Keesokan harinya ....
POV anda
Hari ini, adalah hari pertamaku sekolah. Hatiku sekarang sangatlah gugup. Sekolah yang aku masuki adalah sekolah yang cukup elit, aku merasa tidak enak karena masuk kesini dengan gratis. Sekolah ini memiliki 4 gedung yang cukup besar. Bahkan salah satu gedung, adalah gedung untuk klub sekolah.
Untungnya, sebelum aku sekolah. Aku mengubah penampilanku, aku tidak ingin kehadiranku membuat heboh orang-orang di sekolah. Sebelumnya, ketika aku masih di Indonesia. Aku melihat bahwa kami memiliki cukup banyak fans di Jepang. Jadi, aku akan berusaha untuk tidak mencari masalah.
Ketika aku sudah berada di wilayah sekolah baruku, banyak murid-murid yang melihatku. Aku semakin gugup saja, tapi harus tenang sekarang. Setelah aku menjelaskan ke guru bahwa aku adalah murid pindahan, aku juga sudah membereskan dokumen-dokumen. Setelah itu, aku dibimbing oleh Maki-sensei, atau bisa dibilang wali kelasku sekarang. Kami akhirnya tiba di depan kelas 2-B.
"Kamu bisa menunggu dulu di sini, Hoshizora-kun. Kamu masuk setelah sensei kasih aba-aba." Perintah Maki-sensei sambil tersenyum.
"Baiklah." Jawabku. Kemudian Maki-sensei masuk ke kelas dan memberi salam kepada muridnya, kemudian sensei mulai memanggilku.
"Masuklah, Hoshizora-kun."
Aku memasuki kelas baruku dengan sedikit gugup. Ini pertama kalinya aku menjadi murid pindahan, jadi aku tidak mengenal siapapun di sini. Kuambil spidol dari Maki-sensei dan kutulis namaku di papan tulis.
"Perkenalkan. Namaku adalah Ari Hoshizora. Aku adalah murid pindahan dari Indonesia, mohon untuk kerja samanya ke depan." Ucapku sambil menunduk hormat. Beberapa murid ada yang masih menatapku, ada juga yang tidak peduli dan melakukan hal pribadi mereka. Ada juga yang bisik-bisik, dan itu kebanyakan murid perempuan. Maki-sensei menunjukkan tempat dudukku dan menyuruhku duduk di sana. Aku segera melangkah ke tempat yang dituju. Setelah sampai, kemudian aku mengeluarkan buku pelajaran.
"Baiklah, kalau begitu. Buka halaman 54 semuanya."
(Semoga ini akan menjadi hari yang terbaik.) pikirku.
Jam istirahat ....
Jam istirahat telah datang, kebanyakan siswa pada pergi ke kantin untuk membeli makanan. Tapi, ada juga beberapa siswa yang berada di kelas termasuk diriku ini. Aku membaca majalah musik yang aku dapat dari ayahku ketika pergi ke USA.
Kemudian, datang tiga siswa yang mendekatiku. Aku melihat mereka dengan bingung, tentu saja aku tidak mencurigai mereka. Salah satu dari mereka mulai menyapaku.
"Yo, Hoshizora-san. Perkenalkan, namaku adalah Satou Ikusa. Salam kenal."
"Namaku adalah Yuuto Hajime."
"Kalau aku, Sirgu Kiriga."
"Ah- salam kenal juga Ikusa-" sebelum aku menyeselesaikan kalimatku, Ikusa-san memotong pembicaraanku.
"Panggil aku Satou. Dan panggil mereka berdua Sirgu dan Yuuto."
Kenapa mereka ingin aku memanggil nama mereka seperti begitu. Padahal aku baru pindah, tapi mereka sudah akrab denganku. Aku mulai menunjukkan senyum kepada mereka. Kemudian mereka mulai duduk di dekatku, dan kami mulai mengobrol beberapa hal, seperti kehidupanku di Indonesia, dan lain-lain.
Sepulang sekolah ....
Hari ini sangatlah hari yang terbaik. Aku mendapatkan beberapa teman baru, dan temanku Semakin banyak ketika aku menunjukkan kemampuan olahragaku pada jam olahraga. Ketika aku berjalan di dekat taman, aku mendengar sebuah suara gitar yang sedang dimainkan.
