Chereads / Bring A Dream / Chapter 5 - BAB 4: KUPU-KUPU DAN KUNJUNGAN

Chapter 5 - BAB 4: KUPU-KUPU DAN KUNJUNGAN

Restoran cepat saji...

Hari ini, adalah hari yang bagus untukku. Aku sekarang sedang bergaul dengan teman-teman baruku di sebuah restoran cepat saji. Aku memandang foto teman-temanku yang berada di Indonesia. Ini membuatku bernostalgia.

"Jadi, mereka itu adalah teman-teman kamu di Indonesia?" Satou bertanya sambil melihat foto yang ada di ponselku.

"Iya, dan kami memiliki band." Ucapku sambil tersenyum.

"Kamu memiliki band!?" Yuuto bertanya seperti itu dengan semangat. Aku hanya menganggukkan kepala saja.

"Apa nama band kalian?"

"Nama band kami adalah The Heavens" Aku menjawab pertanyaan Sirgu sambil meminum segelas soda.

"The Heavens!!!"

Eh, mereka terkejut. Aku baru ingat kalau band kami sedang terkenal, apa mereka menonton pertunjukkan band kami? Aku melihat sekitar, aku takutnya ada orang yang mendengar ucapan teman-temanku. Dan tentu saja, jika mereka dengar. Ini akan menjadi masalah.

Dengan cepat, aku menyuruh mereka semua untuk tenang, dan berbicara pelan-pelan.

"Aku sudah menduga. Pertama kali kamu pindah, aku kira kamu mirip dengan vokalis The Heavens. Tapi, aku tidak menyangka bahwa kamu adalah vokalis The Heavens."

"Betul. Aku juga tidak menyangka bahwa teman baru kita adalah vokalis The Heavens."

"Sebenarnya, kami adalah fans The Heavens. Kami pernah menonton konser langsung pada tahun lalu. Setelah itu, kami menjadi fans The Heavens."

Aku berterima kasih kepada mereka bertiga karena telah menjadi fans The Heavens. Dari dalam diriku, aku sangat bahagia bisa mempunyai fans seperti mereka. Setelah kami makan, kami semua berniat bermain bowling. Sesampai di tempat bowling, kami duduk di tempat yang sudah kami pesan.

"Jadi, siapa yang duluan?"

Yuuto bertanya seperti itu sambil melihat kami bertiga. Aku sebelumnya hanya sekali saja bermain bowling. Aku biasanya olahraga berenang dan joging. Selain itu, aku juga biasanya sering melatih tubuhku di gym. Addo bilang kepadaku, kalau kita sudah terkenal. Kita harus rajin merawat tubuh kita. Ketika kami sedang istirahat, Satou menunjukkan sebuah postingan ke kami.

"Afterglow menjadi pemenang di acara kota."

"Mereka memang hebat. Apalagi Ran-chan, dia sangatlah berwibawa sekali."

Satou dan Yuuto saling memuji Afterglow. Aku tidak tahu kalau mereka juga penggemar Afterglow. Sirgu memberitahuku, bahwa mereka bertiga penggemar band-band seperti Poppin Party, Roselia, Afterglow, Hello Happy World, dan Pastel*Palettes. Sepertinya mereka belum mengetahui bahwa aku sudah bertemu dengan mereka, bahkan besok aku akan bermain dengan Poppin Party. Sepertinya aku harus merahasiakan hal ini sementara waktu.

Aku kemudian izin kepada mereka untuk pergi beli minum. Ketika aku sedang beli minum, aku melihat ada dua wanita yang sedang mengobrol. Aku awalnya tidak peduli dengan mereka berdua. Tapi, karena aku merasa tidak asing dengan mereka berdua. Aku melihat mereka sebentar.

Kemudian aku ingat bahwa mereka adalah vokalis dan pemain drum dari band yang bernama Morfonica. Aku melihat mereka sebentar, mereka tampaknya berbeda dengan gambar yang aku lihat. Tapi, sepertinya ini adalah hal yang wajar karena aku dan member The Heavens juga melakukan seperti itu.

"Hei, kalian berdua. Kalian tampaknya sendirian."

Aku melihat ada tiga orang pria yang mendekati dua anggota band Morfonica. Tampaknya mereka ingin menggoda kedua perempuan tersebut.

"Ayo kita bermain bersama. Kita akan bersenang-senang hingga esok hari...." Bisik salah satu pria kepada sang vokalis.

