Chereads / Bring A Dream / Chapter 9 - BAB 8: OKINAWA DAN PERNYATAAN 

Chapter 9 - BAB 8: OKINAWA DAN PERNYATAAN 

Keesokan harinya ....

Hari ini. Aku, Sayo dan Hina pergi ke Okinawa. Kita pergi ke Okinawa karena aku memenangkan sebuah undian. Kami berjanji untuk bertemu di depan bandara Haneda. Aku hanya membawa koper kecil saja. Isi koperku hanyalah pakaian santai, peralatan mandi dan pakaian renang. Sebelumnya, aku diberitahu bahwa tempat penginapannya dekat dengan pantai, jadi sebelum berangkat, aku langsung pergi beli pakaian renang.

Tidak lama kemudian. Sayo dan Hina muncul juga, Sayo memakai pakaian klasik yang dia suka. Pakaiannya membuat dia seperti gadis-gadis pada zamannya, rambutnya yang diikat Horsetail, membuat dia tampak lebih cantik dari biasanya. Sedangkan Hina. Dia memakai gaun off Shoulder berwarna hijau mint yang memberikan kesan indah dan seksi, walaupun dadanya masih belum besar. Tapi dia masih bisa menunjukkan kesan seksi. Wajahku langsung memerah karena memandang mereka. Tidak bisa kusangka bahwa, hari ini mereka terlihat sangat cantik. Mereka juga tampaknya membawa koper kecil juga.

"Maaf terlambat!"

"Tidak. Aku juga baru sampai kok." Aku berusaha menahan hidungku yang hampir mimisan.

"Kalau begitu, ayo kita melakukan perjalanan boppin!" Setelah berkata seperti itu. Dia mulai berlari memasuki bandara. Sepertinya dia sedang semangat. Kemudian Sayo mendekatiku, apa dia mau menamparku lagi?

"Maafkan aku!" Dia berkata sambil menunduk. Kenapa dia meminta maaf?

"Eh, Sayo?"

"Maafkan aku karena telah menamparmu di hari itu. Aku tahu kalau kamu itu tidak ada niat kayak begitu, dan juga kejadian itu karena tidak sengaja." Sayo berkata seperti itu dengan masih menundukkan kepalanya.

"Ti-tidak apa-apa. Lagipula aku juga yang salah." Aku berusaha membuat Sayo tidak menunduk padaku, itu membuatku merasa tidak enak dipandang sebagai pria. "Kalau begitu, ayo kita masuk dan bertemu Hina."

Aku mulai memegang tangan lembutnya dan mulai berlari ke bandara. Aku tahu kalau tindakanku ini rasanya kurang benar, tapi aku merasa tanganku digenggam kuat olehnya. Setelah kami membayar tiket. Kami bertiga mulai masuk ke pesawat. Selama di perjalanan, aku terus melihat pemandangan diluar jendela. Ini adalah perjalanan pertamaku di Jepang.

"Hoshi." Panggil Sayo.

"Apa?"

"A-apakah kamu m-mau mencoba?" Dia bertanya seperti itu sambil memberikan sebuah bento kepadaku. Apakah dia ingin aku memakannya, kulihat isi bento itu adalah nasi, sosis mayo, sayur dan daging.

"Apakah ini buatku?"

"Onee-chan membuat itu dari tadi pagi. Padahal aku tidak dibuatin olehnya." Hina berkata seperti itu dengan nada menggoda.

"A-apakah kamu serius?"

"Ka-kalau kamu tidak mau, tidak apa-apa kok."

"Eh, aku mau kok." Aku berkata seperti itu sambil mengambil bento tersebut.

Kupandangi sebentar bento tersebut, tataannya yang rapih serta aromanya yang sedap membuatku ingin memakannya. Apalagi dia membuatnya untukku saja. Aku tidak boleh melepaskan kesempatan ini.

"Itadakimasu." Aku mulai mencoba memakan bento tersebut. Sayo sepertinya serius sekali melihatku, apa dia penasaran dengan pendapatku.

"Ini enak!"

"Serius?!" Tanya Sayo dengan tidak percaya,

"Iya. Apalagi daging sapinya, enak sekali!"

"Syukurlah, aku kira rasanya tidak enak. Soalnya ini pertama kalinya aku memasak sebuah bento."