Segera aku berlari mencari sumber suara, ketika aku menemukan sumber suara gitar tersebut. Aku bisa melihat seorang gadis berambut cokelat dengan model seperti kucing yang sedang duduk di bangku taman sambil memainkan sebuah gitar. Gitar yang dimainkan adalah random star, aku tidak menyangka bahwa random star bisa dimainkan oleh gadis secantik ini.
Bahkan, orang sepertiku saja tidak bisa memainkan gitar random star seperti gadis tersebut. Tunggu sebentar-
Apakah aku baru memikirkan bahwa dia cantik, wajahku langsung sedikit merona. Setiap suara yang dikeluarkan dari random star sangatlah lembut dan membuat dadaku hangat. Gadis tersebut mulai berhenti memainkan random star dan menghela nafas.
"Siapa kamu?" sepertinya dia sudah mengetahui keberadaanku. Dia mulai menaruh gitarnya di kursi dengan wajah cemas, sepertinya aku masih dianggap asing. Aku sedikit mendekat ke dia dan mulai tersenyum.
"Maafkan aku. Namaku adalah Ari Hoshizora."
"A…Ri. Nama yang asing." Ucap gadis tersebut sambil memasang wajah bingung. Aku sudah menduga kalau dia akan memasang ekspresi seperti itu.
"Sebenarnya, aku baru pindah dari Indonesia. Dan nama Ari ini, adalah nama Indonesia. O iya, kamu juga bisa memanggilku Hoshi."
"Kamu orang Indonesia? Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan orang luar negeri dengan mataku sendiri!" Ucap dia sambil mendekatiku dengan semangat.
(Dekat sekali jarak kami berdua.) Pikirku sambil memalingkan wajahku yang merona.
"Namaku adalah Kasumi Toyama, kamu bisa memanggilku Kasumi. Hoshi."
(Kasumi, nama yang bagus.)
"Ngomong-ngomong, kamu tadi bermain gitar. Berarti kamu mempunyai band?"
"Tentu saja! Aku adalah vokalis dan pemain gitar dari band Poppin Party."
"Poppin Party. Itu nama yang bagus." Pujiku sambil tersenyum kecil.
"T-terima kasih …" Kasumi membalasnya dengan sedikit malu. Kemudian, ponselnya berdering. Kasumi kaget ketika melihat pesan tersebut.
"Mendadak adik perempuanku butuh bantuan kepadaku. Jadi aku harus pulang dulu."
Kemudian dia mulai membereskan gitar dan barang-barangnya, dia mulai berlari meninggalkan taman dengan cepat. Sepertinya dia adalah kakak yang perhatian banget ke adiknya. Aku memutuskan untuk kembali ke apartemenku.
Kasumi POV
Saat aku tiba di rumah, Aa-chan mengomeliku. Aku meminta maaf sambil memeluk dia seperti biasanya. Asuka bilang kepadaku, bahwa papa dan mama tidak pulang hari ini, dan mereka pulangnya besok malam. Jadi Asuka mengajakku makan malam.
Selama makan malam, aku terus ngebayangin Hoshi, walaupun kami baru saja bertemu. Tapi entah kenapa dia memiliki senyum yang bagus, dadaku serasa sesak ketika aku memikirkannya. Kenapa dadaku sakit? Tanpa kusadari wajahku mulai merona merah.
"Onee-chan." Panggil adikku, aku telah kembali ke dunia nyata setelah adikku memanggilku.
"A … ada apa Asuka-chan?"
"Kenapa muka onee-chan merah. Apakah onee-chan demam?"
"Ti-tidak apa-apa. Onee-chan baik-baik saja, hahaha"
Di kamar, aku terus membayangkan wajahnya yang tampan dan manis. Kenapa tiba-tiba menyebut dia tampan? Aku mengeluarkan ponselku dan melihat.
"Seandainya kami bertukar nomor. Pasti sekarang aku sedang mengobrol bersama dia." Gumamku sambil menatap layar ponselku.
Keesokan harinya ....
POV anda
Kami berempat sedang makan siang di atap sekolah, di situ sangatlah sejuk karena anginnya. Di situ juga lumayan banyak orang seperti pasangan, kelompok, bahkan ada yang menyendiri. Aku mengeluarkan kotak makan lalu membukanya. Aroma yang dipancarkan dari kotak makan siangku telah mengundang tiga sahabatku.
"Ini makanan apa?" Tanya Satou.
"Ah, ini adalah ayam goring." Ucapku sambil menunjukkan sepotong ayam, "dan ini namanya adalah sambal. Ini adalah makanan khas Indonesia, aku yang memasaknya." Sambungku menjelaskan.
