pagi Sabtu ini sangat cerah, dan seperti biasa Ara menunggu Alex di trotoar kelas lantai 2, sambil menyandarkan tubuhnya pada balkon Ara memindahkan tas kesayangannya pada bagian depan supaya tidak tertindih badannya.
berbeda dengan hari hari sebelumnya, hari ini Ara terlihat murung dan tidak bersemangat. Ara menundukkan kepalanya sambil memainkan bolpoin di tangannya sedangkan fikirannya sedang tidak karuan.
kejadian masa lalunya kembali teringat jelas, kejadian yang ingin sekali Ara ubah alur ceritanya namun sayang,Ara tidak bisa mengubahnya malah dia terus terusan terjebak dengan masa lalu itu.
sebenarnya kejadian itu tidak pernah terlupakan bagi Ara dan Ara selalu bisa menyembunyikan rasa sedihnya itu. Namun berbeda dengan pagi hari ini tiba tiba nenek Ara yang sudah lama tidak mengungkit kejadian itu kembali mengungkitnya. nenek Ara menelfon papa Ara dengan emosi sambil menyalahkan Ara dengan kejadian yang menimpa Iqbal.
seperti dahulu papa dan neneknya akan bertengkar ringan, papa Ara membela Ara bahwa Ara tidak sengaja dan kejadian waktu itu Ara masih muda namun, nenek Ara tidak terima alasan itu dia masih terus terusan menyalahkan Ara atas kejadian itu.
ayah dan mama Ara tidak memberitahukan pertengkaran dengan neneknya pada Ara tentunya demi kebahagiaan ara,
sayang Ara mendengar sendiri secara tidak sengaja saat hendak turun dari kamarnya.
setelah turun dan menemui mereka di meja makan Ara bersikap tidak mendengar apa apa, seperti apa yang dilakukan papa dan mamanya. dia membuat alasan harus cepat cepat sampai di sekolah karena ada tugas yang harus di selesaikan bersama temannya,sehingga dia dapat membawa sarapannya tidak perlu sarapan di rumah terlebih dahulu menghindari orang tuanya lah sebenarnya tujuan utamanya.
sesampai di bus, Ara tidak dapat membendung kesedihannya meskipun dia berusaha keras untuk tidak menangis tapi air matanya tetap saja menetes, mungkin ini efek dari saking dalamnya Ara membendung perasaannya beberapa hari ini.
Alex melihat Ara dari kejauhan, entah kenapa pemandangan Ara sedang menunggunya menjadi pemandangan indah di sekolah ini. Namun, Dia merasa ada yang berbeda dengan Ara, tidak seperti biasanya di mana mata Ara yang selalu jelalatan memandang ke mana mana, hari ini Ara menundukkan kepalanya dengan waktu yang lama. bahkan hingga Alex berjalan di depannya Ara tetap saja menunduk. Alex terus melangkah melewati Ara meskipun dalam hatinya dia ingin menyapa dan bertanya tanya.
Ara tersadar dari lamunannya dan melihat Alex berjalan beberapa langkah di depannya. dia cepat cepat mengusap wajahnya berharap bekas air matanya tidak terlihat.
"pagi Alex" sapa Ara sambil mensejajarkan langkahnya dengan Alex. Alex melihat ke arah Ara sebentar dia dapat melihat kesedihan di wajah Ara meskipun Alex tau Ara berusaha menyembunyikannya. Alex juga tau kalau Ara selesai menangis.
"Alex kok gak nyapa aku tadi sih" ucap Ara
"kalau ketinggalan kan percuma qw nungguin Lo di sana" lanjutnya.
"gak usah ngelamun" ucap Alex jelas dan sarkas tentunya (hahahahaha) Ara terdiam mendengar ucapan Alex. dia bingung mau berkata apa.
"qw... gak ngelamun" ucap ara pelan dan samar samar.
Alex dapat merasakan ada kesedihan di suara Ara, dia dapat menyimpulkan bahwa Ara memang sedang bersedih.