Aku tidak percaya, kalau dia baru pertama kali bikin bento. Dan yang paling gilanya adalah, aku lah yang memakan bento buatan dia pertama kali. Setelah kupuji dia, mulai menunjukkan senyum manisnya. Wajahku langsung memerah, segera kumakan lagi bentonya. Sepertinya dia sangat cocok sebagai istri rumah tangga. Sayo pun juga menawarkan teh hangat kepadaku. Hina sepertinya hanya tersenyum saja. Kadang-kadang dia jahil mengambil satu suap bentoku.

Akhirnya, kami tiba juga di Okinawa. Kami kemudian naik bis untuk pergi ke penginapan, selama di perjalanan. Kami melewati pemandangan alam seperti sawah, hutan dan laut. Aku tidak bisa menyangka bisa melihat hal yang indah ini. Kami bertiga turun di halte depan penginapan. Kami bertiga sangat kagum karena bagian belakan penginapan langsung pantai.

Kami bertiga mulai berjalan menuju penginapan tersebut. Suasana di penginapan sangatlah sejuk. Bangunan yang cukup besar, halaman depan yang indah dengan air mancur. Bahkan di sebelahnya terdapat minimarket.

"Selamat datang di penginapan Hakuoro. Biarkan saya mengantarkan kalian ke ruangan kalian" Kami disapa oleh salah satu pelayan penginapan.

"Terima kasih." Kami bertiga mulai mengikuti pelayan tersebut di belakangnya.

Selama perjalanan menuju kamar kami, aku melihat banyak sekali turis yang lewat. Sepertinya penginapan ini terkenal dan harganya juga murah setelah aku cek di website.

"Ini adalah kamar kalian."

Kami bertiga merasa terkagum dengan kamar kami. Ruangan yang akan kami tempati adalah ruangan yang lumayan lebar, di pojok ruangan ada sebuah tv. Ruangan ini juga memiliki teras kecil dan kursi disana yang mengarah ke pantai.

"Indah sekali!" Hina mulai berjalan menuju teras tersebut, diikuti juga oleh Sayo.

"Kalau begitu. Saya izin mengundurkan diri." Setelah pelayan tersebut pergi, aku mulai memasuki kamar tersebut.

Aku melihat sekitar kamar dengan tersenyum. Kemudian aku menuju ke sebuah pintu geser berwarna biru. Sepertinya ini adalah tempatku tidur, ketika aku menggeser pintu tersebut, mataku terbuka lebar. Di depanku terlihat tumpukan futon saja yang berada di sebuah ruang yang cukup kecil. Jangan bilang kalau ini adalah lemari futon.

"Ada apa Hoshi?" Sayo bertanya kepadaku sambil mendekatiku.

"Sayo. Yang kulihat di depanku itu apa?"

"Tentu saja lemari buat futon. Memang ada yang salah?"

"Ti-tidak ada apa-apa...." Aku menjawab pertanyaan Sayo sambil mengeluarkan keringat dingin, Sayo tampaknya bingung dengan kondisiku.

Setelah selesai merapikan barang-barang. Kami bertiga mulai pergi ke pantai. Aku di pantai hanya memakai celana dan jaket saja, aku tidak mau lukaku kelihatan oleh orang lain. Apalagi oleh Sayo dan Hina. Lautan disini sangatlah indah dan berwarna biru, banyak turis yang mencoba berselancar, ada juga yang asyik berjemur. Hina dan Sayo sekarang sedang berganti baju dulu. Apa yang akan mereka pakai ya? Kenapa pikiranku malah begitu. Aku mulai menepuk kedua pipiku.

"Maaf menunggu!"

"Ah, tidak ap-"

Mataku terbuka lebar karena melihat sebuah pemandangan yang bisa dibilang langka. Di depanku terlihat Sayo yang memakai pakaian renang One Piece berwarna biru muda. Itu membuat dia menjadi seksi dan menawan. Apalagi dia mengikat rambutnya menjadi Horsetail. Itu menambah kesan dia menjadi lebih cantik dan Seksi.

Sedangkan Hina. Dia memakai bikini berwarna kuning dengan motif bintang. Dia sangatlah lucu sekali memakai bikini, walaupun di bagian dadanya masih belum besar. Tapi setidaknya, sudah ada beberapa pria yang dari tadi melirik dia.

