Keesokan harinya...
Hari ini adalah tes olahraga. Aku selama di Indonesia, nilai olahragaku lumayan tinggi. Apalagi setelah aku masuk ke organisasi. Sepertinya tes ini bisa kulewati. Aku melewati beberapa tes seperti lari 500 meter, lompat jauh, push up, sit up dan lain-lain. Semua siswa kelasku selalu saja memujiku setiap aku berhasil menyelesaikan beberapa tes
"Wah! Aku tidak menyangka bahwa kamu hebat di bidang olahraga!" Ucap siswa A
"Apa rahasianya?" Tanya Siswa B
"Hah, aku hanya sering latihan saja kok."
"Tapi, kulihat tubuhmu tampak kekar ketika kamu melakukan pull up." Sirgu berkata sambil menaikkan kacamatanya.
"Serius?!" Tanya Satou dan Yuuto dengan terkejut.
Aku hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Kelas kami melakukan tes olahraga dengan lancar. Ketika aku dan teman-temanku mau pergi dari gedung olahraga ke ruang ganti. Yuuto tiba-tiba memanggil kami.
"Lihatlah Mereka. Mereka adalah Maruyama Aya dan Chisato Kisaragi kan, dari Pastel*Palettes?"
"Serius? Kamu benar, kenapa kedua artis cilik datang ke sekolah kita?"
Semua siswa yang melihat Aya dan Chisato mulai saling berkomentar dan bertanya-tanya. Aku, entah kenapa aku memiliki sebuah firasat buruk tentang ini. Ketika aku mau pergi dari tempatku, Aya mulai memanggilku.
"Hoshi!!"
(Sial. Aku ketahuan)
"Hoshi, kamu kenal dia?" Sirgu mulai bertanya kepadaku.
"T-tidak kok."
"Hoshi!!"
(Bisa berhenti memanggiku tidak!?)
"Tuh, Chisato-chan memanggilmu lagi." Ucap Satou.
Sepertinya tidak ada pilihan lain. Aku mulai berjalan dengan gugup mendekati Aya dan Chisato. Semua pandangan orang pada tertuju kepadaku, saat ini aku seperti sedang menahan beban yang namanya malu karena saat ini aku sedang menjadi pusat perhatian.
"Ke-kenapa kalian ada disini? Bukannya kita bisa bertemu di CIRCLE? Kalian ada latihan disana hari ini."
"Kami hanya ingin bertemu denganmu saja." Chisato menjawab sambil tersenyum lebar.
"Habis ini istirahat makan siang kan? Aku dan Chisato sudah membuatkanmu bento. Jadi, ayo kita makan bareng disini."
Eeeeeeeeeeh!!!! Kenapa bisa jadi seperti ini? Kenapa mereka membuatkan bento untukku? Dan juga kenapa, ingin makan disini. Tapi, jika kupikirkan baik-baik. Mereka tampaknya sudah membuatkan bento ini dengan usaha mereka, jika aku menolak. Mungkin harga diriku sebagai lelaki akan jatuh.
"Ba.... Baiklah, k-kalau begitu. Ayo k-kita makan siang be-bersama."
"Baik!!" Jawab mereka berdua.
(Sumpah, sekarang apa yang sedang terjadi)
Sebelumnya aku menyuruh mereka berdua untuk menungguku berganti pakaian. Di ruang ganti, aku dikasih banyak pertanyaan dari semua siswa laki-laki kelasku. Bahkan Sirgu, Satou, dan Yuuto ikut heboh juga.
Akhirnya, aku makan siang bersama dengan Aya dan Chisato. Berita mengenai makan siang bersama antara aku dan dua artis cilik sudah tersebar satu sekolah. Sekarang semua pandangan orang sedang tertuju kepadaku, tubuhku menggigil karena merasakan banyak tekanan dari tatapan semua orang. Sepertinya ini akan menjadi hari yang panjang.