Di antara keluargaku, semua anggota keluarga bisa memasak. Adikku pandai membuat berbagai masakan dari dalam negeri maupun luar negeri. Sedangkan aku, lebih pandai ke masakan khas Indonesia dan USA, walaupun aku tahu beberapa resep makanan khas Jepang.
"Bolehkah kami mencoba?" Tanya Yuuto dengan mata bersinar-sinar.
"Tenang saja. Aku sudah menyiapkan ini buat kalian." Aku mengeluarkan lagi sekotak makan siang yang isinya ayam dan sambal. Aku sudah menebaknya bahwa mereka akan mencoba. Jadi, aku membuat lebih.
Satou dan kawan-kawannya mulai mengambil masing-masing ayam dan sambal. Setelah mereka mencoba ayam dan sambal, mereka terkejut karena rasanya sangat pedas. Setahuku orang Jepang tidak terlalu suka dengan rasa yang tajam.
"Hah … hah ... air, mana air?" Satou mencari sebotol air dari tasnya. Yuuto mulai memakan roti lapis yang dia bawa. Aku terkejut, Sirgu merasa biasa saja dengan rasa pedasnya itu.
"Tenang saja, lidahku ini sudah pernah mencoba cabe terpedas di dunia. Jadi, ini hanyalah biasa." Ujarnya sembari meneruskan makannya, aku hanya bisa memberi senyum kaku.
Serius!?
"Ngomong-ngomong, apakah ada tempat kerja yang fokusnya di bidang musik?" tanyaku.
"Hah ... Sepertinya, aku … Hah tahu satu tempat. Tempat itu … Hah Live House yang bernama CIRCLE … hah."
"CIRCLE?"
"Live house itu sudah dibangun cukup lama, dan banyak sekelompok band yang latihan di sana." Sambung Sirgu sambil melanjutkan makan. Sepertinya aku harus kesana setelah sekolah. Walaupun aku punya banyak uang dari paman. Tapi, aku ingin mencoba mencari uang sendiri.
Sepulang sekolah ....
Aku langsung segera pergi ke Live House CIRCLE dengan semangat. Setiba di sana, aku disambut oleh seorang wanita berambut pendek.
"Selamat datang di Live House CIRCLE, ada yang bisa saya bantu?"
"Apakah, tempat ini menerima magang. Soalnya saya lumayan tahu di bidang musik. Jadi, saya mau mencoba magang disini." Aku menjelaskan tujuanku kepada wanita tersebut.
"Tentu saja! Kami sekarang lagi butuh tambahan staf baru. Apalagi, kami lagi membutuhkan pekerja pria untuk tambahan tenaga. Tentu saja kamu akan diterima jika kamu mau berkerja disini." Ujar wanita tersebut dengan semangat. Aku tidak bisa menyangka, bahwa aku langsung diterima.
"Terima kasih. Perkenalkan, namaku adalah Ari Hoshizora. Anda bisa memanggil saya Hoshi."
"Kalau aku, Marina, panggil saja aku Marina. Kamu bisa mulai bekerjanya besok."
"Terima kasih. Kalau begitu, saya pulang dulu." Aku berpamit dengan Marina, dia hanya tersenyum, kemudian mengucapkan selamat tinggal. Aku tidak menyangka kalau besok adalah hari pertamaku magang.
Setelah makan malam. Aku langsung memberitahu keluargaku, bahwa besok adalah hari pertama magangku.
Ayah: Kamu besok mulai magang!?
Ibu: Seriusan kamu. Ari?
Tokio: Aku tidak bisa menyangka, nii-san akan magang di umur yang masih muda ini.
Ari: Jangan membuat ekspresi begitu. Padahal aku cuman mau magang doang. Kalau begitu nanti aku kabarin kalian lagi. Selamat malam.
Setelah aku berbicara kepada keluargaku. Aku juga mengirimkan pesan kepada teman-temanku. Tentu saja mereka kaget dengan cara mereka sendiri. Tetapi, aku langsung memberitahu mereka bahwa aku bertemu dengan teman-teman baru, dan mereka senang mendengarnya.
(Besok, adalah hari pertamaku magang. Yosh! Aku harus semangat buat besok.) Pikirku sebelum akhirnya aku tertidur.
Keesokan harinya ....
Sepulang sekolah, Satou mengajakku untuk pergi ke arcade buat main. Tapi, aku menolak karena hari ini adalah hari pertama magang di CIRCLE. Mereka langsung menyemangatiku setelah mendengar bahwa hari ini, adalah hari pertamaku magang di CIRCLE . Setelah berpisah dari kelompok satou, segera aku berlari menuju Live House CIRCLE dengan semangat.
