Chereads / Bring A Dream / Chapter 10 - BAB 9: PERMINTAAN DAN TIGA DEWI

Chapter 10 - BAB 9: PERMINTAAN DAN TIGA DEWI

Sudah dua hari yang lalu aku pergi dengan Sayo dan Hina. Hari ini aku dan Minami-san yang berjaga di CIRCLE. Anastasia-san sedang sibuk dengan keluarganya. Jadi, hari ini aku dan Minami-san yang berjaga di CIRCLE. Hari ini yang latihan adalah band-band pemula, jadi kami sedikit bekerja lebih keras, karena mereka masih pemula sih.

Kemudian dari arah pintu muncul Chisato dan Aya. Aku menyambut mereka seperti biasa. "Selamat datang Chisato, Aya. Apa yang mau kalian lakukan disini?"

"Bisakah kamu mengikuti kami ke kafe sebelah?" Chisato bertanya dengan sedikit serius.

Perasaanku sedikit merinding melihat mata Chisato. Apakah ini yang disebut yandere? Kemudian aku menyuruh Minami-san untuk berjaga sebentar di meja depan. Kami bertiga memesan pesanan kami sendiri. Aku penasaran kenapa Aya dan Chisato memandangku terus?

"Besok kami berdua ada acara di suatu tempat. Jadi, bisakah kamu untuk sehari saja jadi pengawal kami? Tentu saja, nanti kamu akan dibayar setelahnya." Aya berkata dengan wajahnya yang sedikit serius.

Kenapa tiba-tiba mereka ingin memintaku untuk menjadi pengawal mereka. Dan juga, katanya agen bakat sudah mengizinkanku untuk mengawal mereka jika aku menerima. Kenapa tiba-tiba jadi seperti ini?

"Kenapa harus aku?"

"Apakah kamu masing ingat kejadian kamu menyelamatkanku dan aya? Setelah itu agen bakat selalu memikirkan, apakah kamu cocok untuk menjadi pengawal pribadi kami? Tapi dilihat dari list yang akan menjadi pengawal pribadi kami. Hanya kamulah yang kekuatan fisiknya diatas target."

Aku memikirkan ucapan Chisato. Kenapa mereka bisa tahu kekuatan fisikku sebesar itu? Apakah ada sebuah alat atau semacamnya? Tapi, dilihat dari kondisi ketika waktu itu. Sepertinya orang tersebut akan membalas dendam. Jadi mungkin saja orang lain yang mengawal mereka berdua tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.

"Baiklah. Tapi, aku harus izin ke Marina dulu."

"Tenang saja, kami sudah dapat izin dari Marina-san."

(Cepat sekali.)

"Baiklah, kalau begitu. Besok kamu datang ke agen bakat ketika jam makan siang. Tenang saja, kami akan membuat surat izin buat sekolahmu."

Sepertinya mereka benar-benar sangat niat untuk merekrutku untuk menjadi pengawal dua atris cilik ini. Sepertinya, aku harus meminta bantuan ke Diko kalau kondisi sudah parah. Setelah kami berpisah. Aku memutuskan untuk ketemuan dengan Diko di salah satu tempat yang berada di kertas yang kudapat pada hari dimana aku, dan Poppin Party bermain di taman hiburan.

Aku tidak bisa menyangka bahwa salah satu tempat organisasi adalah sebuah kafe. Sepertinya mereka membuat penyamaran yang bagus. Kafe ini cukup ramai sekali, kebersihannya juga bagus, dan aku bisa mencium wangi aroma kopi di dalam kafe ini. Setelah aku memasuki kafe. Aku melihat Diko yang sedang duduk di pojok kafe.

"Yo, Hoshi. Apakah kamu baik-baik saja."

"Tentu saja."

Kami berdua pun mulai memesan secangkir kopi dan sepotong kue. Aku melihat Diko yang sedang senyum senyum sendiri kepadaku. Sudah llama sekali aku tidak melihat dia seperti itu, dan ketika aku melihatnya lagi, dia tampak menjijikan sekali. Apakah ada yang aneh denganku?

"Ano... Kenapa kamu senyum senyum tidak jelas?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya membayangkan kondisimu yang baru saja berkencan dengan dua gadis di Okinawa."

