Chereads / Bring A Dream / Chapter 7 - BAB 6: HUBUNGAN DAN MAKAN MALAM      

Chapter 7 - BAB 6: HUBUNGAN DAN MAKAN MALAM      

Hari ini adalah hari yang baik untuk melakukan olahraga di luar. Hari ini sekolah diliburkan dan aku mendapat jam sore untuk kerja di CIRCLE. Jadi, pagi ini adalah waktu yang teapat untuk lari pagi. Setelah aku bersiap-siap, aku mulai pergi untuk jogging. Setelah jogging cukup lama, aku memutuskan untuk beristirahat di taman. Sudah banyak hal yang terjadi. Bertemu dengan teman-teman baru, bekerja di CIRCLE, bergaul dengan Poppin Party, dan lain-lain. Bahkan aku hampir ciuman, tunggu sebentar. Kenapa aku memikirkan hal tersebut. Wajahku mulai memerah. Seketika terdengar suara yang tidak asing memanggilku.

"Hoshi! Selamat pagi!"

Aku melihat Hina dan Sayo sedang melihatku. Tunggu sebentar, apakah mereka sudah berbaikan. Mereka tampaknya sangat dekat sekali, sepertinya ada bagusnya aku memberi nasihat kepada Sayo dua hari yang lalu.

"Selamat pagi, kalian berdua. Apa yang kalian berdua lakukan di sini?"

"Kami berdua sedang menikmati jalan pagi berdua saja. Tentu saja ini sangatlah boppin. O iya, terima kasih telah membantu menyatukan kembali hubunganku dengan onee-chan." Hina dan Sayo menunduk hormat kepadaku. Aku merasa tidak enak dengan situasi ini. Aku menyuruh mereka untuk tidak menunduk lagi.

"Bagaimana kalau kita merayakan hubungan ini!!" Ucap Hina sambil memeluk tubuhku.

Aku dan Sayo terkejut dengan tindakan Hina, wajahku langsung tersipu dan Sayo mulai berusaha melepaskan Hina dariku. Bahkan aku bisa merasakan sensasi empuk dari dadanya. Aku penasaran kepada diriku. Kenapa sekarang aku gampang malu jika bersama dengan mereka.

"O iya, onee-chan bilang kamu bisa bermain gitar. Bolehkah aku mendengar permainanmu?"

"Eh, boleh kok."

(Apa yang terjadi.)

Hoshi Residence...

Pada akhirnya aku membawa mereka ke apartemenku. Aku tidak menyangka, aku akan membawa mereka. Hina dan Sayo sempat terkejut melihat dalam ruanganku. Mereka sama sepertiku terkejutnya ketika pertama kali aku melihat ruanganku.

"Aku tidak menyangka. Tempat ini sangatlah besar."

"Ini sangatlah boppin!"

Aku menyiapkan dua lemon tea kepada mereka berdua. Aku mengambil gitarku dan mulai duduk di depan Hikawa bersaudara. Aku mulai memainkan satu lagu yang berjudul 'Limit'. Lagu itu adalah lagu kedua kami yang kami mainkan di salah satu event.

Di event itu juga. Kami mengundang grup marching band sekolah kami untuk membantu kami. Itu adalah salah satu event yang terbaik yang pernah aku rasakan.

"Wah! Ini sangatlah boppin dan indah! Aku tidak tahu kalau kamu bisa bermain gitar sebaik ini"

"Permainanmu tetaplah bagus seperti pertama kali."

Aku hanya bisa menunduk malu saja karena dipuji oleh mereka berdua. Ketika aku sedang mengatur gitarku, Sayo tiba-tiba bertanya kepadaku.

"Hoshi, wajah kamu mirip sekali dengan vokalis band The Heavens."

"Onee-chan. Bukannya itu band yang sedang terkenal. Memang Hoshi mirip kayak vokalisnya?"

Ugh. Kenapa Sayo tiba-tiba bertanya seperti itu? Padahal aku sudah merubah penampilan rambutku sebelum aku tiba di sini. Apakah identitasku akan terbongkar seperti identitasku yang terbongkar oleh Masuki? Semoga saja mereka tidak akan menyadarinya.

