"Aaargh!"
Pyar!!!
Teriakan itu tampak menggelegar ke seluruh ruangan. Gob, dan Marvin tak bisa berkata apa-apa selain keduanya diam dan tutup mulut serapat-rapatnya. Buku-buku yang ada di rak tampak berantakan dengan sempurna di lantai. Bahkan gelas-gelas keramik yang mahal itu pun hancur secara berkeping-keping. Ini bukanlah Nicholas yang biasanya. Nicholas yang selalu tampak tenang dan dingin. Tapi sekarang tiba-tiba saja berubah menjadi Nicholas yang sangat tempramen dan pemarah.
Marvin melirik Gob yang masih menundukkan wajahnya dalam-dalam. Kedua tangannya tampak bergetar hebat membuat Marvin agaknya tersenyum. Ya, mungkin ini adalah kali pertama Gob melihat Nicholas menjadi seperti ini. sebab biar bagaimanapun sosok Nicholas di mata para pekerja rumahnya adalah sosok yang dingin dan misterius, bukan sosok pemarah yang menakutkan seperti ini.
"Apa yang harus aku lakukan, Nick? Aku akan melakukan apa pun sesuai perintahmu asalkan itu bisa membuatmu senang," kata Marvin pada akhirnya. Nicholas tampak menaruh kedua tangannya di meja, dia membungkuk, kepalanya tampak menunduk. Bahkan keringat itu kini menetes dari dagunya ke meja. Di musim dingin seperti ini bahkan salju di luar turun begitu lebat tapi Nicholas benar-benar kepanasan.
"Apa yang dikatakan oleh Grace, Gob? Bisa kau katakana kepadaku?" tanya Nicholas, mengabaikan pertanyaan dari Marvin sebelumnya.
Takut-takut Gob mendongak, kemudian dia menundukkan kepalanya lagi. Kedua tangannya terasa panas dingin, dia benar-benar takut setengah mati dengan tuannya itu.
"Nona Hester terus-terusan ingin pulang, Tuan. Dia tidak mau makan dan minum, yang dia lakukan beberapa hari ini hanyalah menangis," jawab Gob terbata.
Mendengar hal itu, Nicholas kembali marah. Dia langsung menendang rak buku yang ada di sampingnya. Rak buku itu langsung terjatuh dengan sempurna, membuat suara menggelegar yang luar biasa.
Gob tampak terjingkat, bahkan kini dia pun tampak mengeluarkan keringat dingin. Dia takut akan dibunuh oleh Nicholas sekarang karena dianggap tidak becus dalam mengurusi Grace.
"Kau tak perlu takut, Kawan. Tenangkan hatimu. Sebab jika kau takut, akan semakin emmbuat Nick emosi, dan kau pasti akan… mati," bisik Marvin dengan seringaiannya.
Gob kembali mengangguk patuh, dia kembali mengelap keringat yang mengucur di keningnya. Demi apa pun juga hal yang paling menakuktkan sekarang adalah benar-benar tuannya sendiri.
"Apa kamu menginginkan wanita untuk menemanimu malam ini, Nick?"
"Diam kau, Marvin!" bentak Nicholas. Marvin kembali menunduk. Untuk kemudian, dia menggeser berdirinya, mengajak Gob untuk pergi dari sana. Saat ini yang dibutuhkan oleh Nicholas adalah waktu untuk sendiri. Bukan siapa pun itu. Apalagi Marvin dengan Gob.
Setelah keduanya menjauh, Marvin dan Gob tampak duduk. Gob masih menundukkan kepalanya, dan marvin sudah menikmati nikotin yang dia sesap itu. Dia tersenyum memandang Gob yang wajahnya masih pucat pasi.
"Kau tahu, Nick sangat buruk jika berhubungan dengan wanita. Dia tipikal laki-laki yang memiliki kelainan seksualitas. Aku yakin, ketakutan Nona Hester karena setelah mereka bercinta. Seharusnya Nicholas bisa lebih lembut sedikit. Sekarang yang terjadi, gadis kecil yang dia tunggu sedari dulu kini malah takut kepadanya, ck! Benar-benar malang sekali,"
Gob kembali menunduk, kemudian dia melirik Marvin dengan tatapan lembutnya. Dia takut ingin mengatakan pendapatnya. Tapi kalau diam saja juga semuanya tidak akan pernah menjadi baik.