Jantungku hampir saja keluar dari tubuhku. A-apa yang Diko bicarakan. Kenapa dia mengira aku berkencan dengan Sayo dan Hina. Walaupun sebagian kecil diriku menerimanya. Aku harus segera mengubah topik pembicaraan ini.

"Baiklah... Kembali ke topik utama!"

"Baik~" Diko menjawabnya dengan candaan. Seperti yang kuduga dari orang ini.

Aku pun mulai menceritakan kejadianku di kafe sebelah CIRCLE dengan Aya dan Chisato kepada Diko. Aku juga menceritakan bahwa aku direkrut untuk menjadi pengawal pribadi mereka untuk sehari penuh. Aku menceritakan juga mengenai penyerangan Aya dan Chisato oleh sekelompok orang-orang jahat, aku memberitahu. Takutnya saja sekelompok orang jahat itu muncul dengan jumalah yang banyak dilengkapi senjata. Jadi aku memutuskan untuk meminta bantuan kepada Diko, jika hal itu terjadi.

Tidak lupa aku menceritakan penyerangan diriku di Okinawa. Diko tampaknya sedikit terkejut karena mendengar bahwa aku babak belur, tentu saja . Karena di organisasi, aku dan Diko adalah salah satu veteran agen. Jadi, tentu saja dia sedikit terkejut ketika mengetahui veteran agen sepertiku bisa babak belur.

"Aku mengerti...."

"Mungkin nanti aku akan meminta tolong kepada anak buahku untuk menyelidiki Okinawa." Ucap Diko dengan cukup serius. "Dan juga, aku harus mengawasi kencanmu nanti dengan mereka berdua dari kejauhan, begitu?"

"I-ini bukan kencan!!"

"Aku tidak begitu yakin. Tapi, apakah kamu menyukai mereka berdua?"

Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu kepadaku. Wajahku mulai merah padam karena memikirkan mereka berdua. Aku memang menyukai beberapa gadis yag lain, tapi tidak bisa kusangka juga. Aku menyukai mereka berdua. Aya, orangnya cantik dan bersinergi, dan, walaupun dia sangat semangat. Tapi dia memiliki sisi yang lembut. Sedangkan Chisato. Dia cantik dan seksi sih. Walaupun dia bisa dibilang seorang yandere. Tapi dia adalah orang yang sangat perhatian kepada lainnya.

"Tentu saja....." Gumamku dengan malu.

"Terus...."

Sepertinya dia sudah mengetahui bahwa aku menyukai gadis lainnnya seperti Lisa dan lainnya. Aku mulai menceritakan mengenai perasaanku ini kepada Diko. Sepertinya dia serius sekali mendengar curhatanku ini. Diko, selain suka bercanda. Dia selalu saja memperhatikan rekan, teman, keluarga, bahkan perasaan orang. Tidak peduli mau itu musuh atau bukan. Itu adalah salah satu sikap yang kusukai darinya.

"Aku mengerti.... Jadi kedua gadis yang kamu ajak ke Okinawa itu merupakan salah satu dari beberapa gadis yang kamu suka?"

"Iya..."

"Aaaaaah.... Tidak bisa kusangka, bahwa kamu yang dijuluki 'elang dingin yang tidak punya perasaan'. Sekarang malah sedang jatuh cinta. Padahal dua tahun yang lalu, beberapa perempuan, mau yang seumuran, lebih muda. Bahkan lebih tua menyatakan perasaannya. Tapi kamu menolaknya dengan dingin. Tapi, sekarang elang dingin yang kukenal sedang jatuh cinta pada gadis. Tidak, maksudku kepada beberapa gadis. Kamu sudah berubah, Hoshi."

Aku hanya bisa tersenyum saja dengan ucapan Diko. Walaupun begitu. Aku harus melindungi mereka. Tidak, tidak hanya mereka. Aku juga harus melindungi semua temanku yang berada di Jepang dari Marcus. Karena dia akan datang untuk mengincarku. Setelah kami berbincang cukup lama, aku pun kembali ke apartementku. Aku terus memikirkan perasaanku ini. Seandai saja tiba waktunya kau memilih, siapa yang harus kupilih agar tidak ada yang harus tersakiti?

Keesokan harinya...

