Ara melihat dengan seksama bagaimana Alex bermain di lapangan, cara dia berlari, ngoper bola, meloncat bahkan saat Alex mengelap keringatnya Ara juga melihat dengan baik.
tanpa Ara inginkan dia bener bener terpesona dengan Alex sejak saat itu. dari saking terpesonanya Ara tidak lagi bersorak atau berteriak sambil memanggil manggil nama Alex atau pemain lainnya seperti kebanyakan orang di sana. dia terdiam dengan mata yang terus mengikuti kemanapun Alex bergerak. dalam hati dia memikirkan apa yang terjadi dengan Alex dan bagaimana cara menaklukkan orang itu.
prittttttt..... prittttttt...
peluit panjang berbunyi menandakan bahwa permainan telah selesai dengan kemenangan tim Alex atau sekolah Ara.
hampir dari seluruh orang yang berada di dalam lapangan itu bersorak gembira termasuk Ara dan Ella.
Tim Alex juga tidak kalah bahagia dan bersorak atas kemenangan nya di tengah lapangan. berbeda dengan Alex yang hanya menunduk sambil memegang lututnya entah bagaimana ekspresi nya tidak ada yang bisa melihatnya.
dalam hati Alex dia senang bisa memenangkan pertandingan kali ini dan mungkin menjadi pertandingan terakhirnya di sekolah ini.
sebenarnya dia ingin bersorak dan berteriak bahagia seperti teman satu timnya yang lain tapi dia tidak bisa, dia lebih memilih menunduk sambil memegang lututnya dan melepaskan rasa lelah yang dia rasakan tanpa ada yang bisa melihat ekspresinya.
Alex tidak tahu mengapa dia ingin sekali melihat kearah tribun yang biasanya tidak pernah dia pedulikan dari dulu.
Alex mengangkat kepalanya dan melihat sebentar ke arah tribun yang masih ricuh dengan teriakan dan sorakan. dia bisa melihat dengan jelas bagaimana Ara juga berteriak sambil meloncat loncat kegirangan bersama temannya di sampingnya. Alex cepat cepat memalingkan pandangannya berharap tidak ada yang bisa melihatnya meskipun hanya beberapa detik saja dia melihat kearah tribun.
Alex berjalan ke arah tempat istirahat bagian timnya. dia membuka tasnya namun, dia tidak bisa menemukan barang yang dia cari di sana. Alex dapat mengingat dengan betul bagaimana dia tadi membawa dan meletakkan sendiri botol minumnya di dalam tasnya.
di tengah kebingungan Alex mencari botol minumnya, Maxim nyamperin Alex yang sudah tahu apa yang sedang Alex cari.
"Napa Lo Lex?" tanya Maxim pura pura tidak tahu
Alex tidak menghiraukan sepupunya itu dan tetap saja mencari cari mungkin tadi dia sempat mengeluarkan botol airnya dari dalam tasnya.
"botol air Lo hilang?" tanya Maxim yang membuat Alex berhenti mencari dan menatap Maxim curiga.
"eitsss... santai bro. qw gak ngambil air Lo. qw cuman nebak doang" bela Maxim duluan yang tau Alex sedang mengira dirinya mengambil airnya, sebenarnya iya sih dia yang ngambil hehe.
"Lo liat?" tanya Alex akhirnya bicara
Maxim bener bener syok Alex berbicara padanya, meskipun hanya dua kata itu tapi itu bener bener suatu hal yang luar biasa.
maxim masih ingat kapan terakhir Alex berbicara dengannya, 8 bulan yang lalu saat dia dan Alex terlibat perkelahian di rumahnya saat Alex menemui nenek Alex.
"Lo ingat gak kapan terakhir Lo bicara sama qw?" malah kalimat itu yang keluar dari mulut Maxim menyimpang dari pertanyaan yang Alex utarakan.
"ok ok. qw gak liat" lanjut Maxim yang sadar kalau bukan itu yang ingin Alex dengar. setelah itu Alex kembali bingung mencari botol airnya.
"ni" sodor Maxim pada Alex sebotol air mineral milik Ara.
"qw tahu Lo kehausan Lex, qw juga tahu kalau Lo gak biasa minum minuman lain selain air setelah latihan atau tanding" lanjut Maxim.
"ini air mineral asli Lo Lex, gak qw racunin, segelnya juga belum kebuka dan Lo pasti tau merk ini kan lex" lanjut Maxim agak gemess karena Alex masih saja diam.
"qw saranin mendingan Lo minum ni air dulu baru cari air Lo lagi, kantin juga jauh Lex atau Lo lebih memilih nerima pemberian air dari fans Lo di sana" ucap Maxim sambil menunjuk sekumpulan siswi yang menunggu Alex sambil membawa berbagai macam minuman padahal sebenarnya mereka tahu Alex tidak bakal nyamperin dan menerima minuman mereka tetapi mereka tetep saja selalu melakukan itu saat Alex bertanding.
"gitu banget Lo Lex sama sepupu Lo sendiri" ucap Maxim kesel dengan sikap Alex.
jujur Alex sangat haus sekali, biasanya setiap dia selesai latihan atau tanding dia akan langsung minum air mineral untuk mengganti ion di tubuhnya yang berkurang. Alex tidak terbiasa minum minuman lain selain air putih atau mineral.
