Bandara Haneda ....
Setelah melakukan penerbangan selama tujuh jam. Akhirnya aku tiba di bandara Haneda, Jepang. Sudah banyak yang berubah semenjak aku terakhir kali ke sini. Terakhir kali ke sini ketika aku mau tinggal di Indonesia. Pada saat itu umurku masih sembilan tahun. Setelah mengambil koper, aku mulai pergi ke pintu keluar. Aku mendapat pesan dari pamanku, kalau dia dan bibi Honoka yang menjemputku.
Di perjalanan menuju pintu keluar, aku sempat melihat ada papan iklan yang membuatku menarik perhatianku. Mereka adalah dua girlband yang bernama Roselia dan Morfonica, jika dilihat dari penampilan Roselia. Itu adalah band yang memiliki aura yang bagus, aku kemudian melihat Morfonica. Mereka hampir sama, bahkan vokalisnya hampir mirip. Mungkin karena mereka tampak serius.
Tapi, yang bikin aku terkejut adalah, salah satu dari mereka adalah pemain biola. Ini pertama kalinya aku melihat band yang memakai biola, dari dalam diriku aku penasaran untuk mendengarkan lagu dari band mereka.
Setelah aku tiba di luar, aku melihat sekeliling untuk mencari paman dan bibi. Kemudian, aku melihat sepasang suami istri yang kukenal. Mereka adalah paman Takeshi dan bibi Honoka. Aku mulai berjalan ke arah mereka berdua dan menyapa mereka.
"Halo, kalian berdua. Lama tidak bertemu."
"Selamat datang kembali Hoshi. Kamu sekarang sudah dewasa." Jawab paman Takeshi. Paman dan bibiku memanggilku dengan sebutan Hoshi. Aku sih tidak keberatan juga.
"Bibi sudah melihat kamu tampil di berbagai event di video. Itu sangat luar biasa." Puji bibiku.
Aku pun hanya mengangguk malu karena pujiannya, kemudian kami bertiga mulai memasuki mobil. Selama di perjalanan, perhatianku tertuju kepada pemandangan kota Tokyo. Banyak yang sudah berubah setelah aku pindah ke Indonesia. Aku juga mengirim pesan kepada keluargaku dan teman-temanku bahwa diriku sudah tiba di Jepang.
Dua jam kemudian...
"Kita sudah dekat dengan apartemen kamu nak, tapi sebelum itu. Ada kafe yang yang enak di sekitar sini. Jadi, kami berdua mengajakmu kesana duluan, tidak apa-apa kan?"
"Tidak apa-apa."
Aku menjawab pertanyaan pamanku, kemudian kami mulai pergi ke kafe yang dituju. Setelah kami tiba di depan sebuah kafe, aku mulai mengambil foto kafe tersebut dan mengirimkan ke keluargaku dan teman-temanku. Aku pun melihat kafe tersebut dan mulai bergumam pelan.
"Hazawa kafe..." Gumamku. "Sepertinya aku akan sering ke sini mulai dari sekarang."
"Ayo masuk, Hoshi." Ajak pamanku.
"Baik."
Kami bertiga pun mulai memasuki kafe, di sana kami disambut oleh seorang wanita berambut pendek berwarna coklat.
"Selamat datang… Untuk berapa orang?" Sapa pelayan itu kepada kami.
"Tiga orang." Jawab paman Takeshi.
"Baiklah, kalau begitu silahkan ikuti saya." Ucap pelayan tersebut sambil membimbing kami bertiga ke meja yang kosong. Setelah kami duduk, kami bertiga dikasih buku menu oleh pelayan tersebut. Kami bertiga mulai memilih menu yang disediakan. Mataku sedikit melirik kepada pelayan tersebut, aku berpikir dia tampaknya cukup manis. Setelah kami selesai memilih menu, Bibi Honoka mulai bertanya kepadaku.
"Jadi, gimana keadaan keluarga di sana?"
"Mereka semua baik-baik saja. Ayah sekarang menjadi direktur di pabrik mobil, sedangkan ibu bekerja di rumah sakit menjadi manajer."
"Begitu, ya…" Balas bibiku.
Kemudian pesanan kami datang. Aku segera meminum jus yang kupesan.
"Hoshi, kamu mulai sekolahnya dua hari lagi. Sebelum itu mulai, kamu mau ngapain?"
"Mungkin aku mau membereskan barangku dan mungkin aku mau jalan-jalan sebentar. Tapi kalau di apartemen, mungkin aku mau berlatih gitarku."