Aku mulai berjalan keluar dari sekolah. Awalnya Satou bertanya kepadaku mau kemana aku. Aku menjawab ada acara keluarga. Sepertinya aku harus membohonginya kalau aku mau mengawal dua gadis PasuPare. Aku mulai berjalan dari sekolah menuju agen bakat, aku membutuhkan waktu selama 25 menit saja untuk berjalan ke agen bakat.

Setelah aku tiba di agen bakat. Aku melihat Aya dan Chisato yang sedang menungguku.

"Maafkan aku karena terlambat!"

"Tidak apa-apa. Sekarang kamu ganti pakaian dulu saja, masa kamu mau mengawal kami dengan baju sekolah." Chisato berkata seperti itu sambil memberiku sebuah pakaian. Kulihat pakaian tersebut adalah sebuah kemeja berwarna hitam dengan motif garis.

Aku langsung pergi ke ruang ganti yang berada di agen bakat, aku mulai mengganti pakaianku. Kusimpan pakaian sekolahku dan tas sekolahku di tempat penitipan. Setelah selesai meitipkan barangku, aku langsung pergi keluar.

"Baiklah ayo kita mulai!" Ajak Aya dengan semangat.

Kita bertiga mulai berjalan menuju kota. Aku berpura-pura sebagai sahabat mereka berdua, walaupun kenyataannya memang benar kami bersahabat. Kemudian kami tiba di sebuah ruko besar. Kami bertiga mulai memasuki ruko tersebut, Chisato bilang kita akan bertemu dengan seseorang disini. Aku tidak tahu siapa yang akan bertemu dengan kita, tapi setidaknya keadaan sekarang masih membaik.

Kami tiba di lantai tiga yang berisi dengan kafe pelayan. Kafe ini lumayan dipenuhi oleh banyak orang, bahkan ketika kami masuk, kami disambut oleh dua pelayan. Chisato dan Aya mulai mencari seseorang. Kemudian kami mendapatkan dua orang wanita yang sedang duduk di pojok ruangan, kami bertiga mulai pergi mendekati mereka berdua.

"Selamat siang kalian berdua!"

"Selamat siang." Gadis berambut panjang lurus menjawab salam Aya.

Kami bertiga mulai duduk di meja mereka, kulihat mereka sepertnya seumuran dengan kami bertiga. Dan juga wajah mereka, sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Kami semua mulai saling berkenalan diri. Aku baru ingat kalau mereka berdua adalah idol dari Cinderella project. Kalau tidak salah mereka adalah Rin Shibuya dan Mio Honda. Kami pernah sekali tampil di suatu acara event di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Kulihat penampilan mereka bagus jika mereka tidak memakai kostum. Aku tidak bisa menyangka bisa bertemu dengan mereka lagi. Sepertinya mereka tidak tahu siapa diriku lagi.

"Hoshi-san."

"Apa?"

"Apakah kamu adalah vokalis The Heavens?"

Eh. Aku mulai terkejut dengan pertanyaan Honda-san. Apakah ketahuan identitasku. Sepertinya mereka masih kurang yakin, aku harus berusaha menyembunyikan identitasku.

"I-itu mustahil. Lagian, kenapa kamu bisa berpikir seperti itu Honda-san?"

"Mungkin karena mirip. Sepertinya aku salah paham ya, maaf ya."

"I-iya" Aku berkata seperti itu dengan senyum bersalah.

"Tapi. Kamu beneran mirip dengan vokalis band The Heavens. Iya kan, Aya-san?"

Aya hanya mengangguk setuju saja dengan pertanyaan Honda-san. Kenapa topik ini belum selesai-selesai. Apakah identitasku akan ketahuan? Siapa pun tolonglah bantu!!.

"Tapi. sepertinya mustahil."

(Eh. Barusan Aya bilang apa tadi?)

"Kenapa mustahil?"

"Karena, vokalis The Heavens kan orangnya dingin. Walaupun dia semangat ketika tampil, aku masih bisa merasakan hawa dingin yang dia pancarkan, walaupun aku nonton dari internet. Tapi Hoshi adalah orang yang semangat dan pengertian. Dan aku juga merasakan hawa yang sangat hangat di dalam dirinya" Aya berkata seperti itu sambil melihatku.

Aku tahu kalau aku dingin. Tapi, sekarang aku sudah berubah. Tapi ini mungkin cara yang bagus untuk merahasiakan identitasku. "Mungkin..."

