Chereads / The Lord Of The Darkness / Chapter 22 - ~Aksi Pembunuhan~

Chapter 22 - ~Aksi Pembunuhan~

"S… siapa kau?" tanya Grace. Suaranya tampak bergetar dan parau. Bahkan kini dia merasa takut akan dirinya sendiri meski hanya melihat sosok itu berdiri di depannya. Siapa sosok yang ada di depannya ini? Kenapa sosok itu benar-benar terkesan sangat dingin dan membuat Grace takut. Padahal, dari segi wajah laki-laki yang ada di depannya ini nyaris tak memiliki celah. Dia adalah sosok yang luar biasa tampan. Yang bahkan semua wanita pasti akan meminta untuk diperlakukan sebagai ratu oleh sosok itu.

Laki-laki itu mendekat, kemudian dia menyodorkantangannya. Tersenyum hangat ke arah Grace dengan tatapan hangatnya itu. Meski begitu lantas tak membuat Grace merasa familiar atau pun merasa aman di depan laki-laki itu.

"Aku adalah Nicholas Kyle," jawab laki-laki itu dengan tegas.

Grace bagai dihantam palu mendengar jawaban dari Nick. Dia tak pernah menyangka jika sosok yang telah membuatnya hancur dengan cara memperkosanya dengan sangat kasar itu adalah sosok yang ada di depannya ini. Grace tampak berangsut mundur, dia begitu terlihat waspada seolah enggan untuk disentuh oleh Nicholas.

Nicholas agaknya termenung sejenak melihat apa yang terjadi kepada Grace. Dia tahu, bahkan dia telah melakukan operasi pun dia tetap saja akan dinilai buruk di mata Grace. Intinya Grace trauma dengan perlakuannya, tidak lebih.

"Grace, aku mohon. Kau jangan salah paham dulu tentang apa yang terjadi pada malam itu…," kata Nicholas mencoba untuk meyakinkan Grace. "Aku benar-benar tak berniat menyakitimu, sungguh. Hanya saja aku tak tahu jika kau masih virgin. Dan lebih dari itu adalah, aku nyaris tak punya pengalaman bercinta dengan cara yang lembut. Bagiku itu adalah suatu hal yang wajar, dan—"

"Cukup, Tuan Kyle. Aku sudah berusaha untuk tidak mengingat apa pun yang mengerikan selama beberapa hari aku nyaris terpuruk. Dan kau datang dengan membahas masalah itu lagi. Jadi aku harap, kau segera pergi dari pandanganku. Karena melihatmu ada di depanku benar-benar membuatku merasa sangat menyedihkan,"

Grace lantas memalingkan wajahnya, tapi Nicholas tak tinggal diam. Dia malah mendekati Grace kemudian dia menghimpit Grace sampai dia tersudut dan tak bisa mengelah sama sekali. Nicholas kemudian menciumi leher Grace, dia kembali tersenyum dibuatnya.

"Dengarkan aku, Grace. Ada suatu hal yang sering terjadi antara laki-laki dan perempuan. Jangan terlalu membenci lawan jenismu dengan teramat sangat, bisa jadi sosok yang kau benci akan menjadi sosok yang akan kau cintai setengah mati suatu hari nanti. Begitu pun denganku, kau boleh saja membenciku saat ini. Tapi nanti, aku bisa pastikan jika kau tak akan pernah bisa hidup tanpaku meski dalam sejengkal napasmu sekali pun."

Grace tampak semakin emosi, dia memalingkan wajaghnya karena dia tak sudi untuk melihat wajah dari Nicholas.

"Semoga itu hanya ada dalam mimpi," ketus Grace. Nicholas terkekeh mendengar ucapan dari Grace tersebut. Bagaimana bisa Garce mengatakannya hanya dalam mimpi, jika Grace sekarang bekerja di rumahnya.

"Mau bertaruh?" tanyang Nicholas. Tapi Grace seolah tak peduli sama sekali. "Bailklah Nona Hester. Pagi ini aku ingin sarapan dengan menu spesia. Sebagai salah satu pegawai di rumahku, terlebih kau yang bertugas mengurusku. Jadi, tolong siapkan sarapan yang special untukku," perintah Nicholas pada akhirnya. Setelah dia meluhat jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. "Dan ingat, aku paling membenci pemanis buatan. Jadi, lakukan segala upaya untuk mendapatkan rasa manis dari alami. Atau aku akan mendapatkannya dari bibirmu, Nona Hester."

