"ell qw ke kamar mandi dulu ya, kebelet pipis ni" ucap Ara pada Ella
"bentar lagi bel masuk Ra"
"iya tau. tapi qw udah gak tahan"
"terus gimana?" tanya Ella yang bingung maunya Ara bagaimana
"qw lari aja deh" sebelum mendapat persetujuan dari Ella ara sudah berlari duluan karena bener bener kebelet pipis.
"njirrr..... cantik cantik kelakuannya gak feminim banget ya" ujar salah satu cowok teman kelas Ara
"itu yang qw suka ndre" respon Bima dari arah bangkunya.
"iya tapi Ara nya gak suka sama Lo" celetuk Sindi yang langsung mendapat teriakan dan tertawaan dari seluruh teman kelasnya.
"sabar aja Bim" ucap Andre pura pura nenangin Bima padahal dia ikut ikutan ngeledekin Bima tadi.
"ayam kalian semua" ucap Bima di sarkas sarkasin.
kringngggg kringggggg
bel masuk sudah berbunyi, Ara baru selesai menyelesaikan kebelet nya dia buru buru mencuci tangannya lalu keluar kamar mandi dengan terburu buru.
tanpa Ara sengaja lagi dia hampir saja menabrak Alex di belokan kelas dari kamar mandi. Ara sekuat mungkin mencoba mengerem dirinya untuk tidak menabrak cowok itu tapi tetep saja usaha Ara tidak membuahkan hasil 100% dia tetap menabrak Alex namun mereka tidak sampai terjatuh kelantai.
tubuh arah terbentur dengan tubuh Alex yang menurut Ara cukup keras. untung saja kedua tangan Ara berada di depan dadanya sehingga hal yang tidak diinginkan tidak terjadi begitu saja.
Alex dapat menahan tabrakan Ara meskipun mereka sempat terhuyung ke belakang beberapa langkah. secara spontan dan tanpa sengaja Alex memegang kedua pundak Ara dengan tangannya sendiri. beberapa detik mereka bisa di katakan sangat dekat dan apakah itu bisa di katakan pelukan?
respon Ara dan Alex sama sama cepat mereka langsung saja melepaskan diri setelah tidak terhuyung lagi kebelakang. Ara melihat ke arah Alex yang mukanya masih sama aja kanyak biasanya. Alex melihat kearah Ara sebentar hanya sebentar dan sangat sebentar mungkin seperkian detik lalu berlalu dari sana tanpa sepatah katapun bahkan Ara masih belum berkata apa apa.
jujur Ara kesal dengan sikapnya, tapi Ara keburu ingat kalau ini sudah jam mata pelajaran, dia melanjutkan acara larinya ke arah kelasnya mencoba melupakan apa yang barusan terjadi.
"kenapa sih qw harus nabrak dia lagi" maki Ara di dalam hati.
untung saja sesampai di kelas guru mata pelajarannya masih belum ada, Ara cepet cepet masuk kelas dan duduk di bangkunya.
"Ra " panggil Ella dari arah belakang
"Napa?" tanya Ara sambil berbalik melihat Ella
"muka Lo kok Agak merah?"
Ara kebingungan sendiri mau jawab apa ? masak iya mukanya merah? Ara mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya 'apaan sih gak ada hubungannya lah. tidak dia tidak boleh cerita ke ella kalau enggak Ella pasti bakal ngira aneh aneh' ucap Ara dalam hati.
"itu qw habis lari lari mangkanya merah gitu. biasa capek" jawab Ara
untung saja Ella percaya, dia menganggukkan kepalanya lalu guru mata pelajaran memasuki kelas.
~pulang sekolah~
"Ra langsung pulang ni?" tanya Ella pada Ara
"kalau Lo?" tanya Ara balik
"enggak tau bingung"
"kita ke Gramedia gimana? qw mau cari cari buku di sana, siapa tau ada yang cocok" ajak Ara
"boleh tuh" jawab Ella.
di perjalan keluar sekolah Ara berpapasan dengan alex. seperti biasa Alex tetap memasang wajah seperti biasanya. berjalan lurus kedepan tanpa memperhatikan di sekelilingnya. Ara fikir kalau tiba tiba ada yang ngelempar batu dari arah samping tu orang tidak bakal tahu padahal Ara lebih tidak tau kalau Alex memiliki refleks yang sangat cepat tapi entah kenapa saat sama Ara dia tetap saja tertabrak.
beda dengan Alex, Ara secara terang terangan melihat kearah Alex. di dalam hati Ara berkecamuk apakah dia harus meminta maaf atas kejadian tadi atau tidak usah. setan putihnya menyuruh untuk meminta maaf karena Jujur itu tetap kesalahan Ara meskipun tidak sengaja. sedangkan setan merahnya menyuruhnya tidak usah minta maaf karena sifat cowok itu yang minus banget.
Ara masih belum menentukan jawabannya sampai Alex sudah melewati dirinya.
"Ra Ra..." panggil Ella yang bingung melihat Ara terus terusan melihat kearah Alex
"iya"
"Lo Napa liatin Alex terus terusan?" Ara tiba tiba tersadar saat mendengar pertanyaan Ella itu, matanya langsung berubah menjadi bulat besar.
"tungguin qw ell"ucap Ara buru buru sambil berlari kearah Alex berjalan tadi.
"eh eh Ra Lo mau kemana?"teriak Ella
"tungguin qw" teriak Ara lagi yang orangnya sudah hilang di belokan, Ara bener bener gak peduli dengan banyaknya orang yang melihatnya sepanjang dia berlari.
