Chereads / The Lord Of The Darkness / Chapter 15 - Usaha untuk Pergi -Part 2

Chapter 15 - Usaha untuk Pergi -Part 2

Grace hanya bisa tersenyum getir, dia tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan sekarang. Seluruh usahanya untuk keluar dari kastil yang sangat mengerikan ini seolah sia-sia. Dia rupanya ingat cerita-cerita horror yang diceritakan Korvin kepadanya dulu. Tentang sebuah kastil misterius yang diguni oleh orang-orang misterius. Orang-orang itu selalu menjauh dari public, hingga mereka terkesan menyendiri dan sangat menyedihkan. Semua yang misterius akan semakin menjadi saat mengetahui jika Tuan dari pemilik kastil itu adalah laki-laki buruk rupa yang sangat kejam. Dia adalah seorang mafia yang jahatnya tak tetandingi, membunuh bahkan memperkosa adalah bagian dari kehidupannya sehari-hari. Hingga saat tengah malam, lolongan seringala membuat bulu kudu begidik, tapi Tuan yang memiliki kastil itu tampak berdiri di balkon kamarnya, menyesap cairan mereah dalam sebuah gelas kristal, dan cairan itu mengeluarkan bau anyirnya yang khas.

Grace tampak memeluk tubuhnya sendiri sekarang, kemudian dia kembali menyeret kopernya untuk naik ke atas. Kembali ke kamarnya kemudian mengunci kamarnya rapat-rapat. Entah kenapa cerita hantu yang diceritakan oleh Korvin kini benar-benar seperti nyata. seolah membuatnya tak berdaya dan ingin pergi dari tempat terkutuk ini selamanya.

Grace tampak melepaskan sepatunya, kemudian dia melangkah pada balkon kamarnya, jika dia mengikat beberapa sprei yang ada di kamarnya akankah cukup untuknya bisa berada di bawah dan dia tak mengalami patah tulang jika nanti dia terjatuh?

Grace menelan ludahnya yang susah, dia memandang bawah dengan pandangan ngerinya. Itu cukup seram, sebab lantai dua pun dari hunian ini tingginya memang bukan main. Terlebih, dia membutuhkan berapa banyak sprei agar bisa sampai bawah sana? Ini benar-benar ide gila untuk dilakukan.

"Nona Hester, apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan?"

Grace tampak menoleh, dia buru-buru mendekati Gob yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Padahal tadi, dia ingat benar sudah mengunci pintu kamarnya dari dalam dengan sangat baik. Lalu, bagaimana bisa Gob bisa ada di dalam kamarnya dan pintunya… terbuka?

Grace tampak memekik kaget, namun kemudian, Gob mengangkap segepok kunci yang ada di tangannya.

"Saya memiliki semua kunci cadangan di setiap ruangan ini, Nona Hester," ucap Gob lagi, seolah menjawab pertanyaan yang ada di otak Grace.

Tapi Grace bisa melihat dengan jelas jika kunci kamarnya bahkan masih tertancap dengan sempurna di pintu itu.

"Tuan Gob, bolehkah aku bertanya kepadamu tentang beberapa hal?" tanya Grace pada akhirnya. Gob pun mengangguk dengan sopan.

"Dengan senang hati. Nona Hester. Bertanyalah,"

"Kau pernah bilang, jika aku di dalam keluarga ini dianggap seperti tamu berharga, apa kau ingat?" Gob pun mengangguk patuh. "Lantas, apa maksud dari perkataanmu itu, Tuan Gob? Apakah selama ini, atau sebelum aku bekerja di sini, keluarga Kyle telah mengetahui siapa aku? Jadi dia memberikan undangan interview pekerjaan di sini hanya untukku? Apa tebakanku benar?"

Mendengar hal itu Gob hanya diam, dia tak menjawab sepatah kata pun perkataan dari Grace.

