kepada orang-orang yang mendekatinya. Berkali-kali dia memukul kepala orang-orang yang menyerangnya. Gadis itu merasa tidak sanggup lagi melawan mereka. Tenaganya sudah terkuras banyak.
Saat semua orang sibuk menyerang laki-laki itu, perempuan tersebut menggunakan kesempatan ini untuk kabur. Dia menjatuhkan balok yang dia. pegang dan berlari dari tempat itu.
Namun sayangnya, saat perempuan itu baru meluangkan beberapa meter, pemimpin misi langsung menghampirinya. Dia langsung mengekang leher gadis tersebut dengan tangan dan menodongkan pisau ke arahnya. "Stop it!"
Mendengar perintah itu, semua anggota tim langsung menghentikan perkelahiannya. Mereka memasukkan pisaunya masing-masing ke dalam saku celana.
"Don't escalate the situation. People here are sleeping. I don't want to wake them beacuse of this fight. Give me the woman and get out of here! I will forgive you, because I just need this girl," kata pemimpin misi dengan Bahasa Inggris kepada pria tersebut. Laki-laki itu tidak membalas ucapan orang itu. Dia menatapnya dengan tatapan tajam. Keringatnya terlihat mengalir membasahi pipi. Laki-laki itu memegangi lengannya dengan telapak tangan agar darahnya tidak keluar terlalu banyak. "So, get out of here now!" kata pemimpin misi.
Laki-laki itu tidak memedulikan ucapan orang itu. Dia menyapu pandangannya dari ujung ke ujung. Laki-laki itu memperhatikan sekitarnya untuk memikirkan strategi yang akan dia gunakan. Tidak mudah menyusun strategi dalam situasi seperti ini. Waktu yang dia miliki sangat sedikit untuk menyusun strategi yang sempurna.
Pandangannya terhenti ketika melihat sebuah pistol yang berada di sebelah saku celana salah satu anggota kelompok ini. Tanpa berpikir lagi, laki-laki itu langsung mengambil pistol itu dengan sangat cepat. Saking cepatnya, semua orang yang ada di tempat itu hampir tidak sadar dengan gerakkan yang dia lakukan.
Laki-laki itu menembak kaki orang yang mengekang leher perempuan itu. Tidak hanya dia saja, semua kaki para anggotanya juga dia tembak satu per satu. Tidak perlu menunggu lama, mereka langsung tumbang dan meringis kesakitan.
Dengan sigap, laki-laki itu menghampiri perempuan itu. Dia menggenggam tangannya erat-erat lalu menariknya dengan sangat keras. Mereka berdua berlari dengan sangat cepat meninggalkan tempat ini. Apa pun caranya, laki-laki itu dan perempuan yang dia bawa harus bisa menghilang dari pandangan orang-orang itu.
Di tengah jalan, laki-laki itu melempar pistolnya ke atap rumah. Bisa jadi di benda itu terpasang kamera pengawas yang berukuran kecil ataupun alat pelacak. Dia tidak ingin persembunyiannya terbongkar dan sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi.
Mereka berlari memasuki gang yang sempit. Bangunan yang ada di kanan dan kiri di lintasan ini masih sama dengan bangunan yang ada di gang-gang sebelumnya.Hanya saja, banyak tembok yang terkelupas. Tempat ini terkesan tidak terawat.
Beberapa saat kemudian, laki-laki itu berhenti di depan sebuah pintu. Dia merogoh saku celananya untuk mengambil kunci. Sebelum membuka pintunya, laki-laki itu menoleh ke kanan dan kirinya untuk memastikan apakah ada orang yang mengawasinya atau tidak. Dirasa sudah aman, dia memasukkan kunci itu ke ganggang lalu membuka pintunya.
"Silahkan masuk." Kata laki-laki itu sambil melangkah masuk ke dalam, diikuti dengan seorang perempuan di belakangnya.
Ruangan ini terlihat tidak terlalu luas. Ukurannya mungkin hanya sekitar lima kali enam meter. Di sebelah pintu masuk terdapat sebuah ranjang lengkap dengan kasurnya. Di tengah-tengah ruangan ini terdapat sebuah meja yang terbuat dari kayu. Meja itu berbentuk persegi panjang. Di sebelah kanan dan kiri meja tersebut terdapat empat kursi yang mengelilingi meja. Di depan meja itu terdapat sebuah lemari kayu yang memilki dua pintu. Di sebelah kanan lemari tersebut, terdapat meja kecil yang memiliki empat kaki.
"Silahkan duduk di sana." Kata laki-laki tersebut sambil menunjuk salah satu kursi yang ada di sebelah meja.
"Terima kasih." Perempuan itu langsung duduk di kursi yang ditunjuk oleh laki-laki tersebut. "Omong-omong siapa namamu?" kata perempuan tersebut. Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaannya. Dia berjalan menuju meja kecil yang ada di sebelah lemari dan melepaskan jaket hitamnya. Setelah itu, dia mengambil sehelai kain putih yang ada di atas meja kecil itu dan membalut luka di lengannya. Untung saja dia mengenakan jaket tebal saat bertarung tadi. Jadi lukanya tidak terlalu dalam. "Namaku Anna. Siapa namamu?" kata perempuan itu lagi.
