HAPPY READING!
ENJOY!
***
"Hai, Man!" sebuah telapak tangan menyentuh dan mengenai bahunya cukup kuat. Miler menoleh cepat dan mentap tajam. Dilihatnya wajah Petter yang tengah mengangkat alisnya bingung.
"Mau apa kau?!" tegas Miler bertanya. Tak mau berbasa-basi.
"Dari mana saja kau. Aku mencarimu sejak tadi. Setelah ku suruh pelayan mengantarkan dua botol wine padamu, kau pergi begitu saja. Aku pikir kau tidak tau caranya berterimakasih." suaranya mencibir namun terdengar gelak canda. Miler kembali menatapinya penuh penekanan. Lagi, tatapan tajam itu membunuh dan mengintimidasi.
"Ups! Aku rasa aku salah bicara, atau mungkin suasana hatimu yang sedang memburuk." lagi ujar Petter. Miler berpaling dan mendelik malas.
"Ada hal penting apa?" to the poin. Bersamaan dengan jarinya yang mengangkat dan mengarahkan mariyuana itu ke dalam bibirnya. Kembali menghisapnya.
Petter mengambil duduk dan menatap serius wajah Miler.
"Aku mencari keberadaan Phill. Dimana dia? Kenapa aku merasa pesta ini membuat kalian sibuk sendiri!" berdecak. Miler kembali menoleh ke arahnya dengan senyuman yang menghunus. Kepalanya menggeleng jengah.
"Untuk apa kau cari dia? Apa itu penting? Setau ku dia sedang melakukan tantanganmu!" menatap serius. Petter mengernyit heran.
"Kau ingin dia meniduri 10 wanita malam ini bukan? Mungkin dia sedang melakukannya!" mengedikan bahu acuh. Kembali tangannya mengangkat gelas wine dan meneguknya habis.
"Tidak! Ini yang terakhir. Jangan menambahkan lagi!" sergah Miler ketika penjaga bar akan kembali mengisi gelas berkakinya. Miler kembali menatap samping dan memandangi Petter.
"Bagaimana dengan kau? Kau sudah meminum 10 botol wine? Aku rasa kau tidak melakukannya!" tersenyum miring sembari menggeleng-geleng.
Petter menghunus tajam dan mengeraskan rahangnya kuat. "Omong kosong!" tekan Petter kesal. Ia hendak saja akan meninggalkan Miler disana.
"Dengar! Lain kali jangan melakukan hal bodoh! Kau membuat tantangan dengan pria yang haus akan wanita itu? Tentu saja kau yang akan kalah, bodoh!" Miler berdecak dengan tawa yang mematikan. Petter menghentikan langkahnya dan menyimak setiap kata yang terlontar mulus itu. Kemudian langkahnya kembali memburu dan menjauhi Miler. Miler sendiri kembali berdecak dan menggeleng. Ia kembali menghisap mariyuana untuk yang terakhir kalinya.
Sepasang manik legam nan tajam itu kini tengah menelanjangi setiap penjuru ruangan remang itu. Petter sudah pergi dan Phill belum kembali juga. Sementara Bella si wanita polos yang ditemuinya tadi juga belum menampakan diri padanya. Ntahlah, gadis itu akan menurut atau justru akan pergi dan menghindarinya. Yang pasti satu hal, sejauh dan sekeras apapun wanita itu menjauh darinya, Miler akannm memiliki seribu cara untuk membuatnya selalu dekat. Sekali ia ingin mendekapnya, maka hal itu tentu akan terjadi.
"Oh Phill! Betapa bajingannya dirimu! Kau bercinta atau membuatnya mati! Sialan! Selama ini kau berada di kamar yang telah ku sewa?! Seharusnya aku saja yang menempati kamar itu! Fuck!" Miler menendang angin asal. Kursi di bar mini itu berputar dan membuat tubuhnya mengikutinya.
***
Di kamar club.