Live House CIRCLE ....
"Selamat siang, Marina."
"Selamat datang Hoshi. Apakah kamu sudah siap?" Aku menganggukkan kepala ke Marina. Marina bilang, hari ini ada dua band yang akan berlatih. Jadi, dia menyuruhku untuk mempersiapkan ruangan.
Setelah aku selesai mempersiapkan ruangan untuk kedua band yang akan datang, aku menemani Marina di meja depan. Marina izin pergi ke ruangan belakang untuk mengambil sesuatu, setelah Marina pergi. Aku mulai berpikir.
(Kira-kira band apa yang akan berlatih disini?)
Kemudian dari arah pintu datang seorang gadis dengan semangat. Suaranya tidak asing, jangan-jangan-
"Selamat siang!!" Sapa Kasumi.
"Kasumi …" Ucapku sambil mendekatinya.
"Oh, ada Hoshi. Kamu bekerja di sini?" Dia mulai berlari dan memelukku.
(I-ini terjadi lagi.)
Wajahku mulai merona malu karena jarak kami sangatlah dekat. Dan juga aku bisa mencium wangi dari rambut cokelatnya. Kemudian dari arah pintu terlihat seorang gadis dengan model rambut twintail yang masuk ke dalam Live House.
"Hah … hah … hah ... sudah kubilang tunggu dulu, Kasumi." Dia berkata seperti itu sambil kelelahan. Sepertinya dia berusaha mengejar Kasumi.
"Maaf Arisa. Soalnya aku sudah tidak sabar untuk latihan." Balas kasumi sambil melepaskan pelukannya. Kemudian datang tiga gadis dari pintu, sepertinya mereka teman-teman bandnya Kasumi. Salah satu dari kelompok kasumi mulai melihatku.
"Kamu staf baru disini?" Tanya gadis berambut horsetail.
"I … iya, aku adalah staf baru. Na-namaku adalah Ari Hoshizora. K-kamu bisa memanggilku Hoshi." Gadis tersebut, mulai mendekatiku hingga jarak kami sangatlah dekat. Wajahku langsung menjadi malu. Kemudian gadis tersebut mulai berbicara.
"Jadi, ini teman baru Kasumi yang dari Indonesia. Kamu sangat manis. Perkenalkan, namaku adalah Saaya Yamabuki. Kamu bisa memanggilku Saaya. Aku adalah pemain drum di band ini." Kemudian, semua gadis mulai mendekatiku.
"Salam kenal, namaku adalah Tae Hanazono, kamu bisa memanggilku O-tae. Aku adalah pemain gitar di Popipa." Ucap wanita berambut panjang. "Impianku adalah membuat Hanazono land." Sambungnya.
(Hanazono land. Apa yang dia maksud?) Pikirku sambil memasang senyum kaku.
"N-perkenalkan ... Namaku a-adalah Rimi Ushigome ... aku adalah pemain b-bass di band ini." Gadis berambut pendek mulai memperkenalkan dirinya dengan malu. Sepertinya dia orangnya pemalu dengan orang asing, dan sepertinya dia sangat waspada kepadaku.
"*Sigh....* Sepertinya tinggal aku saja yang belum memperkenalkan diri." Ucap gadis berambut twintail. "Perkenalkan, namaku adalah Arisa Ichigaya. Dan aku juga adalah pemain keyboard di band ini." Arisa menunjukkan senyumannya setelah memperkenalkan dirinya.
"Kalian di sini untuk berlatih?" Tanyaku kepada mereka.
"Tentu saja, bisakah kamu menemani kami latihan." Saaya berkata seperti itu dengan nada yang menggoda. Aku hanya bisa memalingkan wajah maluku saja. Kemudian aku mulai pergi ke meja depan untuk melihat kembali ruangan yang telah kusiapkan dari kamera pengawas.
"Ruangan tiga siap dipakai."
"Baiklah. Kalau begitu kami latihan dulu, sampai jumpa lagi. Hoshi." Kasumi mulai berlari menuju ruangan yang telah kusediakan, Arisa, Tae dan Rimi mengejar Kasumi yang dipenuhi oleh energi semangat.
Setelah mereka bertiga pergi menyusul Kasumi, aku baru sadar. Kalau Saaya sedang melihatku, seluruh tubuhku langsung berkeringat. Aku mulai menengok ke arah Saaya dengan gugup. "Kenapa... Kamu m-masih berada di sini?"
