Sindy tak menyangka jika Rendy punya saudara kembar. Sungguh di luar dugaan. Sedari tadi Sindy curi-curi pandang, memandangi Rendy dan juga saudara kembarnya yang bernama Andre. Dia menelisik fisik kedua kakak beradik itu, mulai dari wajah hingga gaya bicara. Perbedaanya sangat tipis, hanya berbeda di alis dan juga bentuk rahang. Rendy memiliki alis yang cukup tebal dan rahang yang tegas, sementara Andre sebaliknya. Alis yang tak begitu tebal dan juga memiliki wajah yang bulat. Mereka berdua sangat menggemaskan. Namun dari segi gaya bicara, Rendy tak sepecicilan Andre, lebih kalem dan tampak dewasa.
"Sin, lu kenapa bengong?" celetuk Dita, "Lu kaget ya kalau ternyata mereka kembar?"
"Hm.. nggak kok" Sindy canggung. Dia memperbaiki posisi duduknya dan merapikan rambutnya. Siapapun pasti akan merasa canggung saat berhadapan dengan dua laki-laki tampan. Sekarang dia merasa seperti tokoh wanita dalam komik yang di kelilingi lelaki keren.
"Sorry ya, gue nggak ngasi tahu kalau gue ngajak saudara gue" kata Rendy, melirik Andre yang sedang menyuruput minumannya. "Dia maksa buat ikut, karena penasaran sama siapa gue ketemu hari ini". Sikap kepo saudaranya itu membuat Andre menggelengkan kepala.
"Nggak apa-apa, kok, justru dengan ikutnya Andre suasana jadi semakin seru, kan" jawab Sindy, tersenyum. Dia bahkan senang bisa mengenal mereka berdua. Berharap setelah pertemuan ini, mereka bisa menjalin hubungan baik dan menjadi teman yang akrab, tentunya.
"Sindy, gue boleh minta IG lo nggak?" tanya Andre tiba-tiba sambil menyodorkan HP-nya. Sindy menoleh dan mengiyakan lalu menulis nama Instgramnya di HP Andre.
"Heh, bocah! Lo follow back gue aja nggak pernah, malah minta IG-nya Sindy" seru Dita kesal, "nggak adil banget, lo" bibirnya manyun, mendelik ke arah Andre.
Sindy yang duduk di sampinya menenangkan Dita sambil menunjukkan HP Andre lalu berkata"Tenang Dit, gue yang follow back" Sindy yang kebetulan masih memegang HP Andre mencari nama Dita di daftar follower laki-laki itu lalu menekan tombol follow back untuk Dita. Andre sempat mencegah Sindy namun tak berhasil karena posisi duduknya bersebrangan.
Rendy yang melihat itu langsung tersenyum. Kakaknya memang selalu jual mahal agar terlihat cool di sosial media. Suasana malam itu begitu menyenangkan. Mereka tertawa dengan tingkah Andre dan Dita yang seperti Tom & Jerry.
***
Setelah pertemuan itu komunikasi di antara Sindy dan kedua saudara kembar itu lancar. Tak jarang mereka berbincang melalui telepon sampai larut malam, sehingga Ibu Sindy menggedor kamarnya karena berisik malam-malam.
"Eh Ren, udahan dulu ya, ntar nyokap gue bangun, bisa-bisa gue di suruh tidur di luar saking ributnya" bisik Sindy saat mendengar deheman di balik tembok kamarnya. Itu tandanya kalau Sindy harus cepat tidur, kalau tidak Ibunya bisa ngamuk.
Saat bersiap untuk tidur suara notifikasi HP-nya bunyi, terpampang jelas dari pemeberitahuan sosial medianya. Penasaran, Sindy membukanya lalu melihat sebuah postingan dari akun comedy Instagram, dalam kolom komentar postingan itu Andre menautkan namanya di sana dan menulisan "Besok gue jemput lo depan rumah ya" pada video yang menunjukkan seorang laki-laki bertato "GANTENG DOANG JEMPUT CEWEK DEPAN GANK"
Sindy tersenyum geli, lalu membalasnya "buaya".
Ting
Suara notifikasi dari sosial medianya bunyi, dengan cepat Andre membukanya. Dia tertawa melihat balasan Sindy, karena sudah larut malam ia hanya membalas dengan emoticon tertawa. Andre menghela nafas pelan, dia melirik photo di atas meja samping tempat tidurnya. Photo dirinya dan juga Rendy yang saling merangkul sambil tertawa lepas.
"Siapa yang buaya?" Andre tersenyum tipis, meletakkan HP-nya kemudian memejamkan mata.
***
Pagi itu Rendy menyiapkan sarapan untuknya dan juga Andre, yang masih tidur. Jam menunjukkan pukul delapan, tiga puluh menit lagi dia harus berangkat kuliah. Ibu dan ayahnya tinggal di Solo sementara mereka berdua menyewa apartemen di Jakarta. Andre dan Rendy memutuskan untuk pindah ke Jakarta karena impian mereka untuk kuliah di Universitas Indonesia. Keduanya beda jurusan, Rendy fakultas Sastra dan Andre fakultas Hukum. Sudah sangat jelas bahwa mereka adalah anak-anak yang pintar.
Rendy, menoleh ke arah pintu kamar yang berada tepat di depan meja makan. Andre keluar dengan masih mengenakan pakaian tidur. Dia menyapa Rendy, kemudian berjalan menuju meja makan yang hanya berjarak lima langkah dari pintu kamarnya.