"Alex udah sarapan?" tanya Ara.
"kalau belum aku bawa bekal. mau gak?" tawar Ara sambil menepuk tasnya yang masih di gendong depan.
"enggak" jawab Alex.
"ok"
"Alex kapan main basket lagi?" tanya Ara.
Alex membiarkan pertanyaan Ara seperti biasanya dia tau Ara hanya basa basi saja.
lama lama alex jengah dan kawatir melihat Ara yang kebiasaan berjalan tidak melihat ke depan.
"jalan liat depan"
"enggak" respon Ara cepat. Alex terkejut mendengar ucapan Ara dia langsung berhenti berjalan dan menatap tajam ara.
"Maksud qw.... iya qw liat depan" ucap Ara kikuk saat melihat Alex menatapnya tajam. jujur tadi Ara keceplosan mengatakan tidak, sebenarnya memang dia sengaja ingin menyembunyikan wajahnya dari orang orang lebih tepatnya ara tidak nyakin dengan wajah keduanya saat ini. Alex masih terus menatap Ara yang sebisa mungkin mengalihkan wajahnya dari Alex 'tidak seperti biasanya' fikir Alex.
"Alex qw ke kamar mandi dulu ya. Lo jalan duluan aja gak usah nungguin qw hehehe" ucap Ara kepedean sambil nyengir nyengir.
Alex yang mendengarnya menghembuskan nafasnya kasar menunjukkan kalau dia memang tidak ada niatan menunggu Ara.
Ara yang melihat Alex menghembuskan nafasnya dan memutar bola matanya ketawa kecil lalu berlari kecil menuju kamar mandi.
sesampai di kamar mandi, Ara cepat cepat mencuci mukanya sebersih mungkin dia tidak peduli dengan bedak tipis yang tadi dia gunakan, dia melihat wajahnya sebentar
"aku ingin pintu Doraemon" ujar Ara pada dirinya sendiri.
"haii..... " sapa Ara pada salah satu siswi yang juga ada di sana.
"haiii" sapanya balik.
"Lo bawa lipstik yang warnanya gak terlalu terang ?" tanya Ara
"ada"
"qw boleh minta. tadi qw lupa bawa"
"ok" siswi itu mengambil sesuatu dari dalam tasnya lalu menyerahkan pada Ara. Ara menerimanya lalu mengoleskan sedikit lipstik pada bibirnya.
"makasih ya" ucap Ara sambil mengembalikan pada orangnya.
"sama sama" jawabnya.
"qw duluan ya" ucap ara
"oke"
sebelum melangkah keluar pintu kamar mandi, Ara terlebih dahulu menarik nafas dalam dalam lalu menghembuskan pelan pelan. Ara juga berlatih tersenyum lebar dan merenggangkan otot otot mulutnya.
"ok. I am ready" ucap Ara dengan wajah kembali bahagia.
***
jam istirahat
"Ara kantin yuk" ajak Ella pada Ara yang sedang ngobrol receh dengan salah satu teman kelasnya.
"ok" jawab Ara.
"qw ke kantin dulu mi" ucap Ara pada Mia teman yang barusan ngobrol dengannya.
"ok Ra" jawabnya.
Ara dan Ella berjalan ke kantin sambil saling bercanda dan tertawa lebar. pemandangan itu berbeda sekali dengan pagi tadi, siang ini Ara terlihat ceria dan bahagia.
"tu adek kelas ganteng deh Ra"
"mana?" tanya Ara
"itu" tunjuk Ella pada segerombolan adek kelas cowok yang sedang bermain basket.
"tau aja mata Lo ell" ucap Ara sambil menepuk pundak Ella.
"iya dong, qw lah" respon Ella PD dan sombong.mereka berdua pun saling ketawa dan berangkulan sambil berjalan.