"A-apa yang kamu bicarakan Sayo? Mustahil aku mirip dengan vokalis The Heavens…" Aku berkata seperti itu sambil berusaha menyembunyikan sebuah fakta yang sebenarnya.

"Tapi, gitarmu mirip sekali dengan gitarnya sang vokalis. Dan juga aku sudah penasaran. Kenapa kamu bisa memainkan gitar dengan level yang sama dengan sang vokalis? Ini pasti bukan kebetulan saja, kan?"

"I-itu karena. Aku adalah fans berat The Heavens, apalagi sang vokalisnya. Jadi tidak ada yang salah kan, jika permainanku bisa begitu?" Tepat setelah aku berkata seperti itu, teleponku berbunyi. Hina yang berada dekat dengan ponselku, mulai mengambil.

(Kenapa dia yang mengambil?)

Mata Hina terbuka lebar, Sayo yang berada di sebelahnya mulai melihat isi dari ponselku. Mata Sayo juga sama terkejutnya dengan Hina. Apa yang terjadi?

"Kenapa di sini terdapat pesan dari Jasir The Heavens?" Sayo mulai bertanya kepadaku. Mata dinginnya mulai menusuk tubuhku, sialan, kalau begini terus. Bisa gawat jadinya.

"I-itu adalah pesan dari temanku. Lagian kita bisa mengatur kembali nama teman kita di kontak dan-"

"Dan juga, kenapa di pesan tersebut tertulis 'Video fanmeeting kita telah masuk dalam Idol news. Lihatlah jika ada waktu' begitu katanya, Hina bisakah kamu membuka web berita tersebut?"

"Baiklah, onee-chan." Hina mulai membuka web idol news di ponselnya. Mata dia terbuka lebar. Apakah dia menemukannya?

Pada akhirnya aku menceritakan kebenanrannya juga kepada mereka. Aku mulai menjelaskan kepada mereka mengenai diriku ketika berada di band The Heavens, tampaknya mereka berdua fokus mendengarkan kisahku.

"Maafkan aku."

"Tapi, aku tidak masih bisa percaya, bahwa seorang vokalis band terkenal bekerja di CIRCLE." Hina berkata seperti itu dengan bingung.

"Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?" Dia bertanya kepadaku tatapan dinginnya. Sepertinya aku tidak bisa memberi dia alasan lagi.

"Baiklah. Apakah kamu menginginkan sesuatu dariku? Anggap saja ini sebagai permintaan maafku. Dan juga tolong jangan beritahukan ini kepada siapa pun, mau itu adalah teman kalian atau orang terdekat kalian."

Sekilas aku bisa melihat senyum kecil dari Sayo. Apakah ini hanyalah imajinasiku saja? Kemudian Sayo mulai membuka mulutnya.

"K-kalau begitu b-besok bisakah kamu temani aku dan Hina pergi b-belanja?" Sayo berkata seperti itu dengan wajah malunya yang terpancarkan. Kenapa dia bisa menjadi semanis itu. Ini baru pertama kalinya aku melihat wajah Sayo yang malu. Padahal dia selalu saja memberikan tatapan dingin kepadaku. Walaupun dia sempat tersenyum ketika pertemuan pertama kami.

"Baiklah. Jadi, setelah sepulang sekolah, kan? Mungkin aku bisa izin ke Marina."

"Serius!?" Tanya Sayo semangat. Ini pertama kalinya aku melihat dia memasanag ekpresi seperti itu. "Kalau begitu. Besok kita bertemu di depan Hazawa Cafe saja."

"Sepertinya, besok akan menjadi acara yang boppin!"

Aku hanya bisa memasang senyum kaku saja. Aku tidak bisa menyangka, mereka bisa mengetahui identitasku. Padahal aku sudah berusaha untuk menyembunyikannya. Apakah aku memberitahu kepada Addo dan lainnya mengenai hubunganku dengan beberapa gadis. Sepertinya, aku harus merahasiakannya dulu. Baiklah, sekarang aku harus bersiap-siap.

