Ara sedang berlari dari kantin menuju kelasnya secara terburu buru karena jam masuk tinggal 2 menit lagi, dia tidak ingin terlambat masuk kelas karena sebentar lagi pelajaran matematika dan gurunya terkenal sangat killer di sekolah itu. Ara merasa hampir lulus jadi tidak ingin ada masalah lagi di akhir masa SMA nya.
"qw lewat tengah lapangan saja biar cepat" fikir ara yang merasa waktunya tidak akan cukup jika dia berlari ke kelasnya melalui jalan pinggir lapangan.
Ara melanjutkan larinya setelah beberapa detik tadi sempat berhenti untuk memilih pilihannya.
Bukkkkkkkkk.....
.
.
.
.
.
itu suara tabrakan antara dua orang, entah siapa yang menabrak dan di tabrak Tidak ada yang tahu, mereka berdua sama sama berlari dan terburu buru.
Ara oleng ke samping lalu kebelakang ke samping lagi dan jatuh ke bawah begitupun dengan orang yang bertabrakan dengan Ara. untung saja mereka jatuhnya tidak bertubrukan
beberapa saat Ara masih tidak konsen dia hanya memegang pinggangnya yang terasa ngilu sedikit, rumput lapangan bola itu bener bener sangat membantu Ara, dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada pinggangnya jika tidak ada rumput lapangan yang lumayan tebal itu.
"sorry. Lo tidak apa apa?" tanya seseorang di depan Ara lebih tepatnya di atas Ara karena orang itu berdiri sedangkan Ara duduk di lantai lapangan, orang itu adalah orang yang tadi bertabrakan dengan Ara, dia sudah berdiri dan mengulurkan tangannya pada Ara.
Ara dapat melihat dengan jelas wajahnya tapi Ara tidak tahu Dan tidak kenal dia. tapi dia berniat baik maka Ara menerima uluran tangan itu dan mulai berdiri.
"qw beneran buru buru tadi. maaf sekali lagi" ucapnya lagi setelah Ara sudah berdiri dengan benar.
"O. gpp gpp qw gpp, tadi qw juga salah kok" respon Ara yang sudah sadar 100% dengan apa yang barusan terjadi.
"hehe... ya sudah kita berdua sama sama salah" ucapnya, senyuman yang manis dan terlalu mudah tidak seperti Alex yang sangat susah sekali untuk tersenyum fikir Ara.
Ara merapikan seragamnya yang sedikit berantakan, sedangkan orang itu memperhatikan Ara dengan seksama.
"Lo kelas berapa?" tanya orang itu penasaran
"kelas XII. oh iya lupa qw harus masuk kelas. qw duluan ya, maaf sudah nabrak Lo" ucap Ara terburu buru sambil menepuk dahinya pelan lalu kembali berlari menuju ke kelasnya.
"awas nabrak lagi" ucap orang itu sambil tersenyum lucu melihat tingkah Ara. Ara berbalik sebentar hanya untuk tersenyum kepada orang itu masih sambil berlari.
"kelas XII tapi kok qw belum pernah liat?" tanyanya pada diri sendiri. meskipun dia tidak kenal semua murid kelas XII tapi sebagian besar dia tahu apa lagi bagian perempuan bukannya dia playboy tapi cuman sekedar tahu saja.
"Alex" sapa pak galih guru mata pelajaran kimia di kelas Alex. ini pemandangan pertama pak galih sejak mengajar alex, melihat alex berada di luar kelas sambil memperhatikan sesuatu dengan seksama itu bener bener baru. biasanya setiap dia mau masuk kelas, Alex sudah berada di bangkunya dan dia tidak pernah fokus pada hal lain selain handphone dan papan tulis saja.