(Maafkan aku diriku yang sekarang!!!!)

Kami mulai kembali ke topik utama mereka. Mereka ingin mengajak PasuPare untuk kerjasama di sebuah event. Mereka bilang, event itu adalah event festival idol. Tapi, mereka juga mengizinkan band untuk ikut tampil. Jadi nama event tersebut jadi Idol Band Festival. Terus masalah lokasi, katanya lokasinya di Akihabara. Memang Akihabara adalah pusat dari industri idol. Jadi itu adalah hal yang wajar mengadakannya disana. Lagipula, PasuPare adalah idol kan?

Setelah kami selesai berbicara, kami bertiga mulai izin untuk pulang. Kami bertiga berencana untuk makan siang di restoran keluarga di sekitar sini.

Restoran keluarga...

Kami bertiga mulai memesan pesanan kami sendiri. Aku berencana setelah makan siang akan pulang ke apartement, karena aku ingin sekali bermain game yang baru aku beli di website. Ketika kami sedang menunggu pesanan kami datang, Chisato mulai membuka sebuah majalah dan berbicara kepada aku dan Aya.

"Katanya di mal sedang ada diskon."

"Serius!?" Aya bertanya kepada Chisato dengan sedikit semangat.

(Sepertinya aku mempunyai firasat buruk)

"Kalau begitu. Kita habis ini ke mal, Hoshi. Kamu harus menjaga kami ya."

Chisato berkata seperti itu sambil terus melihatku. Bahkan ketika Aya tidak sadar, aku bisa melihat Chisato yang menjilat bibirnya sendiri. Kenapa ini harus terjadi. Seharusnya tugasku hanya menjaga mereka berdua ketika bertemu dengan Shibuya-san dan Honda-san.

"A-ano... Apakah boleh, kalau aku tidak ikut?"

"Tidak!"

(Langsung ditolak ya.)

"Kenapa kamu tidak mau menemani kami, padahal, kamu sudah ke Okinawa bareng Sayo-san dan Hina-chan." Cetus Aya dengan sedikit kesal.

Kenapa mereka bisa tahu, apakah Hina menceritakan kepada mereka berdua? Sepertinya mereka tidak mengetahui tentang aku menyentuh dadanya Hina dan Sayo. Aku mempunyai firasat buruk kalau aku terus menolak ini. Apalagi, aku bisa merasakan aura yang mengerikan dari senyuman Chisato. Aku tahu bahwa senyuman itu bukanlah senyuman biasa, melainkan senyuman iblis.

"B-baiklah. Aku akan menemani kalian!" Sampai jumpa game baruku.

"Baiklah! Kalau begitu ayo kita habiskan dulu makan siang kita." Ucap Aya dengan semangat.

(Sepertinya kedua wanita ini sangat berbahaya dari yang aku kira.)

Pada akhirnya, aku menemani mereka berdua ke mal. Rasanya aku pernah mendapatkan peringatan ini, kemudian aku mengingat satu hal. Itu mengingatkanku pada ucapan Diko ketika kami masih di organisasi.

Flashback 3 tahun yang lalu....

Kami berdua sedang duduk santai di hutan, kami sekarang sedang menjalankan sebuah misi untuk menghentikan sebuah pasar ilegal di China. Ketika kami sedang menunggu sebuah perintah dari atasan. Diko berbicara kepadaku.

"Ada hal yang ingin kusampaikan kepadamu."

"Apa?"

Diko mulai menarik nafasnya, sepertinya dia ingin membicarakan hal yang penting.

"Apakah kamu tertarik untuk mencari kekasih lagi?

"Hah? Apa yang kamu bicarakan? Tentu saja, aku tidak akan mempunyai kekasih lagi. Lagian kalau aku punya, mungkin insiden 'itu' bisa terjadi lagi." Aku berkata seperti itu dengan nada yang dingin. Aku tidak ingin mengingat kembali insiden 'itu' lagi!

"Haaaah. Tapi aku akan memperingatimu satu hal."

Dia berkata seperti itu sambil berdiri meregangkan tubuhnya. Aku tidak tahu maksudnya dan aku tidak peduli, tapi aku hanya perlu mendengarnya saja.

