HAPPY READING!
ENJOY!
Sepasang manik menelik ke setiap penjuru ruangan remang itu. Pandangannya mengedar mecari keberadaan seseorang. Miler sedari tadi memasang matanya mencari Bella. Dan gadis itu menghilang tanpa ia tahu.
"Sial! Seharusnya aku langsung membawanya saja!" decak Miler. Kakinya kembali meninggalkan tempat itu. Ia mencari ke arah rooftop dan ke setiap ruangan di club itu. Nihil, Miler sama sekali tak menemukan apapun.
"Arggghhhhhh!" kakinya menendang keras angin hingga bunyi hembusan terdengar berdesis ditelinganya.
"Bung!" seseorang menepuk pundak pria itu. Miler menoleh dan mendapati wajah Phill ada disana. Phill menatapinya serius dengan raut bertanya.
"Ayo pergi! Kau mencari siapa? Pette pasti juga sudah pergi."
"Aku menyusul!" tekan Miler menegas. Phill membulatkan matanya serius.
"Yang benar saja. Kau meminta ku pergi sendiri? Jangan bilang kau diam-diam mengencani wa-----"
"Omong kosong! Pergilah!" Miler menatap sekilas dengan manik yang menajam membunuh. Phill hanya bergidik ngeri melihat tatapan mematikan itu. Bukan hanya wanita namun seluruh dunia akan tunduk padanya jika sudah mendapat tatatap itu.
Phill memundurkan kakinya perlahan. Tak lama bayangannya hilang di balik pintu rooftop. Miler kembali mengedarkan pandangannya mencari keberadaan gadis itu. Hingga…
Prank!
Miler mengubah tatapannya ke arah asal suara. Diteliknya cermat sosok wanita yang nampak menunduk melihat pecahan botol dilantai bawah kakinya. Miler sudah tau pasti siapa wanita itu. Ia mendekat dan langsung mencengkram kuat pergelangannya.
Bella berjengkit dengan mata yang terpejam. Tubuhnya kembali membentur dada seseorang. Perlahan maniknya memberanikan diri untuk terbuka. Bella menatap jelas wajah dengan sorot mata tajam tengah mengintimidasinya.
"Aku-----tadi aku-----" belum menjawab sepenuhnya. Bella sudah ditarik paksa dengan lengan yang masih dicengkram.
"Dengar. Aku harus-----" Miler menghentikan langkahnya sarkastik. Dicermatinya wajah teduh Bella dengan serius.
"Minuman itu-----" Bella menunjuk ke arah dimana ia menjatuhkan botol wine termahal tadi.
"Aku harus menggantinya." cicit Bella memelan. Suaranya selalu hilang ketika tatapan itu kembali meneliknya dalam. Aura dan pesona tajam Miler seolah boomerang yang melumpuhkan segala aspek organnya.
Miler memalingkan tatapannya tepat pada botol yang berserakan di lantai, lalu kembali menatapi Bella dengan sorot yang sama.
"Kau tidak perlu bekerja lagi! Untuk minuman itu, aku yang akan menggantinya!" lengannya kembali menarik paksa tubuh mungil Bella. Gadis itu hanya terdiam menurut. Tidak lagi membalas ucapan Miler dan berdebat. Memang ajaran dan prilaku orangtuanya selalu membuatnya menjadi gadis polos dan penurut. Dunia seolah mengajarkan Bella sebagai gadis penuh rasa takut.
Miler menghentikan tubuh Bella tepat di depan pintu Mobil. Tatapannya menyorot dan menelik bergantian wajah Bella dan kursi penumpang.
Dengan sekali tarikan pintu itu terbuka lebar dan meminta Bella masuk ke dalamnya. Miler kembali menutupnya dan menguncinya dengan kunci control. Sementara ia sendiri berlalu dan memasuki kembali club.
***
"Hallo, Bung! Apa kau di sana?" Phill melakukan panggilan suara telpon pada Petter. Pria yang berada disebrangnya menyaut dan merespon.
"Dengar! Aku sangat ingin berbagai kekesalanku pada kalian. Jadi datanglah ke mansion Miler. Kita bertemu disana. Ya, meskipun dia memintaku untuk tidak datang. "
"..."
"Brengsek! Aku bahkan tidak tau kenapa ia memintaku pergi sendiri. Ntah apa yang akan dilakukannya sekarang!" Phill berdecak. Tak lama sambungan telpon itu kembali terputus.
***
Sebuah mobil ferrari dengan polet hitam mengkilap menempati area parkir luas VVIP itu. Miler melemparkan asal kunci mobilnya pada seorang penjaga mansion miliknya. Pria dengan seragam serba hitam dan bertubuh tegap itu langsung menangkap sarkastik kunci yang dilempar tepat di dadanya.