Alex melihat Ara yang tertawa bahagia dari kejauhan, terlihat berbeda sekali dengan Ara tadi pagi. 'apakah suasana hati Ara sudah baik atau dia hanya menutupi kesedihannya?' tanya Alex dalam hati karena dia nyakin pagi tadi Ara sangat sedih dan tidak mungkin secepat itu bisa melupakannya. seperti dirinya.
"Ra Lo mau makan apa? biar qw pesenin." ucap Ella setelah sampai di dalam kantin.
"bakso sama air mineral ell" jawab ara
"ok. Lo cari tempat dulu da"
"ok"
siang ini kantin terlihat penuh seperti biasanya. Ara melihat ke sekeliling mencari meja kosong. pada akhirnya dia menemukan meja yang baru di tinggal oleh pengguna sebelumnya.
"hallo" sapa beberapa siswa yang sebenarnya Ara tidak kenal. Ara membalasnya dengan senyuman dan lambaian tangan.
"hai Ra" sapa Maxim lalu duduk di bangku kosong seberang meja Ara.
"Lo xim"
" sendirian?"
"sama Ella, lagi mesen dia" Maxim mengangguk mendengarnya.
"gak bareng Alex?" tanya Ara
"enggak. bareng sama dia terus terusan lama lama qw bisa mati beku Ra" jawab Maxim dengan muka kesel. Ara tertawa kecil mendengarnya.
"Lo beneran sepupunya dia?" Maxim mengangguk matanya fokus pada layar handphone nya.
"kenapa? Lo gak percaya?" tanya Maxim akhirnya setelah meletakkan handphone nya di atas meja.
"ya.... percaya. cuman..... keluarga dia baik baik saja? maksudnya...." Ara tidak enak mengatakannya.
"ibunya Alex sudah meninggal. papanya masih ada tapi Alex gak tinggal bersamanya"
'jadi ibu Alex sudah meninggal' ucap Ara dalam hati.
"kenapa?" tanya Ara lagi
"qw juga gak tau kalau itu Ra. jujur ibu qw aja selaku adek nya papanya Alex dia tidak tau" Ara diam mencerna ucapan Maxim.
"setau qw dulu waktu ibu Alex baru baru meninggal Alex masih tinggal dengan papanya, tapi beberapa bulan kemudian dia mulai tinggal sendirian"
"dia tidak punya keluarga lain? maksudnya selain ibu Lo"
"kakek kita masih ada Ra, sebenarnya dia yang masih mengendalikan sebagian besar hartanya. dia juga cukup kuat untuk memarahiku dengan usia tuanya" ucap Maxim sambil tertawa mengingat dia yang selalu kena omel kakeknya karena kenakalannya.
Ara ikut ikutan tersenyum mendengarnya dia tau Maxim tidak ada rasa benci sama sekali pada kakeknya.
"Maxim" sapa Ella sambil membawa 2 botol minuman.
"hai ell"sapa balik Maxim
"Lo gak mesen?" tanya Ella
"iya bener. qw lupa, qw mesen makanan dulu ya"
"ok" ujar Ella Ara mengangguk mengiyakan.
"seru banget kayaknya lagi ngobrolin apa kalian?" kepo Ella sambil duduk di samping Ara
"enggak ada biasa aja ell"
"qw tau pasti lagi ngobrolin Alex kan" goda Ella pada Ara.
"apaan sih ell"
"udah deh gak usah boong sama qw, gpp kok Ra" Ara tersenyum mendengarnya dia juga tidak bisa mengelak terus terusan pada Ella bisa bisa dia malah terus terusan menggodanya.
'bener kan apa kata qw, Alex pasti ada masalah. tapi apa masalah Lo sampai Lo gak mau bersosialisasi sama semua orang Lex?' ujar dan tanya Ara dalam hati.
" qw malah kebalikannya"
"Lo ngomong apa Ra?"
"ha? enggak. tadi qw lagi ngingat ngingat ujian nanti" Ella mengangguk tanda mengerti. Ara tersenyum masam menanggapinya.