"Bagaimana ...?" Hina bertanya sambil memajukan badannya sedikit, apakah dia mau meminta pendapatku?

"Me-menurutku... Kalian berdua cantik...." Aku berusaha menyembunyikan wajah merahku yang sedang malu. Tampaknya Sayo dan Hina juga ikut malu. Wajah mereka semakin lucu dan imut ketika mereka malu.

Kemudian, aku meletakkan tikar dan payung di sisi pantai. Aku juga membawa keranjang kecil yang berisi roti lapis. Aku duduk di sisi pantai sambil melihat Hina dan Sayo bersenang-senang bermain air. Aku hanya bisa tersenyum saja melihat mereka. Kemudian aku membuka ponselku, aku berniat untuk menghubungi ibuku. Aku penasaran bagaimana keadaan di rumah.

Ibu: Ada apa Ari?

Hoshi: Tidak, aku cuman khawatir saja dengan keadaan keluarga.

Ibu: Tenang saja. Kami baik-baik saja kok. O iya, Tokio sekarang sudah pacaran dengan Fathan.

Hoshi: Serius!?

Aku terkejut ketika membaca pesan dari ibu. Aku tidak bisa percaya, kalau Tokio berpacaran dengan Fathan. Apa Tokio baik-baik saja? Bagaimana jika klub penggemar Fathan menyerang Tokio? Sepertinya aku harus bertanya kepada adikku di lain waktu.

Ibu: Bagaimana keadaanmu disana?

Hoshi: Aku baik-baik saja. Aku bisa mengikuti pelajaran di sekolah, walaupun belum terlalu mengerti karena aku masih belajar kanji. Tapi itu tidak apa-apa.

Ibu: Syukurlah. O iya, ibu dapat pesan dari bibi Honoka, bahwa ketika dia datang ke apartemenmu. Dia melihat kamu sedang bersama dengan tiga gadis seumuran denganmu? Apakah itu benar?

Jantungku hampir saja berhenti, apakah bibi Honoka memberitahu ibuku. Bahwa Lisa, Futaba, dan mashiro datang ke tempatku. Aku bingung harus jawab apa? Apa ibuku sudah memberitahu kepada keluarga. Aku tahu, Tokio pasti bakal gembira. Tapi, yang bikin aku waspada adalah ketika ibuku memberitahu kepada teman-temanku. Mereka pasti akan selalu menggodaku.

Hoshi: Itu ... benar. Tapi, ibu jangan kasih tahu kepada yang lain.

Ibu: Tenang saja. Ibu tidak akan beritahu siapa-siapa, lagian itu sudah menjadi hal yang wajar kamu bersosialisasi dengan perempuan. Tapi sudah sejauh mana hubunganmu dengan mereka? Apakah ada yang kamu sukai diantara mereka bertiga?

Hoshi: Ah ... Ti-tidak ada. Ha-hanya sebagai teman saja.

Ibu: Teman? Atau pacar? Atau kamu menmilih untuk menjadi harem?

*Blush* Wajahku langsung memerah. Kenapa ibuku berkata seperti itu. Tapi, aku merasakan sesuatu yang lain pada diriku. Sepertinya aku mencintai Lisa, Futaba, dan Mashiro. Tapi, aku merasakan hal yang sama kepada Hina, Sayo, Misaki, Kasumi, dan Saaya. Aku berpikir. Apakah aku egois kalau memilih mereka secara bersamaan?

Ibu: Ngomong-ngomong kamu lagi dimana?

Hoshi: Ah, aku sedang berada di pantai bersama dua temanku.

Ibu: Biar ibu tebak. Pasti teman kamu perempuan semuanya?

Wajahku mulai berubah menjadi tomat. Ke-kenapa ibu bisa mengetahui hal tersebut? Kemudian aku pun mulai mengirimkan pesan kepada ibuku. Setelah aku mengirim pesan kepada ibuku. Hina dan Sayo mulai mendekatiku.

"Ada apa?"

"Ayo kita main air bersama!" Ajak Hina dengan semangat. Dia mulai menarik tanganku untuk berdiri.

"'Ke-kenapa kamu mengajakku?"