Alex sangat bingung dan penasaran kemana pergi botol air minumnya. dia sangat nyakin kalau dia membawanya tadi.
apa yang di katakan maxim bener juga, kantin jauh dari sini dan dia tidak mungkin mengambil minuman dari salah satu orang yang membawakan minuman untuknya.
mungkin tidak ada salahnya dia menerima pemberian dari sepupunya yang dia tidak anggap itu. selama ini dia juga tidak pernah membuat dirinya kesusahan besar, dia juga setuju untuk tidak memberitahukan pada siapapun bahwa dia sepupunya fikir Alex.
Alex mengambil botol air dari tangan Maxim membuka tutupnya dan meminum isinya sampai habis. tanpa Alex sadari Maxim melihat kearah Ara yang juga melihat kearah mereka, Maxim mengacungkan jempolnya sambil nyengir lebar.
sedangkan Ara dan Ella sama sama syok di tempatnya, mereka bener bener tidak percaya Alex meminum air mineral Ara.
"Ra... itu botol air yang Lo beli tadi kan?" tanya Ella meyakinkan apa yang dia liat mungkin saja dia salah lihat fikirnya. Ara mengangguk sambil terus melihat Alex yang sudah membuang botol kosongnya pada tempat sampah.
"Lo harus bilang makasih Lex" ucap Maxim lalu berlalu dari samping Alex sambil tertawa bahagia. Alex mengartikan kalau dia harus berterima kasih pada Maxim dan dia tidak akan melakukan itu.
di perjalan menuju keluar sekolah Ara dan Ella masih tidak percaya dengan apa yang dia liat tadi.
"itu tadi beneran Alex kan ell?" tanya Ara masih tidak percaya sekali, ada rasa bahagia dalam diri ara.
"iya bener Ra. bentar Ra! qw bener bener gak habis fikir bagaimana dia bisa minum air dari Lo. Ra Lo pasti ada yang di sembunyikan dari qw kan!!" tuduh Ella karena gak mungkin jika tidak ada apa apa antara Ara dan alex, Alex bakal dengan mudahnya Nerima air yang diberikan Alex.
"apaan qw gak ada apa apa sama Alex" bantah Ara
"Lo boong kan Ra!"
"seriusan ell, qw juga gak nyangka. qw baru kenal Alex ya saat nabrak dia di koridor waktu itu. bukan. bukan kenal tapi tahu"
"Lo tau Ra, betapa banyaknya orang yang mencoba memberikan minuman pada Alex tapi di lirikpun tidak pernah?" tanya Ella yang pasti Ara tidak tahu jawabannya.
"bisa saja Maxim bilang itu bukan dari qw ell" ucap Ara yang mulai berfikir benar otaknya.
"bisa saja. tapi tetep saja setau qw Alex gak pernah minum air selain dari botol minumannya sendiri Ra" ucapan Ella membuat Ara tambah bingung
"seriusan?" tanya Ara penasaran
"nih qw cerita. dulu waktu kelas 2 ada salah satu murid tercantik sekolah ini bahkan bisa di katakan bintang sekolah nyamperin dia di lapangan saat baru selesai tanding. di sana masih banyak orang yang melihatnya termasuk qw mangkanya qw tahu. dia membawa sebotol air mineral yang diberikan pada Alex. tapi Lo tau apa yang dia lakukan? dia bener bener tidak melihatnya sedikitpun, saat cewek itu memanggilnya Alex hanya diam sambil membelakangi dan saat cewek itu menyodorkan air mineral yang dia bawa di sampingnya, Alex langsung ngambil tasnya dan berlalu dari sana tanpa sepatah katapun" Ara memahami apa yang di katakan Ella dia berfikir kembali bagaimana dia pernah juga berada di posisi itu tapi untung saja tidak sedang di tonton banyak orang sialnya dia malah nabrak pak Bambang.
"padahal banyak sekali yang ngejodohin tu cewek sama Alex. mereka sama sama cantik dan bintang sekolah " lanjut Ella.
"cantik banget dia?" tanya Ara yang mulai penasaran bagaimana rupa cewek itu.
"cantik, dia juga pintar" jawab Ella
"kalau sama qw cantikan mana ell?" tanya Ara serius tapi dia berusaha di bercanda candain agar tidak terlalu mencolok kalau dia penasaran
"Lo juga cantik sih ra, tapi dia tu anggun gak kanyak Lo, dan bodinya lebih semok dari pada Lo" Ara bener bener tidak Suka jika ada yang berbicara tentang tubuhnya ingatannya langsung kembali pada kejadian 2 tahun lalu.
"Lo Napa jadi nanyak dia Ra?"
"gpp ell..... bus qw udah datang tu ell, qw balik dulu ya"
"ok. hati hati Ra" Ara dan Ella saling melambaikan tangannya lalu Ara masuk kedalam bus yang menuju kearah rumahnya.
Ara menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi bus, dia membuka jendela bus dan menikmati angin sore yang mulai malam. rasa dingin yang dirasakan orang lain tidak dirasakan oleh Ara .
"apaan sih Ra, dia kan Alex bukan dia. bisa saja Alex tidak tertarik sama cewek yang bodinya kanyak biduan dangdut " ujar Ara sendirian.
"Alex bahkan tidak Nerima tu cewek jadi dia gak suka dong sama cewek yang bodi gitu." lanjut Ara sendirian.
"ehhh apaan sih qw? Ara sadar dong masak Lo suka sama orang yang gak ada akhlak gitu?" Ara mencoba menyadarkan dirinya sendiri.
"aaaaaa..... sial apaan sih qw" Ara merasa kesal kenapa dia harus suka sama orang kanyak alex, dia mencoba melupakan semuanya beralih mendengarkan lagu dari handphonenya.