"Apa?"

"Berhati-hatilah dengan perempuan. Terkadang, kalau perempuan cemburu dengamu. Mereka akan melakukan apa saja untuk mengabulkan keinginan mereka. Bahkan, ketika perempuan cemburu. Mereka akan lebih berbahaya daripada intel-intel hebat di dunia!" Dia berkata sambil mempersiapkan Desert Eagle dengan semangat.

"Baiklah, aku simpan saranmu itu. Lagipula memangnya aku akan jatuh cinta kepada gadis lagi?"

"Kita lihat saja nanti, baiklah. Ayo kita mulai misi ini."

Aku hanya mengangguk saja sambil mempersiapkan sniper dan katana ku. Mungkin sekarang aku belum bisa jatuh cinta lagi, tapi kita tidak akan tahu masa depan kayak gimana.

Kembali ke waktu sekarang...

Ketika kami bertiga tiba di mal. Aya dan Chisato mulai pergi ke toko pakaian. Tentu saja aku mengikuti mereka dari belakang. Mereka berdua kulihat sedang bersenang-senang melihat-lihat pakaian, terkadang mereka berdua bertanya tentang pendapatku. Aku hanya bisa menjawab semampuku saja. Mereka mampir ke toko-toko kosmetik, aksesoris, dan lain-lain. Dan tentu saja aku membawa sebagian barang mereka. Aku merasa tidak enak kalau hanya menjaga mereka, jadi aku memutuskan untuk membantu membawa barang bawaan mereka.

Tapi, ketika kami mampir ke toko pakaian dalam wanita. Aku merasakan beberapa tatapan intimidasi dari para wanita yang berada di toko tersebut. Aku hanya bisa diam menghadap kebawah sambil menunggu Aya dan Chisato, bagiku. Ini adalah ujian mental yang sangat berat sekali!!

Ketika aku sedang menunggu mereka dari toilet, tiga orang perempuan mulai mendekatiku. Sepertinya mereka bertiga umurnya lebih muda dariku. Ada urusan apa mereka denganku?

"Permisi. Apakah anda adalah vokalis The Heavens?" Tanya gadis berkacamata dengan ramah.

Kenapa mereka bertanya seperti itu. Padahal aku sudah memakai topi dan jas untuk menyembunyikan penampilanku. Apakah mereka adalah fans The Heavens. Tapi, kenapa dia bisa mengetahui indentitasku? Apakah mereka stalker? Jika benar, ini akan gawat.

"A-apa yang kalian bicarakan. Saya bukanlah vokalis The Heavens."

"Berati senpai adalah [Leon]?"

"Hahaha. Apa yang-"

Tunggu sebentar. Apakah dia baru saja menyebut nama samaranku? Aku mulai menatap kembali gadis berambut pendek. Aku menatap dia dengan tatapan curiga.

"Bi-bisa diulangin lagi?"

"Ano.... Senpai adalah [Leon]?"

"Siapa kalian?"

Aku bertanya kepada mereka dengan sedikit waspada. Aku harus menyeselesaikan masalah ini sebelum Aya dan Chisato datang.

"Padahal kami adalah orang yang paling dekat dengan senpai ketika di organisasi. Tapi kenapa senpai melupakan kami, jahat sekali." Gadis bermasker berkata sambil mulai membuka maskernya.

"Jangan bilang kamu-"

"Betul. Aku adalah Sarah, dan mereka berdua adalah Lily dan Athena."

Kenapa tiga dewi perang datang kesini. Ada urusan apa denganku? Apakah mereka disuruh oleh atasan? Sebenarnya apa yang mereka pikirkan. Aku terus bertanya-tanya kepada diriku. Mereka adalah salah satu kelompok yang mengambil misi tingkat 4 ke atas. Tapi, kelompokku mengambil misi tingkat 2 ke atas, Walaupun begitu. Mereka sama seperti aku dan Diko, tapi di organisasi mereka adalah adik kelas kami. Walaupun umur Diko dan Lily sama.