"Baguslah kalau begitu. Ngomong-ngomong, paman dengar di sekitar sini ada sekelompok band."
"Serius!?" Tanyaku kaget. Biasanya aku semangat kalau topik pembicaraannya ke masalah band atau penyanyi.
Pamanku mulai menjelaskan apa yang dia ketahui mengenai band yang ada di sekitar sini. Kata pamanku, band yang ada di sekitar sini kebanyakan girls band. Kami bertiga saling berbincang, menukar cerita. Dan lain-lain hingga tidak terasa kalau sekarang sudah sore.
"Baiklah, kalau begitu ayo kita ke tempatmu." Ucap pamanku sambil berjalan ke meja depan.
Setelah dari Hazawa kafe, kami bertiga menaiki mobil lagi dan berangkat menuju tempatku. Setelah beberapa waktu, kami tiba di sebuah bangunan yang bisa dibilang luar biasa.
"A … apakah ini tempat tinggalku?" Tanyaku kepada paman dengan kurang yakin.
"Iya, ngomong-ngomong, ini adalah apartemen terbaik di sekitar sini. Harga perbulannya 48.000 yen."
"E-empat puluh delapan ribu yen ... I-itu bukannya sebanding dengan 7 juta rupiah!?"
"Betul." Balas paman Takeshi dengan bangga. Sepertinya pamanku sedang semangat
Aku mulai memasukkan kunci ruanganku ke dalam lubang kunci, kupegang gagang kuncinya dan kubuka pintu tersebut. Aku tidak bisa melihat apa-apa karena di depanku sangatlah gelap. Bibi Honoka menemukan saklar yang berada di dekatku, setelah lampu ruanganku nyala. Rahang bawahku jatuh karena melihat ruangan yang sangat besar. Aku bisa melihat ruang tamu yang sangat lengkap dengan perabotannya. Kulihat juga ada dua kamar tidur yang cukup besar, dapur yang luas dan lengkap, kamar mandi yang terdapat bathtub dan shower serta beranda pribadi yang sangat luas di belakang.
"Paman, apakah ini tidak apa-apa?" Tanyaku kurang yakin. Lagian kenapa juga ruanganku sangat besar, ini juga bisa dibilang kayak hotel-hotel bintang lima di Indonesia.
"Tentu saja. Lagian paman dapat diskon dari pemilik apartemen ini. Dan juga, pemilik apartemen ini milik teman paman."
"Be-begitu ya …."
Aku berkata seperti itu sambil tersenyum kaku, seharusnya paman tidak usah repot-repot. Tapi, karena pamanku memaksa dan aku juga menghormatinya. Jadi biarkan saja lah.
Setelah semua barang-barangku ada di ruanganku. Mereka berdua izin pulang, setelah mereka berdua pergi. Aku mulai membereskan semua barang-barangku pada tempatnya. Setelah selesai membereskan barang-barangku, aku mulai mengambil sebotol kaleng soda dan pergi ke beranda pribadiku. Aku menyebutnya itu.
Teman-temanku pada terkejut setelah aku mengirim video tentang ruanganku. Aku tahu kalau mereka akan begitu.
Addo: Serius, 7 juta rupiah dapat ruangan itu!?
Hoshi: Kagak lah. Kata pamanku, apartement ini punya kawannya, terus kawannya memberi diskon kepada pamanku.
Azfa: Sudah kuduga -_-
Jasir: Kamu disana baik-baik saja kan?
Hoshi: Tenang saja, aku baik-baik saja kok. Lagian kalau ada yang menggangguku, apakah orang tersebut bisa bertahan selama satu menit?
James: Hahahaha ... sudah kuduga kamu bakal berbicara seperti itu.
Jasir: Tapi, berhati-hatilah, Ari. Kita tidak tahu dunia luar di negara lain kayak gimana.
Hoshi: Akan kuingat kata-katamu itu.
Setelah aku berbicara dengan teman-temanku, aku mulai pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Sebelum tidur, aku memandang langit-langit kamarku yang baru.
(Aku tidak tahu besok ada kejadian apa yang akan datang. Tapi, aku yakin pasti akan baik-baik saja.) Pikirku hingga aku tertidur.
Keesokan harinya ....