Sayo POV

Aku tidak bisa menyangka bahwa aku akan mengajak Hoshi pergi bersamaku dan Hina. Untung saja aku bisa menemukan foto dan video dia ketika bermain di The Heavens. Kalau tidak, mungkin aku tidak akan bisa mengajaknya hari ini. Rencana ini dimulai pada dua hari yang lalu.

Dua hari yang lalu....r

Setelah dari CIRCLE. Aku langsung pulang ke rumah untuk berdamai dengan Hina. Aku tidak menyangka bahwa Hoshi sama sepertiku. Tapi yang membedakannya dia denganku adalah karena dia menganggap semua ini hanyalah untuk bersenang-senang. Sepertinya aku sudah melupakan perasaan itu cukup lama sekali. Sehingga aku selalu menganggap Hina sebagai sainganku. Aku tidak pernah tahu kalau tujuan Hina hanya untuk bersenang-senang saja.

Sesampai di rumah, aku langsung pergi ke kamar Hina. Aku melihat dia sedang membuat parfum yang biasa dia lakukan.

"Onee-chan ada perlu apa masuk ke sini?"

Aku langsung memeluk adikku ini dengan kasih sayang. Sudah lama sekali aku tidak memeluk Hina seperti ini.

"Maafkan aku Hina atas semua hal buruk yang aku lakukan kepadamu."

"Tidak apa-apa onee-chan. Aku juga ada salah."

Kami semua berpelukan dalam waktu cukup lama. Perasaan ini membuatku tenang lagi. Setelah kami berpelukan Hina mulai bertanya kepadaku.

"Onee-chan melakukan seperti ini pasti ada pemicunya, kan?"

"Eh ... I-itu benar. Dan itu dari Hoshi." Aku menjawab pertanyaan Hina dengan wajah memerah.

"Sepertinya onee-chan menyukai Hoshi."

"Eh ... K-kenapa kamu bisa tahu?"

Kenapa dia bilang itu kepadaku. Tahu darimana dia kalau aku menyukai Hoshi, apakah ada seseorang yang memberitahu kepadanya. Tunggu sebentar, apakah dia juga menyukai Hoshi?

"Sebelumnya onee-chan tidak pernah terlihat bahagia, kecuali ketika sedang bersama Roselia. Tapi setelah Hoshi datang. Onee-chan telah berubah."

"Begitu ya, kalau begitu. Apakah kamu juga menyukai Hoshi?" Kenapa aku bertanya seperti itu ke Hina.

"Tentu saja!" Hina menjawab dengan gembira. "Aku menyukainya semenjak pertemuan pertama kami. Tapi, setelah aku mengetahui onee-chan menyukai Hoshi juga. Lebih baik jika kita berbagi."

Berbagi? Maksudmu kayak harem gitu. Bukannya itu cukup egois? Tapi, sepertinya dia tidak ingin salah satu di antara kami ada yang terluka. Apakah dia sudah berpikir secara matang. Sepertinya ini adalah ide yang cukup bagus.

"Baiklah, kita akan berbagi. Tapi gimana caranya agar dia bisa mengetahui perasaan kita?"

"Tidak usah terburu-buru, pertama. Kita ajak dia belanja bersama kita saja." Hina berkata seperti itu sambil memeluk bantal kesayangannya.

"Tapi gimana?" Aku bertanya seperti itu karena aku belum pernah mengajak seorang laki-laki belanja bareng. Apalagi laki-laki tersebut seumuran denganku.

"Aku ada ide. Apakah onee-chan tahu band yang bernama The Heavens dari Indonesia?"

Aku hanya mengangguk kepala saja. Tentu saja aku mengetahui nama band itu. Itu adalah band yang baru terkenal, band itu baru dibuat pada dua tahun yang lalu. Mereka menjadi terkenal karena band mereka sering menang di berbagai event, dan sering ikut atau mengadakan sebuah event. Bahkan aku sangat suka dengan permainan gitar dari sang vokalis. Permainannya sangatlah indah. Aku berharap bisa menjadi seperti dia.