Nicholas langsung masuk ke dalam rumah, membuat Grace melempar tanah yang dia kepal. Dia benar-benar sangat kesal dengan sosok bernama Nicholas Kyle. Dan kenapa dari semua tempat dia harus terdampar dan bekerja di sini? Sebuah tempat antah berantah yang membuatnya merasa hidupnya bagaikan di neraka.

"Ya Tuhan, Grace! Kau harus tetap waras. Atau jika perlu kau bubuhkan racun di atas menu sarapan iblis satu itu. Aku yakin, dia pasti akan mati tanpa terkecuali. Hingga seluruh organ dalamnya membusuk dan hancur dengan sempurna!" kesal Grace sambil menggerutu.

Nicholas hanya tersenyum, mendengar ucapan Grace di balik pintu. Untuk kemudian matanya menggelap, karena pekerjaannya kini tengah menanti.

"Pengusaha dari India akan tiba dua jam lagi, Nick. Apa yang harus kita lakukan untuk itu?" tanya Sean. Yang menyambut Nick dari dalam.

Nicholas menaiki anak tangga dengan cepat menuju ruang kerjanya, kemudian dia tampak menyeringai.

Pukul 10.45 tepat, akan ada sebuah pemberitaan yang menghebohkan dunia. Dan itu menyangkut dengan pengusaha India itu," ucap Nicholas.

Dia duduk manis di kursi kebesarannya, kemudian dia menyalakan TV. Memandang TV itu sambil bertopang dagu, kemudian dia mengambil rokok yang ada di depannya dan menyesapnya penuh nikmat.

Sean tampak melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangannya, sebentar lagi tepat pukul 10.45. Kira-kira rencana apa yang sepupunya rencanakan sekarang?

"Tiga… dua… satu," kata Sean.

Sebuah liputan berita online langsung menampilkan sebuah trending berita. Di mana background mereka adalah sebuah pesawat pribadi yang meledak. Sean langsung menoleh ke arah Nicholas, yang bahkan tampak sangat tenang sambil melihat berita yang ada di TV tersebut.

"Pengusaha asal India yang hendak bekerja sama dengan salah satu pengusaha ternama di negara ini mengalami kecelakaan. Pesawat pribadi yang ditumpanginya telah meledak di udara. Dipastikan pengusaha asal India beserta asistennya meninggal dalam kecelakaan tersebut. Hingga saat ini masih diselidiki apa penyebab dari pesawat pribadi itu mendadak meledak bahkan saat mereka berada di atas langit."

"Nick—"

"Bukankah Marvin melakukan pekerjaannya dengan sangat baik, Sean?" kata Nicholas yang tampak sangat bangga.

"Tapi, apa yang akan kita peroleh dari kematian pengusaha India itu? Bukankah semua dokumen pentingnya itu ada di dalam pesawat?"

"Kau salah, Sean. Semua yang ada di dalam pesawat hanyalah kopiannya saja. Semua dokumen pentingnya sudah ada di tangan Marvin. Dia telah mengirim orang kepercayaannya untuk menyusup menjadi salah satu dari pegawai pengusaha India itu. Kemudian dia memasukkan bom di dalam pesawat. Meski dia telah mengorbankan nyawanya, pastikan jika keluarganya bisa mendapatkan kebahagiaan dan berikanlah kecukupan secara material sampai akhir khayatnya."

"Baik, Nick! Semuanya akan aku lakukan sesuai dengan perintahmu. Tapi kenapa kau tak cerita ini kepadaku? Aku benar-benat tidak tahu apa-apa tentang pekerjaanmu ini, Nick," kata Sean lagi yang agaknya protes. Nicholas memandang Sean kemudian dia menarik sebelah alisnya.

"Karena hasil dari pekerjaan ini adalah merupakan hadiah ulang tahumu dariku," jawab Nicholas mantab. Mata Sean tampak terpana mendengar ucapan dari Nicholas kemudian dia memeluk tubuh sepupunya itu dengan sayang.

"Benarkah? Bahkan kau mengingat hari ulang tahunku? Ya Tuhan, betapa aku sangat bahagia karena itu, sungguh!" semangat Sean.