"Tidak apa-apa, lagian kita harus menikmati liburan kita." Sayo kemudian membuka jaketku. Eh, tunggu-

Hina dan Sayo terkejut melihat tubuhku. Tubuhku memang bisa dibilang atletis. Tapi, aku tahu arah mata mereka kemana. Tentu saja kearah luka tebasku. Sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan lagi dari mereka

" …Hoshi, apa ini?" Hina berkata dengan nada khawatir.

"I-ini hanya luka kecelakaan saja, ketika aku masih kecil...."

"Serius?" Sayo bertanya dengan nada tidak percaya. Aku hanya bisa mengangguk saja, semoga mereka bisa percaya kebohonganku.

"Baiklah... Tapi, kamu mau bermain bersama kita kan?" Tanya Hina dengan wajah sedih.

"Tentu saja. Saatnya aku menikmati liburan ini!" Aku mulai tersenyum semangat.

Kami bertiga mulai bermain bersama, seperti bermain air, memecahkan semangka, dan main pasir. Aku tidak bisa menyangka. Mereka tidak keberatan dengan lukaku. Aku kira mereka akan pergi, tapi sepertinya aku salah.

Di suatu tempat...

Tidak ada POV

Saat ini seseorang sedang memantau Hoshi dari jarak yamg cukup jauh. Dia memiliki mata yang cukup tajam, dan memiliki badan yang sangat kekar sekali, di depannya terlihat seorang perempuan muda yang memiliki tubuh yang cukup kecil.

Dia memiliki wajah yang sangat cantik dan berambut pendek, rambutnya yang berwarna pirang dan matanya yang berwarna biru membuat dia seperti orang Eropa. Kemudian perempuan tersebut mulai berbicara.

"Kapan misi kita akan dimulai, David?"

"Kita mulai sekarang saja." Jawab perempuan yang bernama David.

Tanpa berbicara, perempuan tersebut mulai berdiri dari kursinya dan mulai meninggalkan pria tersebut.

Hoshi POV

Saat ini aku sedang istirahat di pinggir pantai. Sayo dan Hina sedang pergi ke sebuah kafe kecil untuk membeli minuman. Aku memandang pantai dengan tenang. Arus ombak yang berwarna biru, suaranya yang tenang membuatku tenang.

"Halo yang disana." Sapa seorang perempuan kepadaku.

"Ah, halo." Aku melihat dia dengan cukup waspada. Tapi, setelah aku melihat dia. Tampaknya dia bukanlah perempuan yang jahat.

"Bolehkah aku meminta tolong kepadamu?"

"Minta tolong apa?"

"Barangku ketinggalan di sebuah gang, bisakah kamu menemaniku?"

Aku berpikir cukup lama. Padahal di dekatku ada penjaga pantai, tapi kenapa dia meminta tolong kepadaku. Apa dia malu-malu?

"Baiklah, aku akan menemanimu."

"Terima kasih!!"

Setelah itu, kami berdua mulai berjalan menjauhi pantai. Sebelunya aku sudah mengirim pesan kepada Sayo untuk menungguku di pantai, aku memperbaiki jaketku dan terus berjalan. Tapi, ada satu hal yang bikin aku bingung. Itu adalah karena perempuan tersebut tidak bertanya mengenai luka yang aku miliki, padahal dia sudah melihat luka tebas milikku.

Kemudian kami tiba di sebuah gang. Aku melihat ke sekitar bahwa gang tersebut hanya bisa di lewati oleh dua orang seperti kami. Kemudian aku menghadap kearah perempuan tersebut dan bertanya.

"Apakah kamu sudah-"

"!!??"

Aku terkejut karena melihat dia yang menusuk perutku dengan sebuah pisau kecil. Dia tampaknya menunjukkan senyum licik di wajah yang cantik.

"Aku tidak bisa menyangka bisa menangkap salah satu agen FOPIO yang menjadi buronan organisasi kami."

Aku hanya berjalan mundur saja, kemudian aku mulai menyabut pisau tersebut dari perutku. Sebelum banyak darah yang keluar dari perutku, aku merobek lengan kanan jaketku dan mengikatnya di perutku supaya pendarahannya berhenti. Kemudian aku mendengar langkah dari belakangku.

Aku melihat seorang pria Eropa yang memiliki tubuh yang sangat besar sekali. Ada apa ini? Apakah ini adalah jebakan?