"Menurutku, Hoshi mirip dengan vokalis The Heavens. Atau bisa disebut juga dia sebagai vokalis The Heavens."

"Tunggu sebentar. Kamu bilang Hoshi adalah vokalis The Heavens?" Aku bertanya dengan kurang yakin. Aku tidak menyangka bahwa Hina akan berkata seperti itu.

"Bukannya itu sudah menjadi hal yang wajar. Dari namanya, wajahnya. Walaupun rambutnya berbeda. Apakah onee-chan tidak pernah berpikir begitu."

Betul juga kata Hina. Hoshi sangat mirip sekali dengan vokalis The Heavens. Aku juga sudah curiga dari pertemuan pertama kami. Aku sudah mencurigai kalau dia adalah Hoshi sang Vokalis The Heavens. Kemudian Hina mulai mengambil ponselnya.

"Coba onee-chan perhatikan ini." Hina berkata itu sambil menunjukkan sebuah video. Mataku terbuka terkejut karena melihat video ini.

"ini-"

"Betul. Ini adalah video promosi The Heavens. Mereka akan mengadakan fanmeeting pada besok malam. Dan katanya mereka akan tampil secara lengkap membernya-"

"Dengan lengkap?" Aku bertanya dengan tidak percaya. Hina pun mulai menjelaskan rencananya, aku hanya bisa mendengar rencananya dengan serius.

Keesokan harinya....

Setelah pulang sekolah, aku berlatih biasa dengan Roselia. Tapi aku hanya bisa latihan sebentar saja. Anggota yang lain pada bingung kepadaku, tapi aku bilang ada urusan penting. Aku tidak bisa memberitahu yang lain, karena jika aku berhasil. Aku akan mengajak Hoshi belanja bareng. Aku tahu ini egois, tapi aku ingin mencoba melakukannya. Dan membuktikan bahwa aku dan Hina mencintai Hoshi.

Setelah makan malam. Aku dan Hina mulai pergi ke kamarku, kami mulai membuka acara live fans meeting The Heavens. Di video tersebut aku melihat semua member hadir. Tapi, aku tidak bisa melihat sang vokalis. Sebelum acara mulai, Jasir yang merupakan drummer The Heavens, mengatakan bahwa sang vokalis akan hadir secara online. Ketika sang vokalis hadir, aku dan Hina sama-sama terkejut. Sesuai dugaan Hina, bahwa identitas asli sang vokalis adalah Ari Hoshizora. Atau yang sekarang kupanggil dengan nama Hoshi.

Aku dan Hina terus menonton acara fans meeting tersebut, aku tidak bisa menyangka bahwa sang vokalis dari band terkenal, bersekolah di dekat sekolahku dan juga bekerja di CIRCLE.

Kembali ke waktu sekarang...

Aku dan Hina sedang sibuk untuk memilih pakaian yang akan kami gunakan untuk hari esok. Aku tahu kalau ini hanya belanja, tapi Hina bilang. Kita harus tampil dengan keadaan yang bagus. Aku tidak sabar untuk besok, walaupun ini cuman belanja. Tapi aku merasa seperti kencan.

Keesokan harinya....

Hoshi POV

Hari ini aku mempunyai janji dengan Hina dan Sayo. Mereka bilang, mereka akan berganti pakaian. Jadi mereka menyuruhku untuk berganti pakaian. Aku tidak mengerti, aku hanya bisa menurutinya saja. Setelah aku berganti pakaian dengan memakai pakaian klasik dan topi. Aku mulai pergi ke tempat pertemuan.

Sesampai di sana aku belum melihat Hina dan Sayo. Jadi aku duduk di bangku taman menunggu mereka. Aku masih tidak bisa menyangka bahwa mereka berdua bisa mengetahui identitasku. Sepertinya mereka berbahaya dalam artian lain.

Tidak lama kemudian Sayo dan Hina muncul juga. Mereka memakai daster musim panas berwarna putih. Aku merasa kalau mereka hari ini sangatlah cantik, aku merasa seperti sedang berkencan dengan pasangan kakak beradik. Wajahku langsung memerah karena membayangkan hal tersebut.