Hari ini, Aya dan Chisato membuatkanku sebuah ayam katsu dan kare. Aku dengar dari Aya, kare ini sangat pedas. Sepertinya dia mengetahui seleraku dari Hina. Kemudian Chisato mulai menyuapiku.
"Hoshi, coba aaaaa~"
"Eh....."
Aku dengan ragu mulai memakan bento tersebut. Ini rasanya enak dan pedas, bahkan potongan ayamnya lembut sekali. Kulihat Chisato yang sedang tersenyum kepadaku. Wajahku mulai memerah karena malu. Kenapa hari ini dia sangat cantik? Setelah itu, aku mulai memakan bento buatan mereka berdua. Walaupun aku sering mendengar gossip dari beberapa siswa yang berada di dekat kami, tapi aku berusaha untuk menghiraukannya saja. Aya dan Chisato saling bergantian untuk menyuapiku. Aku merasakan keanehan ketika mereka bergantian. Tapi, semua itu dikalahkan oleh kelezatan masakan mereka.
Pada akhirnya aku menghabiskan bento buatan mereka. Aku juga masih bisa merasakan tatapan dari semua orang. Sepertinya setelah mereka berdua pergi, aku harus mempersiapkan diriku. Setelah selesai makan. Kami bertiga mulai berbincang-bincang. Aku sedikit menceritakan kisahku ketika di Indonesia, mereka sepertinya mendengarkan ceritaku dengan fokus. Kemudian, Aya mulai bertanya kepadaku.
"Hoshi. Apakah ada perempuan yang kamu sukai? Waktu aku mendengar dari Sarah-chan bahwa kamu sering menolak gadis. Aku sempat berpikir, apakah sebelum itu ada perempuan yang kamu suka?"
Aku sedikit terkejut dengan pertanyaannya. Perasaanku sedikit panas dan tubuhku mulai tegang. Ketika aku mau menjawab. Aku teringat sebuah kenangan yang sangat kubenci. Aku langsung terdiam diri. Kenapa ingatan itu kembali. Sepertinya aku harus menceritakan kenangan itu.
"Hoshi?"
"Apakah kamu baik-baik saja?"
"Tenang saja. Aku baik-baik saja, tapi. Jika aku ingin menceritakan ceritaku ini, apakah kalian bisa menjaga rahasia?"
"Tentu saja." Jawab Chisato.
"Kami akan menjaga rahasia ini." Sambung Aya.
Aku hanya tersenyum kecil saja. Kemudian aku menarik nafasku secara perlahan-lahamn, setelah pikiranku jernih dan siap. Aku mulai menceritakan kenanganku bersama perempuan yang aku cintai dulu.
4 tahun yang lalu...
Hari ini, adalah hari pertamaku memasuki sekolah menengah pertama. Aku memasuki sekolah itu karena ada teman-temanku. Seperti Rai, Lintang, Raynazza dan lain-lain. Ketika melihat nilai tes ujian masukku. Aku memasuki peringkat dua. Aku tidak memperdulikannya sih.
Aku juga sudah memasuki organisasi Flower Of Peace sejak setelah kelulusanku dari sekolah dasar. Tapi aku cukup terkejut, karena banyak orang yang lebih muda dariku yang dirawat oleh organisasi. Awalnya aku hanya melakukan tugas-tugas yang bisa kuatasi. Seperti membantu orang, jadi petunjuk arah, dan lain-lain.
Awalnya aku masuk ke dalam FOPIO hanya untuk membantu orang-orang saja. Kedua orang tuaku mengizinkanku untuk bergabung, tapi aku harus merahasiakan ini kepada adik perempuanku.
Tapi, aku pertama kali membunuh orang ketika aku ikut sebuah misi untuk menangkap seorang buronan. Dia menggunakan orang tua di sekitar wilayahnya untuk menjadikan eksperimen. Waktu itu aku tidak bisa menahan emosiku, karena aku juga melihat anak-anak seumuran denganku bahkan ada yang lebih muda dariku menjadi bahan eksperimen.
