"Malam ini indah banget yah....jauh dari kebisingan...bisa menatap bintang-bintang di langit yang indah....bisa bersama kamu...Ups..!" kata Ceska.
Di pinggir pantai, ditemani angin sepoi-sepoi serta suara deburan ombak yang memecah kesunyian di malam itu, mereka berdua mencari tempat duduk yang nyaman.
"Sebenarnya kamu mau ngapain sih ngajak ke sini....dingin tau....nanti kalo ibu tau kalo aku pergi dari rumah bisa kena marah aku!"
"M..m..m ca...aku mau ngomong sesuatu sama kamu," kata Ceska berniat menggenggam tangan Naca.
"Please deh...kalo mau ngomong..ya udah ngomong aja...gak usah pegang tangan kayak gini...lepasin deh..!" jawab Naca sambil mencoba melepaskan tangannya, mencoba menjauhkan diri dari Ceska tapi gak berhasil karena Ceska menggenggam tangannya begitu kuat.
"Ca...please....dengerin gue dulu.....,"kata Ceska yang masih berusaha menggenggam tangan Naca sambil mengumpulkan keberanian untuk bicara dengan Naca.
"Ya udah buruan ngomong.." jawab Naca ketus, sebenarnya dia menahan deg-degan yang luar biasa dalam hatinya, sampai-sampai tangannya sebenarnya gemetar karna grogi dipegang oleh Ceska.
"Ca....aku sayang banget sama kamu...."
Deg deg deg.... jantung Naca berdetak lebih kencang mendengar pernyataan dari Ceska.
"Apa?kamu bilang apa?" tanya Naca mencoba meyakinkan apa yang dia dengar tadi.
"Iya...aku sayang banget sama kamu....semenjak kelas XI dulu...aku berusaha menutupi perasaanku...mencoba mengalihkan perhatianku dengan kegiatan-kegiatan di sekolah....tapi tetep gak bisa....bahkan aku mencoba untuk nglupain kamu dan berusaha tertarik sama orang lain...itu pun juga gak bisa...entah kenapa kamu begitu istimewa buat aku...."
Ceska menerangkan isi hatinya yang dipendam selama ini, sudah hampir satu tahun dia memendam rasa itu. Kemarin-kemarin dia hanya bisa mencuri pandang dan memperhatikan Naca dari jauh.
"M...m..m...apa bener yang kamu omongin itu....kamu gak becanda kan...?Aku bener-bener kaget kamu ngomong kayak gini ke aku...aku...aku gak tau mesti jawab apa?" jawab Naca gugup.
Naca benar-benar gak nyangka kalo Ceska nembak dia malam ini, tapi di satu sisi dia berbunga-bunga karna ternyata Ceska pun memendam perasaan yang sama dengan dia selama ini.
"Kamu gak percaya apa yang aku omongin tadi?Apa aku harus berlutut atau berteriak sekencang-kencangnya supaya semua orang tau?"
"Em..m...gak perlu...aku cuma bingung sekaligus kaget aja denger kamu ngomong kayak gitu," jawab Naca.
"Sekarang aku mau tanya sama kamu....kamu mau gak jadi pacar aku....?" tanya Ceska yang kemudian memegang kedua pipi Naca supaya Naca bisa benar-benar mendengar pernyataan cintanya dan menatap matanya.
Naca semakin gugup, pernyataan cinta dari Ceska yang tiba-tiba dan sekarang bertatapan mata seperti ini membuat dia tak tahu harus berbuat apa.
"Apa aku harus jawab sekarang?Ces...ini begitu tiba-tiba buat aku....aku gak bisa jawab sekarang," jawab Naca sambil melepaskan tangan Ceska dari pipinya.
"Terus kapan kamu bisa jawab? tanya Ceska lesu.
Ceska menginginkan jawaban Naca sekarang, tapi dia juga tidak bisa memaksa Naca.
"Besok Sabtu di Taman Pelangi...!Bukannya kamu kan yang besok ngajak ketemuan di sana?Nanti aku akan jawab di sana...!", jawab Naca.
Sebenarnya Naca pengen bilang iya, tapi dia masih jaim untuk langsung mengatakan itu, Naca beranggapan kalo langsung jawab iya, dikira dia cuma cewek gampangan yang sekali ditembak langsung bilang iya. Akhirnya dia memutuskan untuk tarik ulur menjawab pertanyaan dari Ceska.
"Oke kalo itu mau kamu...Meskipun sebenarnya aku pengen kamu jawab sekarang ...Tapi ya udahlah...aku tunggu kamu sampai kamu siap... aku berharap semoga penantianku gak sia-sia."
"Ces...kita pulang yuk...aku udah kedinginan...lagian takut ibu nyariin," kata Naca sambil menggigil kedinginan. Padahal Naca sudah mengenakan jaket tapi udara malam di pantai lebih dingin karna hembusan angin yang kencang.
"kamu kedinginan....ini pakek aja jaketku,."
Ceska memakaikan jaket jeans biru miliknya ke bahu Naca.
"Eh...gak usah...aku gak papa ko...lagian nanti kamu masuk angin lagi kalo gak pakek jaket!"
"Hehehe...gak papa kok aku kan cowok....cowok itu harus kuat...gak boleh cengeng!" jawab Ceska yang sedikit tersenyum karna Naca ternyata perhatian juga dengan dia.
"Ya udah yuk kita pulang," pinta Naca lagi.
"Okey kita pulang sekarang...aku juga gak mau kamu masuk angin....lagi pula ini udah malem juga..." kata Ceska yang masih memegang jaketnya yang berada di bahu Naca.
Mereka menuju motor, Ceska pun menghidupkan motornya membelah jalanan pinggiran pantai dan menuju pulang ke rumah Naca.
Sesampainya di rumah Naca
"Udah ya aku masuk dulu....takut ketauan ibu."
" ya udah aku pamit dulu ya....sampai jumpa di sekolah....bye," kata Ceska sambil menghidupkan motor dan melakukan kiss by dengan Naca.
Naca hanya membalas senyuman, padahal hatinya sangat berbunga-bunga saat ini. Kemudian berjalan pelan-pelan menuju kamarnya melalui jendela kamar, melakukan cara yang sama seperti saat dia pergi tadi. Naca berdoa dalam hati semoga ibunya sudah terlelap tidur dan tidak mengetahui kalo dia diam-diam pergi dari rumah.
Naca mengendap-endap seperti maling, melompati jendela kamar kemudian menerobos masuk ke dalam kamar. Memastikan semua aman tanpa ketahuan ibunya. Naca pun menjatuhkan badannya ke tempat tidurnya. Dia tersadar masih menggunakan jaket yang diberikan ceska tadi. Naca pun menarik jaket Ceska untuk menyelimuti badannya. Naca mencium bau aroma parfum yang masih menempel di jaket itu. Masih terbayang pernyataan cinta Ceska tadi dibenaknya. Sesaat kemudian dia terlelap tidur dengan berselimut jaket dari Ceska itu. Berharap dia bisa melanjutkan pertemuannya dengan Ceska melalui mimpi.