"Maaf menunggu!"

"Tidak apa-apa, aku juga baru datang."

"Benarkah?!"

Aku hanya menganggukkan kepala saja sebagai jawaban. Aku sengaja berbohong kepadanya. Karena menurut di buku panduan dan pengalamanku. Kita kalau berjanjian dengan perempuan. Kita harus datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan dan kita harus berbohong supaya sang perempuan tidak merasa bersalah.

"K-kalian tampak... cantik hari ini." Aku memuji mereka dengan wajah malu. Walaupun ini memalukan. Tapi mulutku bicara sendiri.

Mereka berdua terkejut karena aku memujinya, wajah mereka mulai memerah karena pujianku. Suasana di sekitar kami mulai canggung. Aku tidak tahu harus berkata apa-apa. Kemudian Hina mulai membuka pembicaraan.

"K-kalau begitu, ayo kita mulai belanjanya!" Sepertinya dia sudah kembali ke mode normal.

Kami bertiga mulai pergi ke distrik belanja. Sayo tampaknya masih sedikit malu, suasana antara aku dan Sayo tampaknya masih canggung dibandingkan dengan Hina. Kami mulai mampir ke toko roti Yamabuki. Disana aku melihat Saaya yang sedang bekerja. Dia tampaknya terkejut melihat aku bersama Hina dan Sayo. Kemudian, dia mulai menunjukkan sebuah senyum kecil kepadaku. Tubuhku langsung gemetar dan merinding.

"Apakah kalian sedang kencan?"

"Tidak mungkin!!" Aku dan Sayo berteriak bersama, Hina hanya melihat kami berdua saja sambil memegang sebuah roti.

Kemudian, Saaya menarik tangan Hina dan Sayo ke dalam rumahnya. Dia menyuruhku untuk menjaga tokonya sebentar. Tunggu sebentar, kenapa kamu menyuruhku menjaga toko ini. Kenapa aku tidak bisa memahami wanita. Tidak lama kemudian, mereka bertiga muncul lagi. Aku sedikit mengomeli Saaya karena menyuruhku menjaga tokonya. Aku bukannya tidak mau, tapi aku takutnya salah memberikan harga. Saaya hanya bisa ketawa dengan mode tehee~ saja.

Setelah dari toko roti Yamabuki. Kami mulai pergi ke supermarket. Di sana kami membeli berbagai bahan makanan. Mereka bilang, mereka sudah izin ke orang tuanya untuk masak di rumahku. Aku terkejut dengan pernyataan mereka berdua. Tapi kalau mereka tidak keberatan, aku tidak-apa-apa. Malam ini kami akan memasak sebuah kare pedas. Aku bilang kepada mereka akan menambahkan beberapa rempah-rempah dari Indonesia.

Setelah belanja. Kami memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe, Hina bilang bahwa di kafe tersebut menyediakan kentang goreng yang sangat enak. Aku dengar dari Lisa bahwa Sayo dan Hina sangat menyukai kentang goreng. Sesampai di kafe, kami memilih tempat duduk yang lumayan jauh dari pengunjung lain.

Sayo dan Hina memesan kentang goreng dan minuman jus. Aku memesan kue krim dan kopi saja. Sambil menunggu pesanan kami datang, Sayo mulai bertanya kepadaku.

"Jadi, kenapa kamu memutuskan untuk bersekolah disini? Bukannya dengan popularitasmu sekarang, kamu bisa pergi ke negara-negara besar seperti Inggris, Amerika, dan yang lain-lain?"

"Alasan aku ingin sekolah disini adalah, karena aku sangat menyukai suasana Jepang, dan sebenarnya band kami mempunyai impian untuk tampil di budokan, Jepang."

"Serius!?" Tanya Sayo dan Hina dengan terkejut.

"Itu benar."

"Hebat sekali kamu Hoshi!!" Ucap kagum Hina kepadaku.

"Sepertinya kalian akan tampil disana sebentar lagi." Sambung Sayo.