"Siapa kalian?" Tanyaku samnbil mempersiapkan posisi bertarungku.

"Kami tidak akan memberitahu kepadamu, karena kamu akan mati disini." Kemudian pria tersebut melayangkan tinjunya kearahku.

Aku yang sudah melihat gerakannya mulai melompat ke belakang. Tapi, aku cukup hati-hati, karena aku juga harus berwaspada dari perempuan tersebut. Tiba-tiba, seluruh tubuh merasakan lemas. Ugh!? Apa yang terjadi?

"Sepertinya racunnya telah aktif." Ucap perempuan tersebut sambil menunjukkan senyum licik. "Tenang saja, racun itu tidak mematikan. Hanya saja, racun tersebut membuat korban menjadi sangat lemas."

"Ja-jadi, pisau yang kamu pakai bukanlah pisau biasa?" Ucapku sambil mencoba menahan tubuhku dengan kedua kakiku.

"Tidak." Jawab perempuan tersebut. "Sebenarnya pisau yang aku pakai adalah pisau biasa yang dilumuri racun saja, dan juga. Seharusnya kamu fokus ke David saja."

Secara mendadak, aku merasakan aura yang sangat hebat di di belakanhku. Ketika aku menoleh ke balakangku, aku melihat sebuah tinju yang mengarah ke perutku. Tubuhku langsung terpental dan menabrak tong sampah.

Sialan. Karena aku terlalu fokus mendengarkan penjelasan dari perempuan tersebut, aku sampai tidak memperhatikan lelaki tersebut. Aku pun mulai berdiri lagi dengan semua tenagaku, kakiku masih lemas karena efek dari racun tersebut. Lelaki tersebut hanya menyeringai saja, kemudian dia mulai berjalan mendekatiku. Dalam sekejap, aku melakukan tendangan sabit ke arah perut lelaki tersebut.

Tendangan sabit merupakan tendangan dengan lintasan kaki yang membentuk lintasan seperti sabit. Tendangan sabit juga disebut dengan tendangan melingkar. Sasarannya yang dituju dengan tendangan ini adalah perut lawan.

"UWAAAGGGHHH!!!"

Tubuh besar lelaki tersebut terpental cukup jauh. Perempuan yang melihat lelaki tersebut terpental, terkejut sekali. Kemudian dia mulai berlari mendekati lelaki tersebut. Tentu saja aku tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi. Dengan tenagaku, aku mengambil pecahan botol kaca dan melemparkannya kearah kepala perempuan tersebut.

"AAAAAHHHHHH!!!!" Teriak histeris perempuan tersebut.

Aku hanya berjalan pelan menuju perempuan tersebut. Kemudian aku mengambil pisau yang dia gunakan untuk menusuk tubuhku, aku tahu kalau ini adalah tempat umum. Tapi, karena mereka berdua sangat berbahaya jika mereka hidup, jadi aku memutuskan untuk membunuh mereka.

10 menit kemudian...

Setekah aku selesai melakukan pembunuhan kepada mereka berdua, aku langsung menyembunyikan kedua mayat mereka di tumpukan barang-barang bekas. Aku tahu kalau mereka akan ketahuan, tapi tampaknya membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Sepertinya aku harus membersihkan darah-darah ini." Aku melihat cipratan darah yang berada di jaketku. Setelah itu aku memutuskan untuk membersihkan noda darah dengan air.

Setelah jaketku bersih dari noda darah, aku langsung bergegas kembali ke pantai. Aku meihat jam yang berada di salah satu bangunan, ini sudah sangat telat. Setiba di pantai, aku melihat bahwa pantai sangat sepi. Mungkin sekarang sudah mau malam, tapi aku melihat Sayo yang sedang duduk sendirian di pantai, dia masih memakai baju renang one piece nya.

"Sayo. Dimana Hina?" Tanyaku sambil menghampirinya.

"Dia sudah pulang ke penginapan duluan...." Jawab Sayo dengan dingin.

"Sepertinya kamu sudah lama menungguku, di sini mulai dingin. Ayo kita kembali." Aku berusaha untuk menyentuh pundaknya.

"CUKUP HENTIKAN INI!!!" Teriak Sayo ssambil menyingkirkan tanganku dari pundaknya.

Kemudian dia mulai menghadap kearahku. Dia memasang wajah yang marah, tapi di matanya aku bisa merasakan kesedihannya.