"Kamu sangat manis dan keren. Hoshi." Aku mulai malu lagi setelah Saaya berkata seperti itu.
"Sepertinya aku harus menyusul mereka, sampai jumpa lagi, Hoshi."
Setelah Saaya pergi, seluruh tubuhku sangat lemas dan hampir membuat seluruh tubuhku jatuh. Tapi, kenapa perasaanku ini sangatlah hangat. Dan juga hatiku berdegup kencang. Aku tidak tahu apa yang terjadi.
Saaya POV
Kemarin, Kasumi bilang kepadaku, bahwa dia baru berteman dengan laki-laki dari luar negeri. Aku penasaran seperti apa orangnya, aku bertanya kepada Kasumi siapa nama orang tersebut. Dia bilang nama orang tersebut adalah Ari Hoshizora.
Sepertinya dia adalah orang blasteran di keluarganya. Aku semakin penasaran saja dengan wajahnya. Keesokan harinya, aku tidak menyangka bahwa aku bisa bertemu dengan teman baru Kasumi yang dari luar negeri di CIRCLE. Kulihat wajahnya cukup tampan dan manis, aku juga bisa melihat lengannya yang sedikit menampakkan ototnya.
Ketika aku mendekatinya, wajahnya menjadi malu. Di sangat manis sekali dan lucu. Sepertinya Hoshi belum terbiasa dengan perempuan. Dilihat dari ekspresinya dan cara bicaranya sangatlah lucu. Sepertinya aku jatuh cinta padanya.
(Aku harus melakukan sesuatu, supaya dia bisa mencintaiku juga.)
POV anda
Ketika aku sedang membaca berita di ponselku. Dari arah pintu terlihat lima gadis. Mereka memiliki hawa dingin, terutama gadis berambut perak dan gadis berambut hijau terang. Kemudian mereka berlima berhenti di depan mejaku.
"Kami Roselia, ingin berlatih di sini." Gadis berambut perak bilang begitu tanpa ekspresi, aku bisa merasakan sedikit getaran dari hawanya.
Roselia? Bukannya mereka adalah band yang pernah aku lihat di papan iklan ketika aku di bandara. Jika aku perhatikan dari dekat, aku bisa merasakan getaran hawanya dari perempuan berambut perak dan perempuan berambut hijau muda.
"Tunggu sebentar, aku periksa dulu." Aku mulai mengecek ruangan tujuh yang baru aku bersihkan. Kemudian, gadis berambut cokelat mulai bertanya kepadaku.
"Apakah kamu staf baru di sini? Aku baru melihatmu di sini."
"Ah ... Iya, aku staf baru di sini. Namaku adalah Ari Hoshizora, kalian bisa memanggilku Hoshi. Aku baru pindah dari Indonesia, empat hari yang lalu."
"Kamu orang bule!?" tanya gadis berambut ungu dengan semangat. "RinRin, dia adalah orang bule. Aku baru pertama kali melihatnya." Ujar kegirangan gadis berambut ungu itu sambil memberitahu temannya.
"A-aku ... Juga baru m-melihatnya."
Mereka semua terkejut setelah mendengar, bahwa aku pindahan dari Indonesia. Bahkan, gadis berambut perak dan gadis berambut hijau terang, sama-sama terkejut.
"Sepertinya aku harus memperkenalkan diri. Namaku adalah Lisa Imai, kamu bisa memanggilku Lisa. Aku adalah pemain bass di Roselia." Ucap gadis tersebut sambil memberi tatapan menggoda. Ugh, kenapa dia menatapku seperti itu.
"Namaku adalah, Yukina Minato. Aku adalah vokalisnya." Seperti yang kuduga, dia memperkenalkan dirinya dengan dingin.
"Aku adalah, Sayo Hikawa. Dan aku adalah pemain gitar di Roselia." Aku tidak bisa menyangka, walaupun dia memperkenalkan dirinya dengan dingin. Tapi, dia sempat memberi senyumnya. Aku tidak bisa menyangka, bahwa senyumannya sangatlah manis.
"Aku adalah ahli nujum kegelapan, Ako Udagawa. Dan aku adalah pemain drummer." Sepertinya dia memperkenalkan dirinya dengan cara Chuunibyou.
"K-kalau aku, Rinko Shirokane ... A-aku adalah pemain keyboard di Roselia." Gadis ini mirip sekali dengan Rimi. Apa dia juga pemalu dengan orang asing?