"Semoga saja." Jawabku sambil memberikan senyum kecil.

Setelah itu, pesanan kami telah datang. Aku mengambil foto kue krim dan kopi, tentu saja akan aku post di media sosial. Setelah itu, kami semua mulai makan bersama. Hari mulai gelap, setelah kami makan. Kami memutuskan untuk segera pergi ke apartemen milikku.

Beruntungnya, aku membawa beberapa rempah-rempah dari Indonesia. Ibuku menyuruhku untuk bawa. Takutnya di Jepang, aku tidak banyak makan. Soalnya lidahku paling suka makanan yang pedas-pedas, sudah menjadi hal yang wajar di keluargaku.

Sebelum pulang, aku melihat ada kios undian. Kulihat pemenang utamanya mendapat liburan di Okinawa selama dua hari. Hina yang melihatku menatap kios tersebut mulai bertanya kepadaku.

"Apakah kamu mau mencobanya?"

"Mungkin. Aku juga mau mencobanya."

"Kalau begitu ayo. Hoshi, Hina."

Kami bertiga mendekati kios undian tersebut. Kami disambut oleh pak tua. "Selamat datang. Ayo dicoba undiannya!"

Tempat itu merupakan tempat yang sederhana. Di depan kami terdapat kotak besar beserta lubang untuk satu tangan. Aku melihat juga bahwa bola yang paling rendah nilainya adalah bola yang berwarna hitam, dan bola yang paling tinggi nilainya adalah bola berwarna emas

"Kalau begitu, aku akan duluan!" Hina mulai mengambil bola di dalam kotak tersebut. Dia cukup lama untuk memilih bola tersebut. Kemudian dia mulai mengeluarkan sebuah bola. Kami melihat bola tersebut berwarna hijau. Kalau tidak salah hijau itu point dua tingkat dari hitam.

"Selamat! Anda mendapatkan panci serba guna." Pak tua itu mulai memberikan panci tersebut ke Hina, kulihat wajah Hina tampak sedikit kecewa. Tapi, aku bilang ke Hina bahwa panci tersebut bisa kita gunakan untuk memasak nanti.

"Sekarang giliranku." Sayo mulai memasukkan tangannya ke dalam kotak tersebut. Sama seperti Hina, dia cukup lama mencari bola yang dia inginkan. Tidak lama kemudian, dia mulai mengeluarkan tangannya. Kami melihat bola tersebut berwarna ungu. Ungu itu poinnya satu tingkat di bawah emas.

"Selamat! Anda memenangkan sebuah satu set lengkap pelayan kucing." Pak tua tersebut berbicara itu sambil memberikan satu set pakaian pelayan ke Sayo. Wajah Sayo tampak memerah. Aku dan Hina tampak terkejut.

Aku tidak bisa menyangka bahwa Sayo mendapatkan satu set pelayan kucing. Pikiranku mulai membayangkan dia melayaniku memakai baju itu.

"Hosi ... Sepertinya kamu membayangkan hal-hal yang mesum?" Sayo bertanya dengan tatapan kejam kepadaku. Seluruh tubuhku mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Ah ... T-tidak, aku t-tidak membayangkan hal s-seperti itu kok."

"Tapi kalau onee-chan memakai itu. Mungkin onee-chan akan terlihat imut dan boppin!" Hina berkata seperti itu dengan senang.

Aku pun segera berjalan untuk mengambil undian. Aku mulai memasukkan tanganku ke dalam kotak tersebut. Aku merasakan banyak sekali bola yang terdapat di dalam kotak tersebut, tanganku terus meraba-raba mencari bola yang cocok. Setelah aku memegang satu bola yang lumayan besar, aku pun menariknya keluar. Semua pandangan tertuju kepada bola yang aku ambil.

"Hoshi, kamu mengambil-"

"Bola emas."