"Dav, namaku Dav," jawab laki-laki itu dengan singkat, "apa kamu baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja," jawab Anna.
Dav tidak membalas perkataan itu. Dia mengambil sehelai kain lagi dan mengulurkannya kepada Anna. "Balutlah luka yang ada di kakimu itu!"
"Ah, luka ini." Kata Anna sambil melihat telapak kakinya. Dia melihat telapak kakinya terluka karena berlari tanpa menggunakan alas kaki. "Aku tidak apa-apa. Lukaku akan sembuh dengan sendirinya."
"Kamu sangat merepotkan." Dav berjongkok untuk membalut luka Anna dengan kain tersebut.
"Kamu tidak perlu seperti itu, aku baik-baik saja." Anna menyingkirkan kakinya dari tangan Dav.
"Jangan banyak bergerak!" Laki-laki itu mengambil lagi kaki perempuan yang ada di depannya dan mengobati luka perempuan itu. "Jika lukamu tambah parah, itu malah membuatku semakin repot. Jangan tambah pekerjaanku lagi."
"M-maaf."
Tidak perlu menunggu lama, laki-laki itu akhirnya selesai mengobati kaki perempuan tersebut. Dia bangkit dan berjalan menuju lemari kayu yang memiliki dua pintu tersebut. Dia membuka pintu lemari itu dengan menggunakan kedua tangan. Di dalam lemari itu terdapat beberapa senjata api yang dipasang di dinding lemari. Anna yang melihat hal itu merasa takjub dan sedikit terkejut. Laki-laki itu mengambil salah satu senjata yang berjenis senapan angin. Dia juga mengambil sebuah kain yang ada di meja sebelah lemari. Kemudian, Dav mengelap senapan tersebut dengan menggunakan kain.
"Omong-omong, bagaimana kamu bisa dikejar oleh mereka?" Tanya Dav sambil membersihkan senjatanya.
"Aku tidak tahu apa alasan mereka mengejarku. Aku dikejar selama berminggu-minggu oleh mereka," jawab perempuan tersebut.
"Berminggu-minggu?" Dav menoleh ke arah Anna.
"Ya, mereka sudah lama mengejarku."
"Bagaimana bisa kamu dikejar selama itu?" Dav mengembalikan pandangannya ke depan dan melanjutkan membersihkan senapannya.
"Aku sudah katakan tadi jika aku tidak tahu mengapa mereka terus mengejarku. Aku mulai diteror oleh mereka saat masih berada di Iran," jawab Anna.
"Iran?" Dav menghentikan gerakannya mengelap. Dia syok mendengar nama negara itu. Beberapa detik kemudian, laki-laki itu melanjutkan gerakannya mengelap senapan. "Memangnya ada apa di negara itu?"
"Ceritanya panjang. Aku seorang diplomat yang ditugaskan di Iran. Sudah enam tahun aku ditugaskan di sana. Enam tahun berjalan seperti biasa sama halnya dengan kehidupan normal di negara itu. Tidak ada apa-apa yang terjadi. Namun, suatu hari, aku melihat seseorang yang terus-menerus mengintip jendela tempat tinggalku...." Anna menceritakan pengalamannya kepada Dav. Cerita itu membuatnya teringat tentang kejadian kelam yang dia alami.
✒✒✒✒📁📁📁📁✒✒✒✒
Saat itu, Anna sedang duduk di sofanya sambil meminum sekaleng soda. Dia menonton televisi sambil meredupkan lampu ruangan. Jam dinding yang terletak di atas televisi menunjukkan bahwa sekarang pukul dua belas malam lewat sepuluh menit. Televisi yang ada di depannya sedang memberitakan tentang hubungan antara Amerika Serikat dengan Iran yang semakin memanas. Ancaman perang kedua negara itu semakin nyata.
"Apakah tidak ada berita lain. Aku sudah bosan dengan berita ini."
Soda yang ada di kalengnya sudah habis. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur untuk membuang kaleng bekas soda ke tempat sampah. Setelah membuang kaleng itu, dia kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa. Perempuan itu mengambil remote yang ada di dekatnya dan mengganti saluran televisi. Anna menekan tombol yang tertera secara acak untuk mencari acara yang seru.
Dia menekan tombol angka satu. Terlihat televisi berganti channel dan menayangkan berita serupa. Anna menekan tombol angka lima. Televisi terlihat berganti channel dan menayangkan acara gosip. Perempuan itu menekan tombol angka sembilan. Terlihat televisi berganti channel dan menayangkan film yang menurutnya tidak terlalu menarik.
Acara malam ini semuanya membosankan. Tidak ada yang seru. Dia memilih menekan tombol off untuk mematikan televisi. Tepat saat televisi itu baru saja mati, sekilas dia melihat sebuah bayangan yang bergerak cepat di jendela. Perempuan itu terkejut dan menoleh ke arah jendela yang berada di sebelah televisi tersebut. Bayangan itu bergerak dengan cepat seperti kilat.
"Siapa itu?"