"Baiklah, ruangan tujuh sudah siap."
"Terima kasih Hoshizora-san"
Setelah Sayo dan Yukina berkata seperti itu, mereka berdua mulai pergi menuju ruangan tujuh diikuti Rinko dan Ako. Setelah mereka semua pergi, Lisa mulai memanggilku. Gawat, aku lupa kalau masih ada dia.
"Hei, Hoshi." Aku hanya bisa diam di tempat saja. "Apakah, kamu sudah mempunyai pacar?"
Jantungku hampir saja keluar. A-apa yang dia maksud dari pertanyaannya. Hatiku langsung berdegup kencang, keringatku mulai bercucuran di tubuhku.
"Ti-tidak ada."
"Serius?!" Balas dia dengan semangat. "Kalau begitu, bisakah kita menukar nomor telepon. Supaya aku bisa mengajak kamu bergaul dengan Roselia." Dia memegang kedua tanganku dengan semangat. Aku bisa merasakan kelembutan dari tangannya. Aku hanya bisa mengangguk saja. Setelah kami menukar nomor telepon, Lisa langsung menyusul teman-temannya. Aku menatap kembali ponselku, aku baru pertama kali memiliki kontak perempuan selain Tokio, ibuku, senior Chika dan beberapa perempuan.
10 menit kemudian ....
Aku melihat Kasumi yang sedang membeli minuman kaleng. Setelah dia melihatku, dia langsung menghampiriku.
"Kamu sedang ngapain?"
"Sedang istirahat. Hoshi, hari minggu nanti, kamu ada jadwal tidak?" Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Kalau begitu, maukah kamu ikut aku dan Poppin Party pergi!?" Dia menanyai hal tersebut dengan semangat. Aku merasa kaget dengan ajakan dia. Kenapa dia tiba-tiba mengajakku pergi? Tapi aku juga berpikir, daripada aku bosan dirumah. Mungkin hal ini bisa menjadi manfaat.
"Baiklah." Jawabku senyum, "Kalau, begitu. Bisakah kita saling bertukar nomor telepon, supaya bisa saling menghubungi saja." Kami berdua mulai saling bertukar nomor telepon. Tunggu sebentar, apakah tadi aku mengajak Kasu mi untuk bertukar nomor telepon? Kenapa aku bisa melakukan hal ini. Kasumi hanya bisa memberiku senyum. Hatiku langsung berdegup kencang, aku memalingkan wajah maluku dari Kasumi. Setelah kami bertukar nomor telepon, dia langsung pergi ke ruangannya.
(Aku tidak mengerti dengan hari ini.) Pikirku.
Malam hari ....
Ketika, aku sedang bermain gitar. Ponselku mulai berdering, aku mengambil ponsel tersebut. Kulihat Ibuku yang menelponku.
Hoshi: Halo, ibu.
Ibu: Bagaimana keadaanmu di sana? Kamu makan secara teratur? Kamu tidak kurang tidur kan.
Sepertinya ibuku sangat khawatir dengan keadaanku di sini. Aku juga merasakan rindu kepada keluargaku.
Hoshi: Tidak usah khawatir. Aku baik-baik saja.
Ibu: Begitu, ya. Kalau kamu butuh apa-apa, bilang saja ke paman kamu.
Hoshi: Baik. Keadaan disana baik-baik saja kan?
Ibu: Tentu. O iya, kamu dapat surat dan paket dari 'dia'.
Hoshi: 'Dia'? Ibu tidak bilang ke Tokio kan?
Aku mulai sedikit khawatir, kenapa 'dia' mengirim surat kepadaku. Padahal aku sudah keluar dari organisasi, semenjak insiden dua tahun yang lalu.
Ibu: Tentu saja, ibu tidak bilang ke siapa pun.
Hoshi: Syukurlah, kalau begitu. Nanti ibu kirim saja suratku ke alamatku, biar aku melihatnya sendiri isi surat tersebut.
Ibu: Ibu mengerti. Kalau begitu, selamat malam. Putraku.
Hoshi: Selamat malam, ibu.
Setelah aku selesai berbicara dengan ibuku, aku mulai membanting diriku ke kasur. Kenapa 'dia' mengirim surat dan 'barang itu' kepadaku. Padahal aku sudah bilang tidak mau berurusan lagi dengan organisasi tersebut. Aku langsung tertidur setelah pikiranku lelah memikirkan hal itu terus menerus.