Setelah insiden itu, aku mulai dilatih cara menggunakan berbagai senjata. Setelah dua bulan melewati latihan khusus itu, aku dilantik sebagai satu-satunya agen rahasia termuda untuk pertama kalinya. Untuk pertama kalinya aku dikirim untuk membunuh seseorang. Aku berhasil melaksanakan misi ini dengan lancar. Tentu saja aku tidak bilang ke keluargaku bahwa aku pernah membunuh.
Sudah dua minggu aku sekolah di sekolah favoritku. Aku melakukan hal-hal yang biasanya kulakukan saja. Ketika jam istirahat. Rai mengajakku untung pergi ke lapangan, katanya disana sedang ada pertarungan basket antara kelas 1-B dengan kelas kita. Tapi, aku menolak tawarannya karena aku mau makan dikantin. Setelah Rai dan teman-temanku pergi, aku langsung saja pergi ke kantin.
Sesampai di kantin, aku berniat untuk membeli minuman dulu. Tiba-tiba aku tidak sengaja menabrak seorang gadis sehingga uang yang kupegang jatuh ke lantai.
"M-maafkan aku. Kamu tidak apa-apa?" Aku berkata seperti itu sambil mengambil uangku yang ada dilantai.
"Tidak apa-apa. Lagian aku juga salah."
Dia juga ikut membantuku membereskan uangku yang ada dilantai. Entah kenapa aku berpikir, bahwa dia memiliki sebuah suara yang lembut. Kulihat dia sebentar wajahnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Dia memilki rambut hitam yang sangat panjang dan rapih, bahkan dia memilki aura yang sangat hangat. Kulihat wajahnya juga. Sepertinya dia adalah gadis yang baik. Setelah uangku telah di masukkan kedalam sakuku, aku berterima kasih kepada dia.
"Terima kasih telah menolongku."
"Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong apakah kamu siswa baru?"
"I-iya. Namaku adalah Ari Hoshizora kelas 1-A."
"Kamu orang blasteran?" Dia bertanya sambil tersenyum.
Aku hanya mengangguk saja. Aku bercerita kalau ayahku adalah orang Indonesia, sedangkan ibuku. Dia adalah orang Jepang asli. Dia sangat kagum dengan ceritaku. Kemudian kami berdua mulai makan berdua. Gadis ini namanya adalah Chika Edria kelas 2-A. Dan katanya, dia juga adalah kandidat ketua osis tahun ini. Aku merasa sedikit kagum dengan dia, entah kenapa dadaku sedikit berdegup kencang.
Hari demi hari, aku sering berbicara dengannya. Dia tampaknya senang juga berbicara denganku. Satu bulan kemudian, dia terpilih menjadi ketua osis. Aku sangat bahagia sekali dia bisa menjadi ketua osis. Tentu saja aku mendaftar menjadi anggota di divisi olahraga karena dia merekomendasiku. Aku tidak tahu kenapa aku bisa dapat hal seperti itu, tapi aku berpikir mungkin dia pernah melihatku melakukan olahraga di jam olahraga.
Aku mendaftar, karena aku juga ingin lebih dekat dengan senior Chika. Dan, pada saat itulah aku baru sadar kalau aku menyukai dia.
Dua bulan telah berlalu. Hubunganku dengan senior Chika semakin dekat, bahkan senior Caca yang merupakan wakil ketua osis mengetahui perasaanku kepada senior Chika. Dia bilang akan membantuku, aku sangat berterima kasih kepadanya. Aku juga mempersiapkan beberapa hal untuk hari dimana aku akan menyatakan perasaanku kepadanya.
Suatu hari setelah kegiatan sekolah selesai, aku langsung pergi ke ruang osis. Disana aku melihat senior Chika dan senior Caca sedang mempersiapkan diri untuk pulang.