Miler membuka cepat pintu penumpang dan menarik kembali lengan gadis itu. Membawanya menuju mansion.
"Shit! Apa yang mereka lakukan?!" gumam Miler berdesis. Tatapannya kembali menajam seperti hewan buas yang siap menerkam mangsanya. Dilihatnya dengan serius pintu utama mansion yang sudah terbuka lebar. Pria tinggi dengan tubuh atlentis itu tau jika hanya kedua temannya yang mampu melakukan ini. Mansion yang Miler miliki begitu luas dan elegan. Bahkan pintu akses untuk membuka mansionnya saja menggunakan alat khusus yang di desain seperti remot pintar. Hal itu sengaja Miler lakukan untuk menjaga keamanan mansion dan semua orang yang ada di dalamnya. Sementara ia memberikan kepercayaan penuh pada kedua rekan yang sudah belasan tahun ini menemaninya, Phill dan Petter memilik kunci cadangan untuk dapat masuk ke dalam mansion miliknya tanpa harus menghubungi Miler.
Miler menatap sekilah wajah Bella. Kemudian kembali beralih menatapi pintu utama itu. Miler kembali melangkah dan memaski mansionnya dengan langkah yang melebar.
"Bung! Kau sudah sampai? Bagus sekali!" Phill menyapa dengan tersenyum lebar. Sementara Petter lebih memilih diam dan menyesap kenikmatan wine dihadapannya. Seketika wajah Petter mendongak melihat kedatangan seorang wanita yang membuntuti langkah Miler dari belakang.
"Wow! Dugaanku benar. Kau mengencani seorang wanita?" Phill tertawa sarkas. Miler menatapnya tajam dan memberi intruksi untuk diam. Seketika pria itu menatap ngeri dengan kedua tangan yang di angkat di depan dada seperti orang yang akan tertembak.
Miler kembali melangkah dan menarik pergelangan Bella menuju sofa di ruang tengah. Mendudukan Bella disana.
"Hai nona! Jadi kau yang sudah memikat pria batu ini? Selamat untukmu!" Phill kembali bergurau dengan tangannya yang terulur siap menjabat lengan Bella. Namun secepat mungkin Miler menepis dan melempar keras lengan pria itu. Phill menatap tak percaya dan mengedikan bahu acuh. Kembali ia menyandarkan tubuhnya pada sofa.
"Dari mana kau mendapatkannya?" to the poin Petter bertanya. Maniknya menelik serius dan dalam ke arah Bella yang menunduk menatapi ujung kakinya.
Miler melemparkan tatapan pada Petter. Seolah bertanya apa maksud pria itu bertanya seperti itu padanya.
"Dia pelayan club bukan? Aku yang telah memintanya untuk mengirim dua botol wine padamu saat kau di bar. Dan sekarang dia ada disini?" ujar Petter. Sontak Phill tergelak hebat. Tangannya memegangi perutnya kuat. Dengan kaki jenjang yang di angkat berulang ulang.
"Kau menyukai pelayan, Bung? Oh ayolah!" cibir Phill melihat Bella merendah. Miler mengeraskan rahangnya kuat. Giginya gemertak bergemelutuk. Diraihnya botol wine dihadapannya, lalu melemparnya sarkas tepat pada wajah Phill.
Phiil berjengkit dan menghindari ancaman lemparan Miler. Kini pria itu menarik nafasnya berulang-ulang.
"Aku menyerah! Aku tidak akan berkata lagi!" decak Phill kesal. Ia tau jika terus memancing emosi Miler maka dirinya-lah yang akan habis ditangan pria itu.
"Bisa kau ceritakan?" Petter membuka suara dan menatap serius Miler.
"Aku hanya ingin membawanya kemari! Itu bukan masalah besar!" cetus Miler tanpa menoleh.
"Untuk dijadikan apa?" Petter mengangkat alisnya tinggi mengintimidasi. Tentu saja kedua pria itu terheran melihat Miler membawa dan sampai ingin seorang wanita tinggal di mansionnya. Dulu pria itu membenci wanita dengan alasan wanita hanya membuat neraka dihidup seseorang.
"Apa aku perlu menjawabnya?" bertanya balik. Miler menelik serius manik mata Petter. Pria itu menghembus nafas dan berpaling.
"Tidak ada lagi pertanyaan mengenainya!" tutup Miler. Setelahnya ia kembali berdiri dan membawa Bella menuju lantai teratas dimana kamarnya juga terletak disana.
"Menjijikan bukan?" Phiil bergumam dengan mata yang terus menatap kepergian Miler dan Bella.
"Lupakan saja! Sekarang bagaimana denganmu? Kekesalan apa yang membuatmu gusar seperti ini?" Petter bertanya. Kembali ia menyesap perlahan gelas wine-nya.
"Aku merobek seorang wanita!" decak Phill berwajah malas. petter membola dan tersenyum lebar.