Aku melihat sang vokalis tampak ketakutan sekali, kemudian perempuan pemain drum tersebut mulai berdiri di depannya dan melindunginya. Aku cukup terkagum karena tindakan perempuan pemain drum tersebut, tapi aku juga bisa melihat bahwa perempuan tersebut tampak gemetaran.

(Sepertinya aku harus menolong mereka.)

"Ah, akhirnya ketemu, kalian berdua." Sapaku kepada kedua perempuan tersebut. "Seharusnya kalian menunggu di luar saja supaya aku bisa gampang bertemu dengan kalian." Aku menarik tangan mereka berdua keluar dari tempat bowling.

"Eh.... Tapi....." Tanya perempuan pemain drum dengan terkejut.

"Lebih baik kalian ikuti arahanku, aku tidak ingin kalian di ganggu oleh mereka bertiga." Ucapku pelan sehingga tidak ada yang bisa mendengar kecuali kedua perempuan tersebut.

Mereka berdua yang mendengar hal tersebut hanya bisa menurutiku saja. Kami bertiga pun tiba di luar tempat bowling. Itu tadi hampir saja.

"Apakah kalian terluka?" Tanyaku kepada mereka berdua.

"Tidak apa-apa, kami baik-baik saja." Jawab sang vokalis.

"Terima kasih karena telah menolong kami." Sambung perempuan pemain drum.

Kemudian kami bertiga melihat tiga pria yang mengganggu kami, mereka tampaknya kesal dan marah kepadaku. Sebenarnya aku sudah mengetahui akan jadi seperti ini, jadi aku memancing mereka keluar tempat bowling.

"Hei bocah!! Berani-beraninya kamu merebut mangsa kami!!!" Teriak pria yang berada di kanan.

"Jangan harap kamu bisa lolos dari kami." Pria yang berada di kiri mulai mengeluarkan pisau lipat miliknya.

Aku memandang dua perempuan yang berada di belakangku. Mereka terlihat sangat ketakutan sekali, sepertinya aku baru saja membuat mereka berdua ikut campur.

"Baiklah, aku akan terima tantangan kalian." Aku mulai meninju wajah pria yang berada di tengah dengan tiba-tiba.

Pria tersebut langsung terbanting ke tanah. Kedua pria lainnya terkejut karena melihat temannya yang telah tidak sadarkan diri setelah terkena satu pukulanku. Aku pun langsung meninju pria yang membawa pisau tepat di perutnya dengan kecepatan yang kumiliki.

"UWWAAARRGHHH"

Pria tersebut langsung terjatuh ke tanah. Kemudian aku melihat ke pria yang berada di kiri, dia sedikit kaget dan gemetaran ketakutan. Kemudian dia mulai mengepalkan tangannya dengan gemetaran.

"Be-beraninya kamu-"

BUKK

Aku memukul wajahnya sehingga dia terpental kebelakang. Sepertinya mereka bertiga sudah tidak sanggup lagi melawanku, kemudian aku mulai menghadap kearah dua perempuan tersebut kembali.

"Apakah kalian baik-baik saja?" Tanyaku.

"Tenang saja."

Kemudian aku menghela nafas. Tapi, jika dilihat dari lingkungan ini. Tampaknya ini disini lumayan banyak orang-orang jahat, sepertinya cukup berbahaya jika aku membiarkan mereka berdua disini.

"Disini tampaknya daerah yang cukup berbahaya bagi kalian. Apakah kalian mau aku antar ke tempat yang lebih aman?" Tanyaku sambil tersenyum manis.

"Ba... Baiklah..." Jawab perempuan pemain drum dengan tersipu. Sang vokali juga hanya menganggukkan kepalanya sambil tersipu.

"Ngomong-ngomong, namaku adalah Ari Hoshizora. Kalian bisa memanggilku Hoshi."

"Na-namaku adalah Futaba Tsukushi, ka-kamu juga bisa memanggilku Futaba."

"Ka-kalau aku adalah Mashiro Kurata. Kamu juga bisa memanggilku Mashiro...."

Setelah itu, aku mengirim pesan kepada Satou dan yang lainnya untuk pulang duluan. Untungnya mereka mengizinkanku. Tidak bisa disangka hari ini adalah hari yang terbaik. Selain bermain dengan teman-temanku, aku juga bisa menyelamatkan dua perempuan yang membutuhkan pertolongan.