"Hai, Hoshi. Apakah kamu sudah siap?" Tanya senior Chika.
"Iya, saya sudah membereskan barang-barang buat persiapan lomba."
"Kalau begitu, ayo kita pulang!" Ajak senior Caca.
Mereka berdua mulai membereskan barang-barang mereka, bahkan aku ikut membantu mereka berdua. Setelah memastikan sekolah sudah sepi. Kami bertiga mulai berjalan keluar sekolah. Biasanya di sekolah ini, orang yang terakhir keluar adalah ketua osis dan wakil, Sebab mereka berdualah yang memegang kunci sekolah,
Kami langsung berjalan pulang. Sebelum pulang, kami mampir ke supermarket dulu. Selama di supermarket, kami bertiga terus mencari barang-barang keperluan masing-masing. Ketika aku sedang mencari sebuah parfum, senior Chika datang mendekatiku.
"Kamu sedang mencari apa?"
"Waa.... A-aku hanya sedang mencari parfum. Soalnya parfumku telah habis."
"Eeeeeeeeh... Padahal aku suka wangimu yang sekarang. Bahkan aku menyukai bau keringatmu."
Spontan wajahku langsung merah malu karena senior berkata seperti itu. Ke-kenapa senior Chika berkata seperti itu kepadaku? Senior Chika hanya tertawa kecil saja kepadaku, dia tampak imut sekali. Dadaku langsung berdegup dengan kencang. Setelah kami dari supermarket. Kami bertiga berpisah di halte.
"Kalau begitu, aku duluan ya."
"Berhati-hatilah."
Senior Caca mulai pergi menaiki bis. Kami berdua mulai melanjutkan lagi perjalanan pulang kami. Seketika, aku mendapat pesan dari senior Caca, di bilang 'Berjuanglah!'. Aku hanya tertawa kecil saja.
"Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa."
"Moooouu~ Kamu selalu saja begitu, hmph." Senior berkata seperti itu dengan sedikit marah, aku hanya bisa ketawa kecil saja melihat tingkahnya.
"Kalau begitu. Mau ke taman dulu sebentar?"
"Itu ide yang bagus." Dia menjawab dengan semangat. Sepertinya dia sudah membaik lagi.
Kami butuh waktu 10 menit saja untuk ke taman. Setiba disana, kami mulai duduk di kursi taman. Susana di taman cukup sepi, apa karena sekarang sudah mau malam. Kulihat juga langit sedang berwarna senja gelap. Baiklah, sekarang adalah kesempatanku.
"Ano... Senior. A-ada.... Yang perlu kubicarakan?"
"Apa?" Dia bertanya dengan senyum manisnya.
"Sebenarnya.... Aku d-dari dulu... Sering memperhatikan senior. Dan..... Aku baru s-sadar, bahwa aku... M-mencintaimu. Jadi, a-aku ingin senior menjadi kekasihku....."
Aku mengatakannya. Aku mengatakan perasaanku kepada senior. Aku tidak berani melihat wajahnya karena malu. Apakah aku akan ditolak? Aku takut sekali memikirkan hal tersebut. Seketika, senior Chika mulai memelukku.
"Dengan senang hati...." Senior menjawab sambil berbisik.
Aku tidak bisa menyangka, bahwa aku akan diterima olehnya. Aku sangat senang bisa mengetahui perasaannya yang sebenarnya kepadaku. Setelah kami berpelukan, kami berdua mulai berjalan pulang.
Keesokan harinya…
Keesokan harinya. Ketika aku sedang berjalan menuju sekolah. Aku masih berpikir mengenai kejadian kemarin, aku masih tidak percaya bahwa aku menyatakan perasaanku kepada senior Chika. Bahkan dia menerima cintaku, dan yang paling tidak bisa dipercaya adalah bahwa sekarang kami sudah resmi berpacaran. Kemudian dari belakang ada yang memelukku.