"Nona Hester adalah sosok yang sangat lugu. Ketika dia sedang berkebun di belakang, dia sering bercerita tentang kehidupannya dan keluarganya, Tuan. Dia adalah yatim piatu yang tinggal dan dewasa dengan adik laki-lakinya bernama Korvin Hester. Dan mereka saling melengkapi satu sama lain, hampir tidak pernah berpisah setelah kejadian naas yang menimpa orangtuanya. Tuan Hester dan Nona Hester sepertinya saling menggantungkan diri. Jadi setelah Nona Hester tahu kalau dia tidak mendapatkan izin akses internet dan telepon dia selalu tampak risau. Setiap malam saya sering melihatnya mondar mandir di balkon atau pun sedang duduk termenung. Terlebih dengan kejadian ini dengan Tuan Kyle. Saya tidak tahu, pasti akan sangat berat sekali hidup Nona Hester sekarang, Tuan. Jujur, saya kasihan dengan dia. Dia hanyalah gadis kecil yang lugu. Dan entah apa yang diinginkan oleh Tuan Kyle. Seharusnya, Tuan Kyle bisa mencari cara lebih lembut lagi untuk mendekati Nona Hester,"
Marvin hanya menghela napasnya berat, kemudian dia kembali menoleh pada Gob. Semua itu tidaklah semudah yang Gob katakana. Ada banyak cerita yang ada di dalam semua peristiwa ini. Ini hanya permulaan, Marvin tidak akan pernah bisa membayangkan jika sampai Grace tahu tentang rahasia terbesar yang disimpan Nicholas rapat-rapat itu.
"Tuan, apa kau menginginkan wine atau semacamnya? Saya akan mengambilkan untuk Anda,"
"Oh tidak perlu, sungguh! Setelah ini aku akan kembali menjalankan tugasku, Kawan. Beberapa narkoba yang baru saja sampai di pelabuhan sudah menanti," kata Marvin mengedipkan matanya nakal pada Gob.
Gob hanya mengangguk patuh, kemudian dia pamit undur diri. Tapi, saat dia melewati ruang baca keluarga Kyle, dia menghentikan langkahnya. Dia melihat Nicholas tampak bersimpuh sambil memegangi kepalanya yang rambutnya acak-acakan itu. Tak pernah terpikirkan olehnya sama sekali jika tuannya bisa seperti ini hanya karena seorang gadis kecil seperti Grace, Gob benar-benar penasaran apa yang istimewa dari Grace si gadis kecil yang lugu itu? Sebab menurutnya, wanita-wanita tuannya banyak yang jauh lebih seksi dan cantik dari Grace.
Setelah itu Gob kembali menghela napas panjang, dia pun menuju dapur untuk menyiapkan beberapa hal. Sekarang dia harus memberikan menu makan malam untuk Grace, dan membujuk lagi Grace agar dia mau untuk makan. Kalau tidak gadis kecil itu akan benar-benar lemah dan mati kelaparan. Terlebih tubuhnya kini benar-benar telihat sangat kurus, wajahnya pucat dengan luka di bibirnya yang tampak nyata. Sebuah potret yang kontras dari sebuah kediaman yang bahkan apa pun ada di sini dengan sangat lengkap. Setelah dia selesai menyiapkan hidangan, Marvin kembali menemui Gob. Dia memberikan bubuk ke dalam minuman Grace.
"Jangan paksa dia untuk makan jika tak ingin. Tapi pastikan dia meminum minumannya. Kita tidak mau membuat gadis polo situ mati sia-sia di sini kan? Maka kubantu kau sedikit untuk membuatnya lebih bertenaga."
"Tapi, Tuan—"
"Tenanglah, Kawan! Ini adalah obat yang aman jika dosisnya tepat. Kau tak perlu cemas. Aku tidak akan membunuh pujaan hati dari seorang Nicholas Kyle kan?"
Mendengar itu, Gob pun mengangguk dengan patuh, kemudian dia menjawab, "baiklah, Tuan!"
Setelah mengatakan itu, Gob lantas berjalan menaiki anak-anak tangga. Dia pun membuka pintu kamar Grace yang dia kunci dari luar. Dia melihat Grace tampak duduk meringkuk bahkan tanpa mengenakain sehelai pakaian. Tulang-tulangnya tampak sangat nyata, dan tubuh itu benar-benar tampak begitu kurus. Hati Gob agaknya terenyuh dengan sikap keras kepala milik Grace. Sikap keras kepala yang sangat bodoh.