"Selamat! Selamat! Anda berhasil memenangkan hadiah utama. Yaitu berlibur di Okinawa dua hari bersama dua orang bebas yang ingin kamu ajak!" Pak tua berkata seperti itu dengan semangat sambil membunyikan lonceng kecil. Para warga sekitar yang melihat kemenanganku, mulai bertepuk tangan termasuk Hina dan Sayo. Aku tidak bisa menyangka bahwa aku memenangkan hadiah utama. Akhirnya pak tua tersebut memberikan tiga buah tiket.

Ketika kami sedang melakukan perjalanan ke apartemenku. Sayo mulai bertanya kepadaku mengenai tiket yang kudapat. "Kamu mau ajak siapa saja?"

Aku juga bingung. Aku sebenarnya ingin mengajak Satou dan lain-lain. Tapi jumlah mereka ada tiga orang, sedangkan tiket yang kupunya ada tiga. Aku terus berpikir ingin mengajak siapa? Kemudian aku menatap Sayo dan Hina.

"Bagaimana kalau kalian yang kuajak ke Okinawa juga."

"Eh... EEEEEEEEEH!!!!!" Sayo dan Hina teriak terkejut. Apakah aku salah berbicara?

"Apa kamu tidak masalah mengajak kami berdua?!" Sayo bertanya dengan tidak percaya. Aku menjawabnya dengan menganggukkan kepalaku saja. Kemudian Sayo mulai sedikit malu wajahnya. Sedangkan Hina, dia mulai semangat.

"Sepertinya ini akan menjadi boppin!"

Kami bertiga tiba di apartemenku. Rasanya aku sudah terbiasa mengundang gadis ke ruanganku. Kami bertiga mulai mengeluarkan bahan-bahan yang baru kita beli, Sayo bertugas memasak daging ayam dan daging sapi, Hina bertugas untuk memotong sayuran. Sedangkan aku bertugas membuat kuah kari. Kami semua sibuk melakukan tugas.

Aku membuat kuah kari dengan mencampurkan beberapa rempah-rempah yang kubawa dari Indonesia termasuk cabai dan bawang putih, aku juga tidak lupa memotong bawang merah untuk membuat bawang goreng.

Setelah Hina menyelesaikan tugasnya. Dia membantu Sayo, sedangkan aku. Aku mulai memasukkan semua potongan sayur yang telah Hina selesaikan kedalam panci yang berisi dengan kuah kari. Sayo juga mulai memasukkan daging yang sudah matang ke dalam panci.

Sambil menunggu masakannya matang. Kami bertiga menyiapkan minuman dengan jus dan botol cola. Ketika aku sedang berjalan menuju dapur, aku tidak sengaja terpeleset dan menabrak Sayo dan Hina.

"A-aduh ... apakah kalian tidak apa-apa-" Mulutku berhenti bergerak karena aku terkejut melihat pemandangan yang seharus aku belum boleh lihat. Dan kedua tanganku merasakan sensasi yang sangat kenyal. Itu benar, kedua tanganku tidak sengaja memegang dadanya Sayo dan Hina, bahkan sampai kedua baju mereka tersingkap ke atas dada mereka. Dan itu membuat sebuah pemandangan terlarang.

"Ma-maafkan aku!! A-aku tidak sengaja-"

"Ka-kamu ... Mesum, dan itu tidak boppin." Hina berkata itu dengan malu. Kedua tangannya menutup dadanya yang masih kelihatan.

"Be-beraninya kamu!!!" Sayo berteriak sambil menampar pipiku dengan keras. "Pastikan kamu setelah ini mencuci tanganmu dengan bersih dan lupakan hal yang tadi!" Aku hanya bisa terkapar saja. Aku juga harus menerima serangan itu, jika aku menghindar. Maka aku bukanlah seorang laki-laki. Dan mustahil bagiku untuk menghilangkan pikiran itu dengan mudah dan cepat.

Setelah kari yang kami tunggu telah matang. Kami mulai makan bersama. Suasana antara aku dan Hina mulai membaik, sedangkan aku dan Sayo masih jauh. Sepertinya dia masih mengingat kembali hal yang tadi. Setelah kami makan malam bersama. Kami bertiga mulai membereskan bekas kami masak dan makan. Setelah semua selesai dibersihkan, mereka berdua mulai izin untuk kembali. Ketika aku menawarkan untuk menemani mereka, Sayo dengan dingin menjawab. "Jangan ikut campur. Dasar mesum."