"mau ngapain sih dia?" tanya Ella sendiri. karena Ella males berlari dan mengejar ara maka dia memutuskan menunggu Ara saja di sana sambil memakan camilan Ara yang tadi di berikan Ara secara mendadak sebelum berlari.
Ara celingukan mencari keberadaan Alex dia fikir Alex berjalan kearah ini tadi. Ara melihat pintu ruangan ganti anak basket baru saja tertutup, apakah Alex masuk kesana ? fikir Ara.
Ara membuka pintu itu pelan pelan dia melihat di dalam ruangan hanya dengan kepalanya sedangkan badannya masih berada di luar ruangan. Ara melihat sekelebat Alex yang berjalan ke arah rak rak baju. Ara memutuskan untuk masuk, dia juga tahu kalau ruangan itu bukan cuman khusus untuk murid cowok tapi murid cewek juga bisa, hanya saja karena di sekolah Ara cewek yang berminat basket sangat sedikit hampir tidak ada maka sangat sangat jarang ada siswi perempuan yang masuk keruangan itu.
Alex hampir saja masuk kedalam kamar ganti baju khusus cowok di dalam ruangan tadi tapi Ara cepat cepat menyapanya.
"Alex" ucap Ara di belakang Alex. Alex berhenti melangkah lalu melihat kearah Ara.
mereka sama sama diam, baik Ara maupun Alex tidak bersuara apa apa. Alex merasa jengah dengan Ara yang hanya diam dan membuang buang waktunya, dia kembali melanjutkan langkahnya namun, kembali di hadang oleh Ara.
"Lo bisa gak sih dengerin orang ngomong dulu gak asal pergi kanyak gitu"
Alex memasukkan tangannya pada saku celana sambil memandang Ara. Ara paham yang di maksud Alex itu menyuruh Ara bicara.
"qw.... mau minta maaf atas kejadian tadi" ucap Ara pelan sambil tersenyum kecil pada Alex.
"ok" jawab Alex lalu kembali ingin melangkah tapi keburu lengannya di pegang oleh Ara.
"Lo ada masalah sama qw?" ucap ara, sebenarnya Ara tau kalau Alex memang bersikap seperti itu ke semua orang tapi itu cuma triknya saja untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Alex.
Alex melihat kearah Ara jengah ,dia gak tau kalau Ara adalah murid baru sehingga dia mengira itu hanya akal-akalan ara saja untuk mengganggunya. bagaimana bisa dia tidak tau padahal dia sudah bersikap seperti itu pada semua orang sejak dia bersekolah di sini. Alex melepas pegangan Ara di lengan kanannya sedikit kasar.
Ara tersentak sebentar melihat tangannya yang di hempaskan kasar oleh Alex lalu kembali melihat kearah Alex yang tidak melihat kearahnya. dia tadi beneran gak sadar kalau dia belum ngelepasin tangan alex. Ara sebenarnya sudah agak marah juga dengan sikap Alex tapi dia mengingat kembali apa yang di katakan Ella kemaren.
"saat kemenangan pertandingan basket sekolah kita melawan sekolah Glenn high school satu tahun lalu. sumpah hampir semua murid cewek sekolah ini yang ngeliat senyum dia tiba tiba langsung diam, bahkan sampai ada yang nangis.namun, itu hanya beberapa saat saja aku kira tidak nyampe satu menit Alex kembali ke sifat aslinya. sumpah Alex 100 X lipat lebih ganteng saat tersenyum." jawab Ella antusias diselingi wajah sedih karena tidak bisa melihat senyum Alex setiap hari kemaren.
tiba tiba ada yang datang dan melihat Ara dan Alex di sana.
"woow" ucapnya
"hallo Lex, Ara bukan?" ucap cowok itu sambil melambaikan tangannya pada Alex dan ara
Ara mengangguk tanda benar
Alex langsung berlalu dari sana saat melihat salah satu tim basketnya itu berada di sana. dia nyakin orang itu akan terus mengoceh tidak jelas dari sekarang,sejak dulu dia belum pernah terlihat hanya berdua dengan seorang cewek.
"sial" maki Alex dalam hati.
"kenalin qw Maxim" ucap cowok tadi pada Ara setelah Alex berlalu.
"Ara" ucap Ara.
"Lo anak baru bukan?" tanyanya
"iya" jawab Ara sambil tersenyum kecil.
"udah gak usah di pikirin, Alex memang gitu sikapnya" ucap Maxim seakan tidak tau kalau sebenarnya Ara sudah tau. Ara hanya mengangguk saja menanggapi ucapan Maxim
"Lo temannya Alex?" tanya aRa
"teman?" Maxim malah tertawa sendiri mendengar pertanyaan Ara.
"Napa tertawa?" tanya Ara bingung
"dia gak mau temenan sama qw Ra" jawab Maxim
"seriusan? tapi kanyaknya Lo biasa aja nyapa dia tadi"
"qw sama dia satu tim basket, udah sejak kelas 1. tapi tetep aja dia gak mau temenan sama qw "
"emang gila tuh orang ya" Ara bener bener gak habis fikir bagaimana Alex bisa hidup selama ini.
"hahahhahaa. qw rasa gitu juga tapi tetep saja dia banyak penggemarnya" Ara menggeleng gelengkan kepalanya mendengar ucapan Maxim.
"jujur qw baru liat ada cewek yang nyentuh tangan dia " ucap Maxim
"maksud lo qw?" tanya Ara penasaran?