Sarah, atau nama samarannya [Orion]. Dia adalah salah satu penembak jarak dekat. Selain itu dia memiliki kemampuan mengumpulkan informasi dengan kemampuan hackernya. Lily, atau nama samarannya [Venus]. Dia adalah gadis yang sangat lincah. Kemampuan lempar pisaunya selalu mengenai target. Selain kemampuan pisau dan lincahnya yang hebat. Dia merupakan petarung hebat dalam jarak dekat. Terakhir adalah Athena, atau nama samarannya [Diana]. Dia adalah gadis yang sangat ahli bermain sniper. Tentu saja dia belajar dariku. Selain itu juga dia memiliki insting yang sangat bagus. Dan juga dia sangat ahli dalam memakai dual senjata jarak dekat.

"Kenapa kalian bertiga ada disini. Apakah kalian ada misi?"

"Tidak, kami tidak ada misi. Kami hanya ingin bertemu dengan senpai saja."

"Bertemu denganku?" Aku bertanya kepada Sarah.

"Betul. Tampaknya senpai sudah berubah, sekarang senpai tampaknya sudah tidak menjadi dingin lagi."

Aku hanya bisa tersenyum kaku saja. Kenapa harus itu yang di katakan? Mereka bertiga mulai duduk di dekatku. Sepertinya mereka belum banyak berubah juga dari dua tahun yang lalu. Sarah yang dulunya rambutnya pendek, sekarang jadi panjang. Athena yang dulunya kurang feminim, sekarang jadi feminim. Lily yang dulunya pendek. Sekarang dia menjadi lumayan tinggi. Kami semua mulai asyik berbagi kisah.

"Hoshi."

"Siapa mereka bertiga?"

Sialan. Aku melupakan mereka berdua, ketika aku melihat ke sumber suara. Aku bisa melihat Aya dan Chisato yang sedang berdiri tidak jauh dari kami berempat. Mereka berdua tersenyum kepadaku, tapi dibalik itu. Aku bisa merasakan aura-aura mengerikan.

"Ah... I-itu. Me-mereka adalah kenalanku-"

"Senpai. Apakah senpai mengenal mereka berdua?"

Kenapa kamu ikut-ikutan juga Sarah? Dan juga kenapa kamu memasang wajah seram kepadaku? Sialan kalau begini terus, akan gawat. Apakah ini yang disebutkan oleh Diko. Kekuatan mengerikan dari gadis yang cemburu. Mereka bukan lagi manusia, tetapi mereka tampak seperti iblis!!

"Senpai? Apakah kamu juniornya Hoshi?"

"Tentu saja. Aku adalah junior favoritnya senpai. Lagipula kamu siapanya senpai ini? Apakah kalian memiliki urusan dengan Hoshi-senpai?"

"Tentu saja. Karena dia sekarang sedang ada urusan dengan kami berdua."

Aku bisa melihat aura yang mengerikan dari Sarah dan Chisato. Sialan, ini sudah sangat gawat. Aku harus keluar dari situasi ini. Ketika aku sedang menjauhi mereka secara diam-diam, kedua tanganku di pegang oleh Aya dan Lily.

"Mau kemana kamu Hoshi?" Tanya Aya sambil tersenyum, walaupun aku tahu kalau itu adalah senyum palsunya.

"Apakah senpai berniat kabur dari masalah ini?" Sambung Lily.

"A....Ti-tidak, ke-kebetulan aku ada urusan penting."

Aku berusaha memberi alasan yang kubisa. Kenapa para gadis-gadis ini bisa menjadi iblis, padahal mereka sebelumnya cantik. Dan juga, Athena kenapa kamu hanya diam saja!?

"Urusan pentingnya itu, menjelaskan semuanya kepada kami kan?"

"Iya kan, Senpai?"

"Ah. I-ya" Aku menjawab dengan lemas. Sepertinya aku tidak bisa kabur dari situasi ini.

Aku menjelaskan semua hal kepada Sarah, Liliy dan Athena mengenai awal pertemuanku dengan Chisato dan Aya. Dan aku juga menjelaskan kegiatanku hari ini. Begitu pula dengan Aya dan Chisato. Aku juga menceritakan awal pertemuanku dengan tiga dewi ini. Tapi aku tidak meyebutkan bahwa kami rekan di organisasi.

"Jadi begitu." Chisato berkata seperti itu sambil menghela nafas.

Akhirnya aku bisa membuat mereka tenang juga. Butuh waktu cukup lama untuk membuat mereka tenang. Tapi setidaknya, mereka sudah baikan.