Keesokan harinya ....

Hari ini, CIRCLE lagi sibuk untuk mengatur buat event. Lima band utama juga sedang sibuk berlatih di ruangan mereka masing-masing. Sayo masih saja mengabaikanku. Apa dia masih belum sepenuhnya memaafkan diriku. Sepertinya dia butuh waktu.

Ketika aku sedang menaruh beberapa kardus ke ruang belakang, aku melihat ada beruang besar berwarna pink. Aku dengan cukup panik mulai berteriak kepada beruang tersebut. "Hei! Siapa kamu?"

Beruang tersebut tampak panik, kemudian dia mulai membalikkan badannya. Eh. Bukannya itu beruangnya HaroHapi. Kalau tidak salah namanya Michelle. Tunggu sebentar, kalau tidak salah Michelle itu adalah-

"Kamu Misaki?"

"Iya."

(Sesuai dugaanku.)

Seperti janji dia, ketika di rumah Kokoro. Dia ingin menjelaskan mengenai dirinya sebagai Michelle dan kehidupan dia selama di bandnya. Aku terus mendengar ceritanya dengan cermat.

"Jadi, selain Kanon. Yang lain pada tidak tahu kalau Michelle itu adalah kamu?"

"Tentu...*hiks* *hiks* saja... padahal *hiks* aku sudah sering memberitahu mereka *hiks* kalau Michelle itu adalah aku." Misaki berbicara seperti itu sambil menangis. Aku mulai mendekatinya dan mulai menghapus air matanya sambil menenangkan dirinya.

"Tenang saja. Pasti ada waktu dimana mereka akan percaya kalau Michelle itu adalah kamu, jadi bersabar saja dan jangan pantang menyerah."

"Terima *hiks* kasih. Kalau saja aku tidak... *hiks* bertemu denganmu. Mungkin... *hiks* aku akan keluar dari *hiks* *hiks* Hello Happy World."

Aku memeluk tubuh Misaki dengan lembut, tanganku terus mengelus kepalanya dengan lembut. Sepertinya dia sudah lama melalui banyak hal yang membuat dia tertekan. Itu jadi mengingatkan pada diriku setelah aku membunuh orang di depan mata Tokio. Setelah insiden itu, aku terus-terusan di dalam kamar selama dua bulan. Aku merasa sangat menyesal karena mengambil pekerjaan ini. Bahkan aku membuat ibuku dan Tokio terlibat. Butuh waktu cukup lama agar aku bisa kembali ke kehidupan normalku.

"Terima kasih Hoshi. Sepertinya aku sudah mulai baikan. Aku harus menuju studio dulu." Misaki berkata seperti itu sambil pergi menjauh dariku. Sebelum dia pergi, dia mencium pipiku. Aku merasa terkejut dengan tindakannya yang sangat tiba-tiba. Sebelum dia keluar dari ruangan, dia tersenyum manis kepadaku.

Wajahku sempat memerah tomat karena sadar ketika Misaki tersenyum, dia tampak imut dan cantik. Dadaku terasa hangat seketika.

Misaki POV

Aku mulai kembali ke ruangan studio dengan kostum Michelle. Aku yang sekarang sudah merasakan semua masalahku telah selesai karena Hoshi. Tidak bisa kusangka bahwa Hoshi adalah pria yang sangat baik hati. Tapi ketika aku melihatnya dengan jelas, dia sangatlah tampan. Wajahku mulai memerah malu karena membayangkan kejadian tadi. Aku secara tidak sadar telah mencium Hoshi.

"Misaki-chan, apakah kamu baik-baik saja?" Kanon bertanya kepadaku sambil berbisik.

"Ah... Tidak ada apa-apa." Aku berusaha menahan suaraku, agar Kokoro dan yang lain tidak mendengar.

Sepertinya aku telah jatuh cinta kepadanya. Apakah dia menyadari perasaanku, kuharap dia bisa mengetahui perasaanku.