"Katakan kepadaku yang sejujurnya, Tuan Gob? Tentang semua ini! Apakah kau… apa jangan-jangan kau juga ada di balik semua ini? Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang benar-benar pekerjaan untuk manusia, Tuan Gob, kau tahu! Jika aku tahu lebih awal tentang pekerjaan sialan ini pasti aku tidak akan pernah datang kesini!" Grace tampak mengacak rambutnya frustasi membuat Gob hanya bisa diam, sambil memandangi bagaimana wanita itu tampak frustasi. Ya, dia tahu… tapi dia bisa apa? Dia tak ubahnya menjadi abdi yang paling setia di sini kepada tuannya. Bahkan ketika dia melihat tuannya memenggal kepala orang pun dia tidak akan pernah peduli dan mencoba untuk bertanya, kenapa mereka memenggal kepala orang tersebut. Ya, dia tak memiliki kuasa apa pun untu itu. "Dia… Tuan Muda Kyle, dia…," suara Grace terdengar parau, kini dia bersimpuh di lantai. Dia benar-benar frustasi, dia rasanya bahkan ingin mati karena apa yang telah dilakukan oleh Nicholas kepadanya. Kemudian, dia membuka kancing kemejanya, dan menunjukkan putingnya yang terluka kepada Gob, membuat Gob langsung memalingkan wajahnya. "Dia menjadikanku alat pemuas fantasy liarnya, Tuan Gob. Dengan berbagai alat-alat yang sangat mengerikan itu. Bukan hanya putingku, seluruh tubuhku memar karena tuan sialanmu itu. Aku—"

Grace langsung terkapar di lantas, saat sebuah bius membungkam mulutnya. Untuk kemudian, Gob menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Maafkan saya, Tuan Muda Kyle. Tapi saya tidak bisa tinggal diam karena Nona Hester terus berusaha untuk melompat dari balon kamarnya," ucap Gob sebagai alasan kenapa dia sampai berada di kamar Grace.

"Kaluarlah!" perintah itu tampak menggema, membuat Gob langsung pergi dari sana tanpa aba-aba.

Nicholas tampak tersenyum getir, kemudian dia mengangkat tubuh mungil Grace ke dalam gendongannya. Direbahkan tubuh itu dengan hati-hati di atas ranjangnya, kemudian Nicholas membuka pakaian Grace sampai wanita itu tak mengenakan apa pun. Dilihat luka yang ada di tubuh Grace, membuat Nicholas kembali tersenyum getir. Dia memiringkan wajahnya, melihat salep yang ia berikan ada di sudut kamar Grace. Dia pun memungutnya, melihat benda itu tak dipakai oleh Grace sepertinya dia paham, jika wanita ini sedang amat marah kepadanya. Sampai dia tak sudi untuk mengobati lukanya dengan obat pemberian Nicholas.

Pelan, Nichola mengobati luka-luka yang ada di tubuh Grace, kemudian tangannya tangannya membelai rambut Grace dengan lembut.

"Maafkan aku, Grace. Aku benar- benar tak tahu jika kau tak menyukainya. Dan aku pun tak tahu kalau itu yang pertama untukmu. Aku akan lebih lembut lagi setelah ini kepadamu, atau aku akan menunggumu sampai kau mau,"

Nicholas tampak mencium bibir Grace, bahkan dia hendak melakukan lebih kalau saja dia tak berpikir jika Grace sedang sakit. Dengan menghela napas beratnya, Nichola menarik tubuhnya, memandang Grace lagi yang sedang tertidur pulas.

"Tidurlah, aku akan ke sini nanti, untuk membicarakan masalah ini denganmu. Kuharap, kau bisa tenang, Grace. Karena ketenanganmu adalah keinginanku. Aku telah menunggumu lama, jangan kau biarkan aku menunggu lebih lama lagi untukmu,"

Nicholas pergi setelah dia melihat Grace untuk terakhir kali, kemudian pandangannya tertuju kepada Gob yang masih berdiri di depan pintu.

"Jaga dia, jangan sampai dia keluar dari tempat ini," perintah Nicholas pada akhirnya. Lalu dia berjalan menuruni anak-anak tangga, kemudian masuk ke dalam ruang baca.

Gob memiringkan wajahnya, pada Grace yang terkapar di ranjang dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya itu. Kemudian dia kembali menundukkan kepalanya, berdiri dengan setia setidaknya sampai Grace bangun dari tidurnya.

"Tuan Gob, apa yang kau lakukan di sini? Di mana Nick?" Marvin yang baru saja keluar dari ruang kerja Marvin pun menyapa Gob. Karena dia melihat sedari tadi Gob berdiri seperti orang bodoh di ambang pintu itu. Lantas setelah dia melihat di atas ranjang sana ada Grace yang pingsan. Marvin tampak mengulum senyum. "Sepertinya tugasmu cukup berat, Kawan!"