Sepasang insan tengah bergelut hebat membuat ranjang luas nan elegan itu beberapa kali berdecit kuat. Kaki jenjang yang terlihat mulus itu tengah bergelayut dan mengalung kuat di leher jenjang si pria. Wanita itu sudah terekspose tanpa busana. Ia tengah terbaring dengan kepemilikan yang terbuka lebar. Sementara Phill hanya tersenyum senang melihat kepemilikan wanita itu yang jelas terpatri siap disantapnya. Phill berposisi di atas tubuh wanita itu. Kaki jenjang yang sudah polos wanita itu sudah terkalung dan mengunci leher jenjangnya. Membuat hawa akan nafsu dan hasrat semakin membakar hebat seluruh tubuh Phill.
Dunia yang di pijaki Phill seolah ambruk begitu saja. Dihadapannya kembali nampak seorang wanita dengan kulit putih bersih itu tengah kembali menemani hangat ranjangnya. Bagaimana bisa Phill melewatkan momen itu. Sesuatu yang sudah melekat kuat dalam hidupnya. Sebuah hasrat kebejatan yang enggan terlepas. Phill berasumsi ingin segera menikmati kenikmatan itu.
Pria yang sudah melepas seluruh kemejanya itu akhirnya menyiapkan ancang-ancang. Phill benar-benar tak bisa menunggu. Apalagi melihat bagaimana moleknya tubuh seorang wanita dihadapannya.
"Apa-apaan ini?! Apa kau sudah lama tidak melakukannya? Kenapa bisa sesempit ini?!" Phill berkilat marah. Namun karena hasrat yang membakar hampir seluruh jiwanya itu berhasil membuatnya kembali takluk. Setelah menikmati dan menuntaskan hasratnya Phill akan kembali pergi dan mencampakan wanita itu seperti wanita yang lainnya yang sebelumnya juga pernah menjadi teman ranjangnya.
"Brengsek! Apa aku harus memasukimu dari sekarang? Aku bahkan belum sepenuhnya merasa orgasme. Sementara kau! Kau terlihat sangat menikmati permainanku!" lagi bibir merah yang terdapat kumis tipis itu berdecak kesal.
Phill menepis keras kaki jenjang wanita itu dari lehernya. Lalu membuat tubuhnya menaiki tubuh si wanita. Dengan lihai Phill melumat habis bibir bawah yang cukup tebal dan menggoda itu. Tindakannya kasar dan terkesan sangat rakus. Phill ingin segera menuntaskan semua hasratnya dan lalu pergi.
Phill meraih tangan wanita itu dan mencekalnya kuat disetiap sisi di samping kepala. Meminta lengan lembut itu terdiam dan menurut.
Tangan Phill mencengkam kuat dibalik kepala wanita yang kini berhasil membuat orgasmenya meningkat. Miliknya dengan otomatis merobek dan membuat darah segar dari area wanita itu mengalir dan menodai ranjang yang beralaskan sprai putih bersih itu. Seketika dunia hasratnya seakan terbalik. Phill merasa ambruk dengan seribu kecewa yang kini singgah menimpuk dadanya.
Phill yang merasa dibohongi akhirnya berdiri kilat. Dengan sarkastik tubuhnya menjauh dari wanita itu. Menarik selimut tebal dan meminta wanita itu menutupi tubuhnya.
Kilat wajah Phill terlihat nyalang dan memburu. Nafasnya sudah abnormal dengan dada yang naik turun. Phill terkejut, tentu saja. Pria itu bangkit dan meraih semua pakaiannya.
"Kau? Mau kemana?!" panik wanita itu gusar. Raut wajahnya menampakan kekhawatiran. Apa yang salah dengannya? Kenapa bisa Phill menghentikan dan menjauhkan diri darinya.
Phill menatap kesal dan penuh amarah. Tangannya kini mencekal dan mencengkram kuat rahang si wanita. "Kau menipuku, hah?! Sialan! Kau seharusnya mengatakan jika kau masih perawan! Dengar! Aku tidak menginginkan bercinta dan mengharap cinta dari seorang wanita yang masih perawan sepertimu! Aku bukan perusak! Aku hanya penikmat! Kau mengerti! Lain kali berhati-hatilah. Kau sungguh ceroboh!" Phill meludah dan membuat wanita itu semakin menatapnya ngeri. Semenyeramkan itu Phill di mata wanita. Pria yang terdengar panas dan lihai dalam urusan ranjang itu ternyata membenci wanita yang perawan? Why? Sungguh aneh bukan.