Alex berbalik mendengar sapaan itu, dia tahu siapa yang menyapanya. Alex menundukkan badannya sebentar sebagai tanda hormat sekaligus salam lalu masuk kedalam kelas dan duduk di bangkunya dengan diam tanpa mengucapkan satu kata pun.
pak galih sudah memaklumi sikap Alex yang seperti itu yang penting alex tidak pernah berulah di mata pelajarannya, nilai kimia Alex juga selalu di atas rata rata.
"qw kemaren liat Alex senyum" bisik salah satu teman kelas Alex yang kemaren memergoki Alex sedang tersenyum dia memberitahukan pada teman yang duduk di depan bangkunya.
teman yang di bisiki olehnya langsung menoleh dan mencari kebenaran dari ucapan temannya itu.
"Lo seriusan?" tanyanya.
"sumpah" jawabnya sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.
"di mana?"
"selamat siang anak anak" sapa pak galih pada anak anak XII IPA 1. Lala anak yang memergoki Alex tersenyum tidak jadi menjawab pertanyaan temannya saat mendengar sapaan pak galih di ambang pintu.
"siang pak" jawab seisi kelas serempak kecuali Alex yang diam seperti biasanya.
fikiran Alex kembali pada kejadian beberapa menit yang lalu. dia baru saja dari ruang guru untuk menjawab panggilan dari wali kelasnya, di perjalan balik ke kelasnya perasaan Alex sedang tidak baik setelah mendengar wali kelasnya memuji muji orang yang paling Alex benci.
mata Alex membulat sempurna, tangannya terkepal kuat dan langkahnya di penuhi dengan kemarahan.
Alex menyadari kalau dia sudah di dekat kelasnya, rasa ingin membolos sedikit tercipta di pikiran Alex. dia membelokkan langkahnya ke arah samping berhenti di dekat pembatas koridor lantai 2 yang langsung mengarah pada lapangan tengah.
Alex mencoba untuk meredam semuanya, namun tetap saja kejadian yang telah terjadi pada hidupnya tidak bisa hilang dalam fikirannya.
mata Alex tertuju pada dua murid di tengah tengah lapangan, mereka berdua sama sama berlari dan bertabrakan. Alex mengenal jelas siapa murid perempuan yang berada di sana, Ara, anak baru yang hanya beberapa hari dia mengenalnya namun sudah dapat membuat dirinya tersenyum.
cowok yang bertabrakan dengan Ara mengulurkan tangannya di depan Ara, pertamanya ara hanya melihatnya saja tapi akhirnya Ara menerima uluran tangan itu. Alex teringat dengan uluran tangan Ara yang tidak dia terima waktu itu. cowok itu berbicara sambil tersenyum ke arah Ara, dan Ara balas tersenyum ke arahnya.
kemarahan Alex sedikit reda dan hatinya tidak terlalu sakit saat melihat Ara tersenyum namun sayang, senyuman itu bukan untuknya. Ara menepuk jidatnya lalu berlari lagi menuju kelasnya. "apa dia atlet lari?" fikir Alex merasa kesal sekaligus lucu dengan kebiasaan Ara yang selalu berlari yang ujung ujungnya menabrak. setelah itu suara pak galih terdengar memanggil namanya.
pulang sekolah Ara berjalan bersama Ella menuju luar sekolah.
"qw bener bener gak sabar lulus sekolah dan memulai masa kuliah" ucap Ella dengan antusias.
"bisa memilih baju apa saja ke kampus dan tidak ada larangan berpacaran secara terang-terangan lagi" Ara hanya mendengar ocehan Ara tanpa minat yang berlebihan.
jujur Ara juga sedikit merasakan keinginan yang sama dengan Ella. namun kembali lagi, dia lelah belajar dia lelah di atur atur dan dia memiliki keinginan sendiri untuk jalan hidupnya. rasanya dia ingin memiliki alur yang berbeda dengan orang lain.
Ara melihat Alex yang tidak terlalu jauh darinya yang juga sedang menuju ke arah parkiran.
"Alex" ucap Ara agak keras, Ara nyakin Alex mendengarnya.