Ketika aku di jalan, aku melihat Lisa yang sedang berjalan. Aku melihat dia dia membawa plastik yang cukup banyak, apakah dia baru saja belanja.

"Lisa!" Panggilku.

"Oh, Hoshi. Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Aku tadi habis bermain dengan teman-temanku. Kamu sendirinya?"

"Tadi aku habis beli bahan untuk bikin kue." Lisa menunjukkan bahan-bahan yang dia beli. Sepertinya dia sangat suka bikin kue. Kemudian dia melihat kearah Mashiro dan Futaba.

"Hoshi, siapa mereka?"

Ah, aku lupa memperkenalkan mereka berdua kepada Lisa. Kemudian aku mulai memperkenalkan Futaba dan Mashiro kepada Lisa.

"Mereka adalah Futaba Tsukushi dan Mashiro Kurata."

"Hmmmmm..... Sepertinya pernah mendengar nama mereka....." Lisa memasang wajah berpikir, kemudian dia memasang wajah kaget. "Bukannya kalian adalah member Morfonica!?"

Mashiro dan Futaba hanya menganggukkan kepalanya saja. Tapi, aku cukup terkejut melihat reaksi dari Lisa. Kemudian Lisa mulai menghadap mereka dan mulai memperkenalkan diri.

"Salam kenal, Futaba-chan, Mashiro-chan. Namaku adalah Lisa Imai. Aku adalah pemain bass dari band Roselia."

"EEEEEHHHH!!!" Teriak Futaba kaget.

Aku dan Mashiro terkejut sekali dengan teriakan dari Futaba. Kemudian Futaba mulai memegang kedua tangan Lisa.

"A-aku adalah penggemar berat Roselia. Bahkan, aku masih tidak bisa percaya bahwa di event nanti kita akan tampil satu panggung!"

Lisa hanya memasang senyum lemas saja. Tapi, aku tidak bisa menyangka sikap Futaba akan berubah drastis, dan juga, sepertinya aku akan melihat penampilan kedua band tersebut nanti. Kemudian Lisa mulai melihat kepadaku.

"Apakah kamu suka bikin kue?"

"Kalau ada waktu luang saja."

"Serius! Kalau begitu ayo kita bikin kue di tempatmu." Lisa menarik tanganku dan pergi.

Futaba dan Mashiro mengikuti aku dan Lisa. Tunggu sebentar, apakah mereka tidak apa-apa. Sebab mereka akan mengunjungi tempat laki-laki, dan juga kenapa Futaba dan Mashiro hanya diam saja.

Akhirnya kami berempat tiba di dalam ruanganku. Mereka tampaknya sangat terkejut sekali dengan isi dari dalam ruanganku.

"Besar sekali tempatmu!" Lisa berkata seperti itu sambil melihat tempatku. Awalnya aku menolak mengajak mereka ke tempatku. Tapi, karena dia memaksa, aku mengalah saja.

"Bahkan kamu punya beranda sendiri. Hebat juga keluargamu. Apakah kamu dari keluarga orang kaya?" Tanya Futaba kagum.

"Sebenarnya pamanku yang menyewakan ini kepadaku. Awalnya aku tidak mau. Tapi, karena aku menghormati orang yang lebih tua. Jadi, aku menerimanya saja."

Aku menjawab pertanyaan Futaba sambil menyiapkan secangkir teh. Setelah itu, aku duduk di depan mereka bertiga. Jantungku berdegup kencang, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kemudian pandangan Lisa tertuju kepada gitarku.

"Hoshi, apakah ini gitarmu?" Dia bertanya sambil memegang gitarku.

"Betul, itu adalah gitarku."

"Tapi, aku tidak bisa menyangka. Kamu mempunyai gitar Charcoal Burst. Bukannya ini sangat mahal?" Tanya Mashiro dengan cukup kagum.

"Kamu benar. Tapi, aku membeli itu dengan hasil tabunganku." Aku membeli itu pada saat semua anggota band telah direkrut. Memang butuh usaha untuk menabung. Tapi sekarang, uangku sudah banyak.

"Apakah kamu bisa memainkan satu lagu untuk kami?" Tanya Lisa dengan tatapan semangat.

"Tentu saja. Kenapa tidak."

Aku mengatur gitarku dan berencana memainkan sebuah lagu yang berjudul 'Connecting'. Mereka bertiga sangat fokus mendengarkan permainanku. Lisa mulai pindah duduknya di sebelahku, aku memang terkejut. Tapi, aku harus fokus kepada permainan ini.