"Selamat pagi Hoshi." Senior Chika menyapaku dengan senyumnya yang manis.
"Se-selamat pagi juga, senio-" Mulutku dihentikan oleh jari telunjuknya. Sialan, jarinya sangat lembut sekali.
"Karena kita sudah pacaran. Kamu tidak perlu formal memanggilku mulai sekarang, mengerti?" Dia berbicara dengan nada yang cukup tegas.
"K-kalau begitu..... s-selamat pagi... C-Chika."
Chika hanya tersenyum saja kepadaku. Dia bahkan menjadi lebih manis dari sebelumnya. Sebelum kami berangkat ke sekolah. Chika mulai memeluk lenganku, aku langsung memasang wajah malu. Aku tahu kalau kita sekarang sudah pacaran, tapi bukanlah ini terlalu cepat.
"Aku sangat ingin melakukan ini kepadamu, sebelum aku lulus." Dia berkata sambil terus memeluk lenganku.
Aku mulai tersenyum kepadanya, aku membiarkan dia untuk terus memeluk lenganku. Sesampai di sekolah. Banyak siswa yang terkejut melihat aku dan Chika menjadi kekasih, bahkan teman-temanku juga kaget melihatku yang sudah pacaran dengan Chika. Aku tahu kalau mereka terkejut, mereka terkejut karena Chika yang merupakan ketua osis yang banyak disukai oleh murid-murid sekolah ini. Bahkan aku sering mendengar banyak pria yang menyatakan perasaanya kepada dia. Tetapi, dia bisa sering menolak dengan lembut. Aku merasa bersyukur karena Chika telah masuk ke kehidupanku.
Dua bulan telah berlalu. Aku dan Chika telah membuat banyak kemajuan, seperti kencan, liburan bareng dan lain-lain. Keluargaku senang karena aku telah mendapatkan kekasih, begitu pula dengan keluarga Chika. Pernah suatu hari. Keluargaku mengajak keluarga Chika makan di sebuah restoran. Kami semua sangat bersenang-senang.
Tapi, semua kenangan itu tidak bertahan dengan lama. Setahun kemudian, ketika libur semester. Aku dan Chika melakukan kencan di mal. Chika bilang ingin membeli sebuah pakaian untuk ulang tahun adiknya. Aku menemaninya saja. Aku izin ke Chika untuk pergi ke toilet, tapi semua itu berubah. Setelah aku pergi dari toilet, aku melihat Chika yang sedang ditahan oleh seseorang bertopeng.
"Siapa kamu!!!" Teriakku.
"Coba saja kamu tebak."
Dia berkata dengan suara yang aneh. Apa mungkin dia memakai Radio Voice. Alat itu berfungsi untuk mengubah suara kita, biasanya juga alat itu ada di tempat tempat militer. Jangan bilang-
"Apakah kamu mempunya urusan dengan FOPIO (Flower Of Peace International Organization)?"
"Itu dulunya. Sekarang aku ingin balas dendam kepadamu!" Dia berkata seperti tu sambil mengarahkan pistolnya ke punggung Chika. Aku melihat Chika sedang menangis karena ketakutan.
"Apa yang kamu inginkan?"
"Bagaimana kalau kita bermain sebuah game."
"Game?" Aku bertanya dengan sedikit bingung. Apa yang dia maksud tentang game?
"Cara bermainya adalah kamu harus bisa menebak siapa diriku. Dan jika kamu gagal atau salah, maka pacarmu ini akan mati."
Apa maksudnya ini? Jika aku salah jawaban atau tidak menjawab, maka Chika akan mati. Disini tidak ada alat yang bisa kupakai buat melawan, dan sepertinya jika aku menyerang dia. Dia akan menembak Chika Terlebih dahulu. Sepertinya tidak ada cara lain selain mengulur waktu, sampai tim FOPIO datang.