"hai....." tiba tiba ada yang menyapa Ara dan Ella dari samping. Ara melihat orang itu dan tersadar kalau dia adalah orang yang dia tabrak tadi di tengah lapangan. sedangkan Ella merasa terkejut karena Martin ketua tim volly putra sekolah ini yang juga banyak penggemarnya menyapanya sekarang.
"Martin" ucap Ella
"hai.... iya qw Martin" jawabnya sambil tertawa kecil.
jadi nama dia martin, Ella mengenal nya? fikir Ara sendiri. beberapa saat kemudian Ara menyadari kalau dia belum menjawab sapaannya.
"hallo...." ucap ara malu malu
"masih ingat qw?" tanyanya
"iya qw ingat" jawab Ara sambil mengangguk.
"kalian saling kenal?" tanya Ella yang tidak percaya Ara mengenal Martin.
"bisa di katakan iya dan tidak" jawab Martin sambil melihat ke arah Ara.
"maksudnya?" tanya Ella pada Ara
"qw tadi gak sengaja nabrak dia ell" jawab Ara sambil tertawa masam karena merasa oon dan malu. kok qw keseringan nabrak orang ya? tanya Ara sendiri.
"nabrak? " perjelas Ella
"iya" jawab Ara dan Martin mengangguk.
"ampun deh Ra, kebiasaan banget deh" Ara hanya tersenyum masam
"oh iya kenalin qw Martin " ucapnya pada Ara dan Ella
"haii... qw Ella" ucap Ella
"Ara" ucap Ara.
"gimana tadi telat masuk kelasnya?" tanya martin yang membuat Ara malu banget. Martin dan Ella sama sama tertawa melihat wajah Ara yang memerah seperti itu.
tidak jauh dari sana Alex melihat mereka dengan wajah datar. dia mendengar saat Ara tadi memanggil namanya. dia sempat berfikir kalau dia akan di ganggu lagi olehnya tapi tidak. orang itu mengubah segalanya, Ara tidak lagi memperhatikan nya, Alex tahu siapa orang itu, dia adalah orang yang bertabrakan dengan Ara tadi di tengah lapangan. mungkin untuk pertama kalinya kembali semenjak 5 tahun silam dia merasakan panas yang berbeda di dadanya tidak seperti hati hari biasanya dia lalui.
"wow" ucap Maxim di samping Alex yang merasa kagum sekaligus sedikit mengejek Alex karena melihat Alex seperti itu dari sekian lamanya Maxim tidak melihatnya.
"pemandangan yang begitu indah di saat melihat si raja es terpaku pada satu cewek" lanjut Maxim dengan nada di puisi puisi in.
Alex merasa kesal kenapa sepupunya itu harus melihat dirinya seperti itu. alex sangat menyesali kenapa dia harus memperhatikan Ara sekarang.
"ada yang cemburu ni" lanjut Maxim terus menggoda Alex.
" duhhh kasihan sepupu qw, qw panggil Ara ya" ucap maxim.
"diam. mau di anterin pulang gak" ucap Alex terlebih dahulu sebelum Maxim berteriak memanggil Ara.
Maxim terkejut dengan apa yang barusan Alex katakan? Alex nawarin pulang bareng?. jujur sejak kecil dia tidak pernah berboncengan atau satu mobil dengan Alex. pernah waktu itu Maxim meminta Alex nganterin dia karena motornya sedang di sita oleh ayahnya sehingga dia ke sekolah harus naik bus kota tapi Alex tanpa menjawab apa apa langsung melajukan mobilnya meninggalkan Maxim tanpa aba aba. pernah juga Maxim cuman numpang duduk di motor Alex, Alex langsung menatap Maxim dengan tatapan seperti ingin membunuh.
Alex berjalan duluan meninggalkan Maxim yang masih sibuk bergelut dengan fikirannya. dia menyadari Alex melangkah pergi dia cepat cepat menyusul Alex kesempatan ini tidak boleh dia lewatkan sedikitpun.