"Tidak! Kau tidak bisa meninggalkanku seperti ini! Bagaimana pun kau sudah melakukannya, kau harus menuntaskannya!" nyalang si wanita berkilat. Manik matanya menatap memohon.
Phill kembali menengok dan tersenyum miring. "Kau bermimpi, sayang! Cuih!" lagi ludah itu dibuangnya tepat dihadapan wanita yang kini meraung nanar itu. Sementara langkah Phill kembali menjauh.
"Sialan! Baru kali ini seorang wanita mempermainkanku! Dan bodohnya aku, kenapa dari awal tidak bertanya apa dia sudah pernah bercinta atau belum. Jika tau dia masih perawan, aku enggan menyentuhnya! Shit!" decaknya selama perjalanan keluar dari kamar itu. Phill kembali mencari keberadaan Miler.
"Hallo! Kau sudah puas? Eum-----nampaknya tidak. Apa aku benar? Tapi kenapa? Sejak kapan kau tidak puas bercinta dengan seorang wanita?" terdengar tawa mengejek. Phill menoleh dan mendapati Miler berdiri di belakangnya. Lagi, pria itu menghembuskan nafas jengah.
"Kau tau? Wanita yang menggodamu di bar tadi----" terjeda.
Miler mengangkat alis penasaran. "Ada apa dengannya? Dia memiliki bisul di pinggulnya? Karena itu kau tak berselera padanya?" kembali mencetak tawa. Miler menatap tajam wajah Phill yang kusam.
"Pembodohan! Aku tidak ingin bercanda!"
"Kalau begitu katakan. Ada apa? Apa yang membuat mood mu menjadi sehancur ini?" mulai serius. Phill menarik nafas dan menghembuskannya langsung.
"Wanita itu masih suci. Dia belum tersentuh!" berdecak.
Miler mengernyit dalam. "Suci? Itu lebih bagus bukan? Ada apa denganmu? Kau sudah bodoh?" kembali tergelak.
"Tawa menjijikan! Kau akan berhenti atau-----"
Miler nampak mengangkat kedua tangannya di depan dada. "Baiklah!"
"Kau tau? Dia bahkan tidak berpengalaman. Hanya aku yang membuatnya bernafsu. Sementara dia?! Dia hanya menikmati klimaksnya seorang diri. Dia sama sekali tidak memuaskanku! Betapa kesalnya aku ketika selaput darahnya baru saja pecah karena ku!" Phill mengusap wajah kasar berulang kali.
"Kau merusaknya? Itu bukan masalah besar!" Miler berucap enteng. Bahunya mengedik acuh tak peduli.
"Kau tau aku tidak pernah ingin merusak. Hanya menikmati dan mencampakannya. Aku puas dan wanita itu akan mendapatkan bagiannya. Tapi kali ini! Aku merasa dibohongi! Sialan! Aku tidak puas tapi dia tetap mendapat bayarannya! Apa menurut mu itu menyenangkan?!" menatap tajam Miler. Pria itu hanya tersenyum kecut menggeleng.
"Belajarlah untuk mencintai wanita yang masih bersegel! Kau sungguh aneh Phill!" Miler menepuk pelan sebelah bahu Phill sebelum akhirnya ia melenggang pergi.
"Satu hal! Malam ini jangan datang ke mansion ku! Atau kau akan tau akibatnya!" Miler berbalik dan menatap penuh ancaman. Phill hanya mendelik dan berdecak. Bibirnya sedikit tersenyum miring.
"Tentu! Aku juga sudah malas melihat mansionmu yang tidak pernah berubah itu! Dan ingat juga satu hal! Wanita yang menggodamu itu sama sekali tidak menggairahkan!" mendelik malas. Miler kembali menggeleng dan berlalu dari sana.
***To Be Continued***