"Itu permainan yang bagus, Hoshi." Lisa mendekatkan dirinya denganku. Jarak kami sekarang sangatlah dekat, aku mulai memasang wajah merah malu. Jantungku berdegup dengan kencang. Bibir kami hampir saja bersentuhan, Lisa tidak pergi dari tempatnya. Kalau begini terus-

"Selamat siang Hoshi. Bibi bawain-" Bibiku terdiam, ketika melihat aku dan Lisa. "Seharusnya kalian melakukannya di kamar saja." Bibi Honoka berkata seperti itu dengan nada jahil.

"Bu-bukan itu. I ... Ini a-adalah ke-kesalahpahaman." Aku berusaha meyakinkan bibi Honoka, bahwa kejadian ini adalah kesalahpahaman. Lisa hanya bisa duduk di tempatnya sambil menahan malu. Bahkan Futaba dan Mashiro hanya terdiam malu saja.

"Baiklah bibi percaya padamu. Ini, bibi kasih kamu oleh-oleh dari Rusia. Kemarin anak bibi baru saja tiba di Jepang dari Rusia." Aku membuka bingkisan tersebut, aku melihat patung lonjong yang menjadi ciri khas oleh-oleh Rusia. "Sama bibi sudah memasukkan paket dan suratmu ke dalam."

Aku melihat sebuah paket dan surat di belakang bibi. Apa mungkin barang dari 'dia' telah tiba. Sepertinya setelah mereka bertiga pulang, aku akan melihatnya. Sebelum bibiku pulang, dia menatap Lisa, Mashiro, dan Futaba.

"Siapa nama kalian, gadis muda?"

"N-namaku adalah Lisa Imai. S-salam kenal bibi."

"Na-nama saya Futaba Tsukushi...."

"A-aku Mashiro Kurata....."

"Salam kenal, Lisa-chan, Futaba-chan, dan Mashiro-chan. Kalian jangan segan-segan sama keponakan bibi ya." Tunggu sebentar, apa maksud dari perkataan bibiku ini. Sebelum aku bertanya, dia mulai pulang. Sialan, kenapa suasana di sini jadi canggung.

"Ka-kalau begitu ayo kita bikin kue."

Kami semua mulai membuat bikin kue dari adonannya. Kemudian aku mulai menaruh kue yang belum matang ke dalam oven. Kami menunggu kue tersebut matang dengan duduk di sofa ruang tamu. Suasana di sekitar kami mulai sunyi, hatiku terus menerus berdegup dengan kencang. Kemudian Lisa duduk di sebelahku.

Lisa POV

Aku berhasil duduk di sebelah Hoshi lagi, aku sebenarnya ingin lebih dekat lagi dengannya. Tapi, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi, aku sadar bahwa disini ada mashiro-chan dan Futaba-chan.

"L-lama juga waktu matangnya." Ucap Mashiro-chan.

"B-betul."

Suasana di sekitar kami mulai sunyi lagi. Setelah bibinya Hoshi berkata 'jangan segan segan kepada keponakanku' aku mulai berpikir yang aneh-aneh. Ketika aku mau berdiri, tidak sengaja kakiku terpeleset, sehingga menimpa tubuh Hoshi di sofa.

"Ma-maafkan aku-"

Aku berhenti seketika. Tubuh kami sekarang saling bersentuhan. Aku sekarang berada di atas tubuh Hoshi. Tanganku merasakan dada Hoshi yang sangat keras. Apakah dia memiliki tubuh atletis. Wajah kami semua mulai merah bagaikan tomat, bibir kami sangatlah dekat. Futaba-chan dan Mashiro-chan tampak malu-malu ketika melihat aku dan Hoshi, aku merasakan bahwa dadaku berdegup dengan kencang. Ternyata itu benar, bahwa aku mencintai Hoshi sejak pertama kali bertemu. Jika ini diteruskan, mungkin aku akan berciuman dengannya.

Ting!

POV anda

Kami mulai duduk setelah terdengar suara alarm dari oven. Aku segera mengambil kue di dalam oven. Aku tidak menyangka, kalau kami tadi hampir berciuman. Setelah aku menaruh kue di meja ruang tamu, kami berempat mulai mencicipi kue tersebut.

"Enak sekali!" Ucap Futaba kagum.

"Aku tidak menyangka akan enak seperti ini." Sambung Lisa.