Aku bangun pagi sebelum matahari terbit. Aku mulai mengganti pakaianku menjadi pakaian olahraga. Pagi ini enaknya lari sekalian keliling daerah yang baru. Matahari semakin terik, aku memutuskan istirahat di taman. Ketika aku sedang duduk beristirahat, mataku melihat seorang gadis berambut pendek dengan garis merah yang sedang duduk di seberangku. Kulihat gadis tersebut sepertinya sedang membaca sebuah tulisan.
Tiba-tiba, dari kejauhan aku melihat seorang pria bertopeng yang sedang berlari kemari dengan sebuah tas kecil.
(Sepertinya aku merasakan hal yang buruk akan terjadi.) Pikirku. Gadis yang di dekatku mulai berdiri dengan ketakutan, aku bisa melihat kedua kakinya yang gemetaran.
(Sialan. Kalau begini, gadis itu bisa jadi korban.)
"Pergilah dari situ!!" Teriakku kepada gadis tersebut. Namun, gadis tersebut masih saja diam di tempat dan melihatku dengan wajah ketakutan.
"Minggirlah dari situ, gadis sialan. Kalau tidak, aku akan menusukmu!!!!" Teriak pria bertopeng sambil mengarahkan sebuah pisau ke gadis tersebut. Gadis tersebut mulai ketakutan hingga kedua kakinya tidak bisa menopang tubuhnya. Kulihat sekitar, sepertinya belum ada pihak berwajib datang.
(Sialan!!! Sepertinya aku harus melanggar janjiku dengan Tokio.) Pikirku sambil berjalan ke depan gadis tersebut.
"Kamu. Minggirlah, kalau kamu tidak mau mati!!"
"Hah, coba saja kalau bisa." Ucapku sambil menunjukkan senyum sinis kepada pria tersebut.
Pria tersebut dengan geram berlari menujuku, ketika dia mau menusukku dengan pisaunya, aku membaringkan badanku ke samping kiri. Aku mulai menyikut wajahnya dengan sekuat tenaga. Sebelum pria tersebut jatuh, aku memukul perutnya bertubi-tubi hingga pria tersebut terkapar tidak sadarkan diri. Tidak lama kemudian, datang seorang wanita muda dengan dua petugas polisi.
"Itu dia orangnya yang telah merampok tas saya!!" Ucap wanita tersebut sambil menunjuk ke arah pria bertopeng yang sudah tidak sadar.
"Hei nak, apa yang telah terjadi?" Tanya salah satu petugas kepadaku.
"Pria ini mau membunuh gadis itu." Ucapku sambil menunjuk ke gadis berambut pendek, "Tapi, tenang saja. Karena saya sudah melindunginya." Sambungku.
"Kalau begitu, tidak apa-apa kalau gadis itu bersamamu. Baiklah kami akan membawa pria ini ke kantor polisi segera. Selamat tinggal." Ucap salah satu petugas.
Setelah mereka pergi, aku memegang kedua tangan gadis tersebut dengan lembut. Dia masih memperlihatkan wajah yang kaget serta malu, aku mulai membantunya untuk berdiri. Aku tersenyum kepadanya dan mulai bertanya, "Apakah kamu baik-baik saja?"
"A-aku ba... Baik-baik saja, terima kasih telah menyelamatkanku." Balas gadis itu malu. "N-namaku adalah Ran Mitake, Kalau kamu?" Sambungnya dengan nada pemalu.
"Aku, adalah Ari Hoshizora. Salam kenal Mitake-san." Sapaku sambil tersenyum lembut. Aku baru ingat, bahwa adikku akan menelponku. Jadi, aku memutuskan untuk pulang.
"Maaf, Mitake-san, aku ada urusan mendadak. Kalau begitu sampai jumpa!" Ucapku sambil berlari meninggalkan Mitake-san.
"Tunggu-"
Ran POV
Dia telah pergi jauh. Aku tidak tahu siapa dia. Tapi, dia telah menolongku. Ketika aku tiba di rumah, keluargaku mulai bertanya kepadaku mengenai kejadian yang terjadi. Tapi, aku bilang tidak usah khawatir, karena aku telah diselamatkan oleh Hoshizora-san.
Setiba di kamarku. Aku terus memikirkan Hoshizora-san, dia sangat kuat dan juga memiliki senyuman yang sangat indah. Entah kenapa dadaku merasakan kehangatan. Kenapa bisa begini, apakah... Artinya aku jatuh cinta padanya.
(Apa yang harus aku lakukan?) Pikirku sebelum akhirnya aku tertidur.