"Merobek? Apanya yang kau robek? Kau sudah biasa dengan hal itu bukan?" tergelak. Phill melemparinya dengan puntung roko yang sudah dihisapnya habis.
"Persetan! Aku sedang serius! Kewanitaan wanita itu robek." Phill menatap depan dengan kosong. Membayangkan kembali pengalaman pertamanya kini.
Petter memposisikan tubuhnya menghadap Phill serius.
"Kau tau? Wanita itu masih perawan. Dan aku yang pertama kali menikmati tubuhnya. Sayangnya! Aku sama sekali tidak merasa puas! Sialan bukan?!" menatap Petter. Pria itu berkerut dahi sebelum akhirnya bersuara.
"Itu artinya dia wanita baik baik! Seharusnya kau bangga jika sudah merobek sesuatu yang berharga dari seorang wanita. Itu sudah menjadi kebiasaanmu, Phill!" menekan dengan tegas. Phill hanya membuang nafasnya asal dan kembali menyalakan batang roko heroinnya.
"Tapi aku tidak pernah menginginkan seorang wanita perawan. Itu tidak menyenangkan jika dinikmati. Lubangnya masih sempit sehingga aku berjuang lebih. Sementara aku hanya akan memakai para wanita sekali saja. Artinya oranglain yang nanti bercinta bersamanya akan merasa nikmat karena lubang nya lebih melebar. Sementara aku? Kau tidak ingin bertanya apa yang aku dapatkan?" menatap Petter. Pria yang ditatap hanya mengangkat alis tinggi.
"Aku menghamburkan uangku untuk membayarnya tapi dia sendiri tidak memuaskanku. Fuck!" sembari menghembuskan asap heroin yang keluar dari hidungnya. Petter hanya tersenyum miring dan menggeleng.
"Lain kali kau harus bertanya lebih dulu. 'Nona, apa kau masih perawan atau tidak? Haha!" dengan logat memperagakan.
Plak!
"Aku tidak bercanda, Pette!" melempar botol wine pada Petter. Pria itu sontak bergerak cepat dan menaruh kembali botol kosong itu.
"Jadi hanya itu kekesalanmu? Kau sudah mengeluarkan uang berlimpah tapi merasa tidak puas begitu?"
Phill hanya berdehem menyaut.
"Kalau begitu lakukan saja lagi! Cari wanita lain yang bisa memuaskanmu!" enteng Petter berucap. Kembali meneguk dan menyesap wine-nya.
"Aku sudah hilang selera!" singkat Phill.
***
Disebuah kamar luas tepat di kamar Miler. Pria itu melepaskan cekalannya terhadap Bella. Tatapannya kembali menelik dan mengabsen setiap inci wajah polos itu. Miler mengangkat tangannya dan mencekal dagu Bella. Menggerakannya ke kanan dan ke kiri.
"Kau bisa beristirahat disini! Aku akan meminta pelayan untuk melayanimu!"
"Kenapa?" ucap Bella. Miler mengernyitkan kuat alisnya. Tidak mengerti dengan maksud perkataan Bella.
"Aku tidak butuh semua ini. Aku hanya ingin pulang. Aku memiliki teman, pekerjaan dan kost yang tidak bisa aku tinggalkan." papar Bella. Wajahnya memohon dalam. Miler mengubah mimiknya menjadi tajam. Kembali menelusuri maksud dibalik tatapan gadis itu.
"Kau ingin keluar?" tanya Miler datar. Bella mengangguk menyauti. Kemudian tawa iblis pria itu terdengar menakuti. Miler Mendorong tubuh Bella menuju ranjang besar miliknya. Menjatuhkan Tubuh itu hingga Bella harus terduduk di atas ranjang king size yang seempuk sutra itu.
Miler masih menelanjangi wajah Bella. Tatapan membunuh itu mengevaluasi semua manik dan wajah itu. Kini Bella hanya terdiam dengan tubuh yang semakin mundur menjauhi.
"Kau tau, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu!" tegas Miler. Ia berbisik pelan namun menyentak di telinga Bella. Seluruh bulu kuduk gadis itu menerjang ketakutan, nafasnya kembali memburu hebat. Miler mengangkat kembali wajahnya dan menatap wajah Bella yang khawatir.
"Kau bisa tinggal disini dan melakukan apapun yang kau mau. Kau juga bisa meminta apapun yang kau inginkan dan kau butuhkan. Tapi tidak dengan keluar dari mansion ini!" tukas Miler. Ia kembali menegakkan tubuh menjauhi Bella. Gadis itu membuang wajah ke samping dengan dada yang naik turun. Miler kembali tersenyum kecut yang menjijikan. Lagi langkahnya keluar dari sana dan meninggalkan Bella.
Ceklek!
***To Be Continued***