"Baiklah, aku terima tawaranmu."
(Ayo fokus Hoshi.)
"Baiklah, untuk petunjuknya adalah 'orang yang pernah kamu lawan'."
Hah, apa maksud dari 'orang yang pernah aku lawan'. Berati jawaban ini mengambil dari semua data misiku di organisasi.
"20...."
(Sialan dia sudah mulai menghitung)
"19...."
"T-tunggu sebentar-"
"18...."
Sialan. Sebenarnya siapa dia? Aku tidak bisa mengetahuinya dari karena suaranya yang menggunakan Radio Voice.
"17...."
Apakah dia Zaravov. Tapi kalau dia, seharusnya dia sudah tidak memiliki kedua kaki dan tangannya karena sudah kupotong ketika di perbatasan Rusia.
"16...."
Kalau begitu dia adalah Zora. Tidak, itu tidak mungkin, karena Zora memiliki tubuh yang sangat besar dan tinggi.
"15...."
"Pergilah Hoshi. Aku tidak apa-apa kok." Chika berkata seperti itu sambil tersenyum.
"14...."
"K-kenapa kamu berkata seperti itu?"
Aku berusaha untuk tenang. Emosiku hampir tidak bisa kukendalikan. Pikiran jernihku hampir saja hancur.
"13.... Apakah kamu sudah menyerah?" Tanya orang tersebut.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku saja. Aku merasa tertekan sekali. Karena waktu yang dia berikan kepadaku. Bahkan aku hampir saja menangis karena aku tidak mau melihat Chika mati didepan mataku.
"12...."
(Apakah ini adalah hukumanku?)
"11...."
(Apakah aku tidak boleh bahagia karena sudah banyak membunuh orang?)
"10...."
(Seharusnya. Sejak misi itu, aku tidak perlu menembak orang itu. Tidak, maksudku. Seharusnya aku tidak masuk ke FOPIO.)
"9...."
(Apa seharusnya aku tidak usah pacaran dengan Chika, biar dia bisa hidup dengan bahagia.)
"8...."
(Seharusnya aku harus berlatih menjadi lebih kuat agar aku bisa melindunginya.)
"7...."
"...."
"6...."
"T-tunggu....."
"5...."
(Ayo berpikirlah, siapa orang tersebut.)
"4...."
(Musuh yang belum kubunuh. Itu adalah jawabannya.)
"3...."
(Sepertinya aku tahu siapa dia.)
"2...."
"Aku tahu...."
"???"
"Aku tahu siapa kamu. Kamu adalah Xenov."
(Dia terdiam untuk sementara. Apakah aku betul menjawabnya?)
"Ping pong!"
(Syukurlah aku benar)
"Kamu salah....."
Dor! Dor!
Mataku terbuka lebar karena melihat Chika yang tertembak dua peluru oleh orang tersebut. Dia langsung melempar tubuh Chika kepadaku, aku berhasil menangkap tubuhnya. Air mataku mulai mengalir.
"Ini... Pasti mimpi kan? *hiks* oi Chika *hiks* bangunlah.... *hiks* kumohon bangunlah...."
"Hoshi.... Jangan menangis...." Chika berkata seperti itu dengan nada yang lemah. "Aku... Senang... bisa... bertemu.... denganmu. Jadi... Jangalah menangis." Dia mulai menghapus air mataku dengan sisa tenaga yang dia punya.
"Hoshi.... Setelah.... Aku mati..... Carilah perempuan..... Yang bisa..... Membahagiakanmu..... Aku akan..... Senang..... Jika kamu bahagia....."
"Kumohon, jangan *hiks* tinggalkanku... *hiks* Kumohon... *hiks* Chika bertahanlah....."
Aku terus memegang tanganya yang sudah mulai melemah. Pendarahannya tidak mau berhenti, tolong aku tuhan. Aku tidak mau hal ini terjadi.
"Hoshi..... Aku.... Mencintaimu.."