"KAMU ITU DARI MANA SAJA? INI SUDAH SANGAT TELAT!!! DAN LIHATLAH, KAMU SANGAT BERANTAKAN SEKALI!! APAKAH KAMU TIDAK TAHU KALAU AKU DAN HINA SANGAT MENGKHAWATIRKAN DIRIMU!?"

Aku hanya bisa diam saja sambil melihat kebawah. Ini pertama kalinya aku dimarahi oleh perempuan karena dia sangat mengkhawatirkan diriku. Aku merasa bahwa aku adalah pria yang sangat idiot sekarang.

Kemudian Sayo mulai menangis. Aku yang melihat dia menangis hanya bisa menatapnya dengan wajah sedih. Ini benar-benar sudah sangat keterlaluan!! Aku sampai membuat seorang perempuan menangis karena diriku ini. Kemudian aku mulai berjalan mendekatinya dan memeluk tubuhnya.

"Sayo, maafkan aku karena membuatmu khawatir." Bisikku dengan lembut. Salah satu tanganku mengelus rambut panjangnya dengan rasa kasih sayang.

"Bodoh..... Kenapa kamu sampai seperti itu." Dia mulai menangis di dalam pelukanku. Aku hanya bisa diam saja sambil mengelus kepalanya dengan lembut.

Setelah kejadian di pantai. Aku dan Sayo merapihkan barang-barang kami yang di pantai dan mulai berjalan menuju penginapan. Setiba di wilayah penginapan, kami berdua melihat Hina yang sudah menunggu kami, dia tampaknya masih memakai bikini. Aku pun langsung meminta maaf kepadanya, karena kesalahanu. Aku sampai membuat kalian seperti ini.

Setelah berganti pakaian. Kami bertiga mulai masuk ke penginapan, Sayo sedang membaca sebuah buku, Hina sedang asyik menonton rekaman The Heavens. Kenapa dia menonton rekaman itu? Kalau tidak salah rekaman itu adalah rekaman konser The Heavens di Malaysia. Kami bertiga dipanggil sama pelayan penginapan untuk menyuruh kami pergi ke ruang makan, dikarenakan makan malam telah tiba.

Suasana di ruang makan sangat ramai. Kami dituntun sama pelayan ke meja kami. Setelah kami duduk, pelayan lain datang sambil membawa beberapa makanan. Menu hari ini adalah seafood dan omelet. Hina memesan parfait strawberry, Sayo memesan jus jeruk. Sedangkan aku, aku memesan secangkir kopi. Kami bertiga makan bersama sambil bercanda gurau.

Malam harinya, sebelum kami tidur. Kami bertiga sempat malu, karena akan tidur satu ruangan. Dan sejujurnya, ini pertama kalinya aku tidur dengan perempuan seumuran dan yang lebih pentingnya, mereka adalah gadis yang kusukai. Akhirnya aku tidur di pojok ruangan. Walaupun jarak dengan mereka tidak terlalu jauh. Tapi setidaknya kami tidak saling berdekatan.

Sayo POV

Aku terbangun di malam hari, kulihat jam sedang menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku langsung bangun dan bergegas untuk ke toilet, karena sebelum tidur aku tidak pergi ke toilet. Setelah dari toilet, aku berjalan melewati sebuah lorong yang dipenuhi dengan taman.

"Indah sekali."

Cahaya bulan masuk ke lorong ini. Aku terus berjalan menelusuri lorong, banyak sekali kunang-kunang yang terbang. Angin malam terasa dingin, tapi itu tidak masalah bagiku, hingga aku melihat seseorang yang kukenal di jembatan kecil.

"Hoshi."

Kami berdua sedang berdiri di jembatan kecil sambil memandang bulan purnama. Aku tidak tahu kenapa aku bisa bertemu Hoshi disini, tapi ini rasanya menyenangkan

"Sedang apa kamu disini?"

"Aku tadi habis dari toilet. Kamu juga sedang ngapain disini?"

"Cuman mencari udara segar saja ...."