Kami berempat berbincang seperti biasa sambil memakan kue buatan kami. Aku pun mencoba menikmati kue ini sambil berusaha menghilangkan pikiran mengenai kejadian tadi. Setelah semua barang telah dirapikan. Aku mengantar mereka bertiga pulang, karena sekarang sudah malam. Aku tidak mau terjadi apa-apa kepada mereka bertiga.

Taman...

"Terima kasih Hoshi, telah menemani kami." Mashiro berkata seperti itu dan mulai menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, lagipula ini sudah menjadi tugasnya seorang laki-laki untuk menjaga perempuan dengan aman."

"Aku tidak menyangka, kalau kamu bisa seromantis ini." Dia mulai tertawa kecil, aku juga ikutan ketawa.

"Kalau begitu, kami akan berpisah disini." Ucap Lisa.

"Tapi, bukannya bahaya jika kalian sendirian di malam hari."

Tiba-tiba Lisa memukul kepalaku dengan pelan. "Kamu seharusnya jangan terlalu khawatir dengan kami. Tenang saja, aku akan menjaga Mashiro-chan dan Futaba-chan."

Kemudian mereka bertiga mulai berjalan menjauhiku. Aku hanya memandang mereka, aku merasa Lisa memiliki jiwa seperti kakak perempuan yang bisa diandalkan. Seketika pikiranku mulai membayangkan seorang gadis yang aku kenal.

"Hoshi." Ucap seorang perempuan tersebut sambil memegang kedua tanganku.

Senyumannya yang manis, rambutnya yang panjang, tangannya yang lembut dan hangat. Kemudian aku mulai tersadar kembali.

(Hentikan itu. Aku tidak ingin melihat itu lagi.) Pikirku sambil menggelengkan kepalaku dengan pelan.

Hoshizora Residence

Setiba di apartementku. Aku duduk di sofa, hari ini sungguh lumayan berat sekali. Dan juga kenapa pikiran itu datang lagi, aku mulai mengeluarkan ponselku, aku melihat fotoku dengan seorang gadis yang aku sayang.

Kemudian pikiranku langsung terjun kepada insiden 'itu'. Senyumannya sebelum dia mati, senyum jahat dari orang yang paling aku benci. Serta diriku yang tidak bisa melakukan apa-apa disaat itu.

"Sialan!" Ucapku sambil memukul meja tamu.

Kemudian aku baru sadar kalau ada kiriman. Aku duduk di sofa sambil memandang sebuah paket yang lumayan panjang. Aku membuka bungkus paket tersebut, aku melihat sebuah koper hitam yang lumayan panjang.

(Kenapa benda ini ada lagi?)

Aku mulai membuka koper tersebut. Aku melihat sebuah katana berwarna merah dan sebuah sniper beserta pelurunya. Aku tidak tahu tujuan 'dia' mengirimkan ini. Aku mulai membuka surat tersebut dan membacanya.

Untuk Hoshi

Aku tahu kalau kamu akan merasakan kesal ketika barang ini ada di kamu lagi. Tapi, aku akan meminta maaf padamu nanti. Baiklah, mari kita bicarakan point pentingnya. Apakah kamu tahu 'Marcus'. Dia telah kabur dari tahanan penjara. Alasan aku mengirimkan ini lagi kepadamu karena, di organisasi kami tidak ada yang bisa menandingi kemampuanmu pada misi ini. Karena, hanya kamu saja yang pernah membuat 'Marcus' kalah. Aku tahu kalau kamu akan menolak. Tapi, apakah kamu tahu cara dia mengalahkan musuhnya. Tentu saja, dengan cara membunuh orang yang kamu dekati. Aku tahu kalau kamu sekarang ada di Jepang dan kamu bertemu dengan beberapa orang. Tapi, apakah kamu akan membiarkan mereka mati? Pikirkan kembali, Hoshi. Aku berharap keputusan terbaikmu. Jika kamu setuju, aku akan menunggu di taman dekat tempat tinggalmu pada hari Jumat malam.

-Aslan

Aku mencengkram keras surat tersebut. Apa maksudnya ini. Kenapa Marcus bisa lolos dari penjara. Se-seharusnya aku membunuh dia dua tahun yang lalu. Kalau saja, pada saat itu. Aku menuruti perintahnya. Mungkin, Tokio dan ibuku tidak akan terlibat. Sialan, ini semua adalah salahku. Tapi, untuk sekarang aku tidak boleh memikirkan hal ini dulu. Besok, aku ada acara dengan Kasumi dan Poppin Party.