"Hari ini gue pulang agak telat, ya, soalnya ada tugas yang harus gue selesein di perpustakaan" ucap Rendy sambil menyantap nasi goreng buatannya. "Lo nggak kuliah?"
"Dosen gue lagi sakit, jadi kuliah hari ini kosong" jawab Rendy, lalu mengambil minum. Bersyukur sekali hari ini hanya ada satu mata kuliah saja, jadi dia bisa pergi jalan-jalan.
"Oh.. " jawab Andre singkat. Sepuluh menit lagi, ia harus menyelesaikan sarapannya dan langsung pergi ke kampus.
Tepat setelah ia selesai makan ada SMS masuk. Rendy bergegas membereskan piringnya, kemudian menyelempangkan tas ransel ke punggungnya.
"Rino, udah di bawah, gue berangkat, ya" ucap Rendy tergesa-gesa.
"Oya, hari ini gue mau jalan sama Sindy, ada yang mau lo titip, nggak?" tanya Andre menoleh ke arah pintu keluar saat Rendy akan membuka pintu. Rendy terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.
"Titip salam aja" balas Rendy kemudian menutup pintu apartemen.
Andre menyantap nasi goreng buatan Rendy. Tiap pagi adik kembarnya itu selalu bangun lebih awal untuk menyiapakan sarapan untuk mereka berdua. Sungguh adik yang baik hati.
***
Dita mendelikkan matanya melihat Sindy yang sedari tadi sibuk mencari baju. Kamar gadis itu sekarang seperti kapal pecah, semua isi lemari keluar berhamburan tak karuan. Dasar wanita, selalu saja merasa tidak punya baju padahal pakaian yang di miliki begitu banyak.
Kesal, Dita berseru "Mau sampe jam berapa lo milih baju, huh?". Sindy mendesah, menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Dita hanya manyun melihat temannya itu.
"Gue bingung, Dit, nggak ada yang cocok"
"Sini, biar gue aja yang pilihin"
Dita memilih pakaian yang menurutnya cocok untuk Sindy pakai ke bioskop bareng Andre. Setelah memilah, ia akhirnya menemukan yang bagus, celana jins dengan atasan kaos putih lalu di padankan dengan sneakers. Simple tapi terlihat modis.
Akhirnya Sindy memakai pakaian yang sudah di pilih Dita untuknya. Cantik dan sederhana.
"Ok, sekarang waktunya untuk berangkat" kata Dita setelah selesai membantu Sindy mengucir rambutnya.
"Dit, gue degdegan, sumpah" Sindy memegang tangan Dita. telapak tangan gadis itu berkeringat.
"Sekarang lo, tarik nafas pelan-pelan, terus buang, tarik lagi, buang lagi" Sindy mengikuti arahan Dita. Ajaib, gugupnya kini berkurang.
"Oh ya, Sin, di antara Andre dan Rendy, lo pilih siapa?" goda Dita. Sindy memukul lengan temannya itu pelan. Candaan macam apa itu? Mana bisa dia memilih di antara keduanya, saat ini ia merasa nyaman berteman dengan Rendy dan Andre. Untuk bisa lebih dari itu, mungkin tidak. Pikirnya.
"Becanda aja, lo"
"Idih, gue serius, kali"
Saat mereka asik ngobrol suara klakson mobil terdengar. Sindy dan Dita langusng ke luar kamar. Tak lupa ia juga mengambil tas selempang kecil yang selalu ia pakai jika pergi kemana-mana.
Sebelumnya ia sudah meminta izin pada Ibunya untuk keluar dengan Andre. Hari ini kebetulan Ibunya sedang pergi arisan jadi tak perlu untuk berpamitan atau mengenalkan Andre pada orang tuanya.
***
Selama perjalanan menuju bioskop mereka saling mengejek satu sama lain, kemudian tertawa denga lelucon yang di lontarkan Andre. Laki-laki itu sangat pintar dalam membangun suasana.
Sesuai genre film yang di sukai Sindy, mereka menonton film horror. Tak sesuai fisiknya yang laki banget, Andre justru takut nonton film horror. Sepanjang film, semua penonton tampak tegang kecuali Sindy yang sangat menikmati, sementara Andre selalu menutup mata dan bersembunyi di balik tubuh Sindy jika ada adegan jamscare.
Usai nonton film mereka beralih ke restoran korea favorit Sindy dan mereka makan malam di sana. Tak terasa sudah jam sembilan malam, sudah saatnya Sindy untuk pulang sesuai dengan janjinya pada Ibu untuk tidak pulang terlalu malam.
"Ndre, Thanks ya untuk hari ini" ucap Sindy bahagia. Hari ini sangat menyenangkan bisa menghabiskan waktu bersama Andre. Jalanan malam itu tampak ramai, namun tidak macet seperti biasanya.
"Iya, gue juga seneng bisa jalan sama lo" balas Andre, melirik sejenak ke arah Sindy. Tatapan mereka tak sengaja bertemu, seperkian detik kecanggungan terjadi di antara mereka.
"Sin.. gue boleh nanya sesuatu, nggak?"
Sindy menoleh, menatap Andre "Apa?" tanya Sindy penasaran. Gadis itu menunggu apa yang akan di katakan oleh Andre.
"Gue, suka sama lo"