Suasana di sekitar kami mulai sunyi. Aku tahu, ketika dia bilang luka itu adalah bekas kecelakaan saat kecil. Aku tahu sebenarnya dia sedang berbohong. Mustahil luka bekas kecelakaan mirip kayak luka tebasan. Dan juga, kondisi dia di pantai pada sore hari itu sangat berbeda. Lengan jaket yang robek tersebut, tampak seperti di sengajakan dan juga aku melihat beberapa luka di badannya. Pasti ada sesuatu yang Hoshi rahasiakan.

"Hoshi. Bisakah kamu memberitahu yang sebenarnya mengenai lukamu dan kejadian tadi?"

Hoshi POV

Aku cukup terkejut mendengar ucapan Sayo. Apakah dia tahu kalau aku berbohong mengenai lukaku. Tapi, bukannya dia percaya saja? Tunggu sebentar, apa mungkin dia tidak ingin Hina mengkhawatirkanku. Sepertinya dia bisa menjaga rahasiaku ini.

"Bisakah kamu menjaga rahasia ini ...."

Aku mulai menceritakan pekerjaan rahasiaku di organisasi sejak aku berumur 13 tahun, aku juga menceritakan bahwa aku sering membunuh. Mungkin dia akan membenciku, tapi itu tidak masalah denganku. Aku juga menceritakan mengenai misi terakhirku pada dua tahun yang lalu, luka itu kudapat karena melindungi Tokio dan ibuku dari serangan Marcus. Terus, aku juga menceritakan mengenai kejadian kemarin malam. Ketika aku dan Diko diserang, tentu saja aku memberitahu dia. Bahwa aku membunuh mereka.

Aku juga memberitahu bahwa dia dan para band lain sudah menjadi target Marcus untuk melawanku. Aku juga menceritakan mengenai dua orang yang menyerangku, dan aku memberitahu Sayo bahwa dua orang tersebut telah terbunuh olehku.

Sayo tampaknya terkejut. Aku sudah menduganya, tapi aku bilang. Aku akan melindungi kalian semua. Jadi, kalau mau membenciku. Silahkan, aku tidak apa-apa. Dan juga karena aku ingin melindungi mereka yang menurutku sangat penting buat hidupku.

"Itulah kisahku. Maaf, jika kamu mau membenciku. Silahkan saja aku-"

Sebelum aku selesai berbicara. Sayo langsung memelukku. Apa yang terjadi? Kenapa dia melakukan ini? Sayo hanya mengelus pelan kepalaku, aku merasakan perasaan yang berbeda. Seluruh tubuhku merasakan kehangatan yang luar biasa, sudah lama sekali aku tidak merasakan kehangatan ini. aku bisa merasakan semua bebanku telah dihilangkan oleh pelukan dia.

"Tenang. Saja, aku tidak akan membencimu. Walaupun orang lain membencimu, tapi aku tidak akan membencimu."

Sayo berkata seperti itu dengan lembut. Apakah dia tidak keberatan dengan orang sepertiku? Padahal aku sudah pernah membunuh banyak orang. Duniaku dan dunia dia berbeda. Tapi kenapa? Air mataku mulai keluar. Selain keluargaku dan beberapa temanku yang mengetahui rahasiaku, dia adalah orang yang mengetahui rahasiaku dan dia juga tidak membenciku. Aku terus menangis di dalam pelukannya. Sayo terus mengelus kepalaku sambil menenangkanku. Sepertinya aku masih punya kesempatan hidup di dunia yang damai ini.

Keesokan harinya ....

Setelah kami sarapan. Kami bertiga mulai mempersiapkan diri untuk pulang. Setelah kejadian kemarin malam. Semua bebanku di masa lalu sudah hilang. Kemarin malam ketika kami masuk ke kamar, kami berdua melihat Hina dengan tatapan cemberut melihat kami. Dia sangat khawatir karena Aku dan Sayo menghilang. Kami berdua meminta maaf kepadanya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

Setelah selesai mempersiapkan diri. Kami mulai berjalan menuju halte bus. Kami pulang ke rumah melewati jalan yang sama ketika kami pergi. Kami sampai di bandara Haneda pada siang hari. Kami bertiga berpisah di taman. Sebelum kami berpisah, Hina dan Sayo mencium kedua pipiku. Wajahku langsung merah padam karena tindakan mereka berdua secara tiba-tiba, sebelum aku menanyakan alasannya. Mereka berdua telah lari. Sepertinya aku sudah terbiasa dengan serangan di pipiku.