Setelah berkata seperti itu, urat nadi Chika sudah tidak ada. Ini pasti bercanda kan? Mustahil dia meninggalkanku disini. Ini pasti mimpi, betul. Pasti aku sekarang sedang bermimpi. Kemudian orang tersebut mulai membuka topengnya. Mataku mulai terbuka lebar, seluruh tubuhku mulai merinding.
"I-ini mustahil.... Kenapa.... Kenapa kamu ada disini."
Aku melihat seorang pria yang tidak asing bagiku. Dia adalah salah satu buronan yang paling diincar oleh FOPIO dan dunia, dan dia adalah orang pernah aku kalahkan ketika aku dapet misi di Finlandia. Dia adalah Marcus.
"Kenapa kamu ada disini?!!"
"Aku hanya ingin membalaskan dendamku saja kepadamu karena telah mempermalukanku. Dan aku ingin menghancurkanmu dengan cara membuatmu menderita karena tidak bisa melindungi orang yang kamu sayangi." Dia mulai berjalan untuk keluar dari toko pakaian. "Ingat [Leon]. Ini baru dimulai, aku akan membuatmu menderita karena kesalahanmu!." Dia mulai pergi sambil tertawa.
Setelah Marcus pergi, tim dari organisasi pun akhirnya tiba. Mereka mulai membereskan kekacauan yang ada disana. Diko mulai menghiburku untuk menerima kematian Chika. Ini adalah salahku, seharusnya aku tidak usah menjalin hubungan kalau ini akhirnya. Setelah insiden itu, aku mulai berubah. Yang biasanya aku ceria dan semangat di FOPIO. Sekarang aku menjadi lebih dingin kepada semuanya.
Kembali ke waktu sekarang...
Aku menceritakan kisah itu kepada Aya dan Chisato. Tentu saja tentang kematian Chika, aku bilang Chika mati karena dibunuh oleh perampok. Aku masih belum bisa mengatakan hal yang sebenarnya kepada mereka berdua, karena aku tidak ingin mereka berdua. Tidak, maksudku gadis-gadis yang kusukai untuk tidak terlibat dalam pertempuranku.
"Aku turut berduka..."
"Seharusnya kami tidak bertanya hal seperti itu kepadamu. Maafkan kami."
Aku bisa melihat Aya dan Chisato yang sedang meminta maaf dengan sedih kepadaku. Aku bilang kepada mereka untuk tidak menyalahkan mereka berdua. Aku juga sekarang merasa sedikit lega, aku mulai berpikir lagi tentang kalimat Chika. Berkat Chika bilang seperti itu, akhirnya aku bisa menemukan orang yang kucintai.
"Terima kasih, Chika." Gumamku.
"Apakah kamu berkata sesuatu?"
"Tidak ada apa-apa kok. Ayo kita lanjutkan makan siang kita." Aku menjawab pertanyaan Aya. Kemudian kami bertiga mulai melanjutkan makan siang kami. Kemudian mereka berdua izin untuk kembali ke agen bakat. Aku mengantarkan mereka sampai depan gerbang, sebelum mereka pergi. Mereka mencium pipiku lagi. Semua orang di sekolah terkejut melihat aksi Aya dan Chisato.
Setelah mereka pergi, aku mulai masuk kelas. Selama di perjalanan, aku mulai membuka ponselku. Aku mulai melihat kembali foto-foto aku dengan Chika, padahal sebelumnya aku tidak berani membuka foto tersebut. Aku tidak mau kenangan itu datang lagi kepadaku. Tapi sekarang telah berbeda, berkat dia. Sekarang aku bisa jatuh cinta lagi. Setiba dikelas, aku langsung di sambut oleh banyak pertanyaan dari siswa kelasku. Aku sudah menduga akan jadi seperti ini, tapi kenapa semua guru dan siswa dari kelas lain pada ada di kelas juga?