"Sarah-chan. Apakah dulu Hoshi mempunyai kekasih?" Aya mulai bertanya kepada Sarah.

Aku mulai kaget dengan pertanyaan Aya. Sebelum kututup mulutnya agar dia tidak menceritakan yang sebenarnya, Liliy dan Athena sudah memegang kedua tanganku agar aku tidak bisa bergerak. Sarah sempat melirikku dengan tatapan penuh jahil. Apakah dia ingin membalasku?

"Sebenarnya dia tidak punya." Dia berkata seperti itu. "karena dia dulunya disebut sebagai orang yang sangat dingin. Bahkan, teman seangkatannya, seniornya, dan juniornya yang menyatakan perasaannya kepada dia. Langsung dia tolak dengan dingin. Dan alasannya adalah 'aku tidak ingin kamu menghalangiku'."

(Sudah cukup Sarah. Kumohon, jangan berkata lagi.)

Aya dan Chisato tampak terkejut setelah mendengar penjelasan dari Sarah. Aku tahu sebenarnya Sarah berkata seperti itu karena tidak ingin aku mengingat tragedi "itu". Kemudian mereka berdua mulai menatapaku. Sepertinya mereka sedang membandingkan diriku yang sekarang, sama yang dulu.

"Tidak-tidak. Itu pasti kebohongan."

"Betul. Mustahil Hoshi, yang orangnya terbuka dulunya dingin."

Aya dan Chisato berkata seperti itu dengan percaya diri. Serius, apakah kalian tidak percaya?

"Kalau begitu, biar aku tunjukkan sebuah bukti."

"T-tunggu sebentar. Jangan bilang bukti 'itu'?"

Sarah mengabaikanku, kemudian dia mulai menunjukkan sebuah video ke Aya dan Chisato. Video itu berisi tentang beberapa penolakkanku kepada beberapa perempuan ketika aku masih di organisasi. Sepertinya aku sudah tamat dengan hidupku ini. Setelah video selesai, Aya dan Chisato mulai terdiam.

"A-Aya, Chisato. Apakah kalian baik-baik saja?" Tanyaku dengan sedikit lemas.

"Ah! Aku baru ingat kalau kami ada urusan. Sampai bertemu lagi senpai." Sarah dan kedua sahabatnya pergi meninggalkan kami bertiga. Apakah kalian mau meninggalkanku dengan keadaan seperti ini.

"Hoshi...."

"A-apa?"

(Apakah aku akan tamat disini?)

"Syukurlah, kamu menolak mereka semua."

"Dan juga. Kamu sekarang sudah berubah."

Eh. Kenapa mereka jadi terlihat bahagia. Aya dan Chisato mulai menunjukkan senyum manis kepadaku. Wajahku langsung merah merona, pikiranku mulai pergi kemana saja. Aku kira mereka akan marah. Tapi, mereka terlihat lega kalau aku dulu sering menolak banyak gadis. Tunggu, jangan bilang kalau mereka berdua mencintaiku? Tidak-tidak, mereka pasti tidak menyukaiku.

"Baiklah, ayo kita pulang."

Kami bertiga pun akhirnya mulai berjalan pulang. Aku mengantarkan mereka sampai ke agen bakat. Setelah aku berganti pakaian. Aku menawarkan diri ingin mengantarkan mereka ke rumah mereka, mereka bilang. Mereka ada urusan di agen bakat. Aku tidak tahu urusan apa yang akan mereka lakukan.

Sebelum mereka pergi memasuki gedung agen bakat. Mereka berdua mencium kedua pipiku. Wajahku seketika langsung memerah, pa-padahal pipiku sudah sering dicium. Tapi, kenapa kali ini aku menjadi malu? Apa mungkin karena aku dicium oleh gadis gadis yang kusukai?

"Sampai jumpa Hoshi!"

"Terima kasih atas hari ini."

Aya dan Chisato langsung pergi masuk ke gedung agen bakat. Aku masih saja berdiam diri sambil membayangkan hal tadi. Aku tidak bisa menyangka, bahwa aku akan dicium oleh gadis-gadis yang kusukai. Jangan bilang kalau mereka menyukaiku. Aku langsung berjalan pulang menuju apartementku. Hatiku terus berdegup kencang selama perjalanan pulang.