Chereads / ARA / Chapter 4 - bab 4

Chapter 4 - bab 4

"iya" jawab Maxim enteng

"seriusan? tapi iya sih siapa juga yang mau Deket Deket sama orang kanyak dia" ucap Ara tanpa menyadari kalau dirinya sendiri yang ngejar Alex.

"hahahahha... Lo gak tau aja berapa banyak cewek yang ngejar dia, tapi belum ada yang berani nyentuh dia kanyak Lo tadi" Maxim merasa sedikit bangga pada Ara

"ehhh tunggu dulu. sebenarnya qw gak megang dia secara sadar ya. tadi itu qw cuman spontan aja mau cegat dia, jadi qw pegang aja lengannya" Maxim mengangguk ngangguk tanda paham apa yang dikatakan Ara

"terus kelupaan deh yang mau di lepas, tapi tetep aja qw lagi gak sadar" lanjut ara.

"Lo kira Lo pingsan Ra?" tanya Maxim lucu mendengar ucapan Ara

"ya bukan, ya tapi qw gak nyadar aja megang dia" ucap Ara lagi gak keterima kalau sampai Maxim ngira yang macam macam.

"ok ok santai saja qw juga gak masalah Lo megang dia hahaha. oh iya besok sore tim sekolah kita ada persahabatan dg sekolah sebelah."

"persahabatan basket?"

"iyalah masak bola kan qw cuman jadi tim basket Ra"

"ya mana qw tau, qw kan anak baru" bela ara

"iya juga sih"

"terus..... Alex main ?" tanya Ara pelan takut orangnya mendengar dari dalam ruangan ganti cowok.

"jelas lah, dia kan masih kapten tim. datang aja sepupu qw 5 X lipat lebih ganteng saat main basket kata adik qw sih bukan kata qw"

"siapa juga yang mau nonton dia. ehh bentar Lo tadi bilang apa? sepupu Lo?" Ara gak salah dengar tadi kan?

"Iya alex sepupu qw, and jangan bilang ke siapa siapa. di sekolah ini hanya anak basket saja yang tau kalau dia sepupu qw"

"Lo seriusan. Lo sama dia sepupuan? dan dia tetep aja dingin sama Lo?" Maxim mengangguk mendengar pertanyaan Ara, sebenarnya agak miris ya di dinginin sama sepupu sendiri tapi ya memang begitulah sikap Alex fikir maxim.dan Maxim masih tetep menganggap alex sepupunya.

Ara bener bener gak habis fikir dengan cowok satu itu. dia kira alex hanya dengan orang luar saja akan bersikap dingin. tapi dengan sepupunya sendiripun dia masih bersikap dingin. entah bagaimana cara dia berfikir.

"Lo kok mau sih ngakuin dia jadi sepupu Lo?" kalau Ara mah ogah banget punya sepupu gak ada akhlak seperti itu.

setelah Ara mengucapkan kalimat itu Alex keluar dari dalam ruang ganti. tubuh Ara langsung tegang takut Alex mendengar apa yang dia katakan tadi. tapi tetep aja Alex ya Alex dia hanya berjalan seperti biasanya diantara Maxim dan ara.

"dia dengar gak sih?" tanya Ara setelah Alex masuk kedalam ruangan yang langsung menuju pada lapangan basket indoor sekolah.

"udah gak usah dipikirin, dia gak peduli apa kata orang" Ara berharap hal itu benar untuk saat ini.

"ya udah ya Ra, qw ada latihan dulu. qw harap besok sore Lo bisa nonton Alex" ucap Maxim sambil mengacungkan jempolnya sambil memasuki ruangan yang di masukin Alex tadi.

Ara menarik nafas dalam dalam lalu menghembuskannya. setidaknya dia tau sesuatu hal yang baru lagi tentang Alex meskipun itu tetap saja gak bisa mengubah kenyataan Alex tetap dingin padanya.

Ara melangkah keluar ruangan dan berjalan menuju kearah Ella tadi yang dia tinggalkan. "qw cerita enggak ya sama Ella kalau Maxim sepupu Alex? tapi kan Maxim nyuruh jangan bilang ke siapa siapa, qw juga gak nyakin tu mulut Ella bisa jaga rahasia" akhirnya Ara memutuskan untuk tidak menceritakan pada Ella.

"Ella" ucap ara tiba tiba dari arah belakang yang membuat Ella kaget, untung saja dia tidak punya penyakit jantung.

"apaan sih Ra. kaget qw... kalau qw jantungan gimana?"

"tapi Lo gak jantungan kan ell" jawab Ara

"ahhhh udahlaah. Lo tadi kemana sih? "

"kemana ya?" tanya Ara pura pura mikir

"gak usah kira qw bodoh. jelas jelas Lo ngejar Alex kan" ucap ella yang mendapat senyuman lebar dari Ara.

"ngapain sih?"

"enggak ngapain ngapain kita ell" jawab Ara yang sengaja di jawab ngawur...

"njirrrr... qw gak nanyak itu. maksud qw Lo ngapain ngejar Alex?" Ella merasa gemass dengan Ara sehingga dia pura pura mencubit kedua pipi Ara.

"tadi pagi qw gak sengaja nabrak dia lagi, tapi belum sempat minta maaf jadi tadi qw mau minta maaf ke dia" jawab Ara sambil melangkahkan kakinya keluar sekolah.

"Lo nabrak Alex lagi? kapan? dimana? kok Lo gak cerita sama qw? dan yang penting kok bisa sih Lo nabrak dia lagi?"

"heboh banget sih ell, jangan keras keras Napa. Lo gak liat orang di samping Lo liatin kita"

"udah cepat jawab!!".

"iya qw nabrak Alex lagi. tadi pagi di belokan dari kamar mandi. qw mau cerita tapi gak tadi pagi juga. dan qw juga gak tau kenapa qw nabrak dia lagi"

"jangan jangan Lo sengaja ya cari perhatian Alex" goda Ella pada Ara sambil memain mainkan matanya dan jarinya di depan wajah Ara.

"apaan. enggak sama sekali. sumpah demi apapun qw gak sengaja" ara menepis pelan tangan Ella yang nunjuk nunjuk wajahnya.

"nyakin ni?"

"udah ah, qw mau pulang. bus qw datang. daaaa Ella"

"daaaa Ra. hati hati" Ara dan Ella saling melambaikan tangannya. Ara berjalan menuju halte dekat sekolah yang sudah terdapat bus jurusan kerumahnya menunggu. sedangkan Ella masih menunggu mamanya menjemput nya.

"Lex, Lo gak seharusnya kasar gitu ke Ara tadi. dia anak baru jadi dia masih belum tau sifat aneh Lo itu" ucap Maxim pelan di samping Alex yang sedang minum air putih di pinggir lapangan, mereka baru saja melakukan latihan untuk pertandingan besok.

Alex tetap saja diam seperti biasanya tidak merespon apa apa. jujur ada rasa bersalah sedikit dihatinya karena tadi dia telah mengira Ara sengaja mengganggunya dan pura pura tidak tahu sifatnya. tapi ya sudahlah itu juga pelajaran buat dia agar tidak mengganggunya kembali, fikir otak setan merah Alex.

"jujur dia cantik Lex, anaknya juga periang dan dan juga dan cewek Pertama yang qw liat megang lengan Lo serta berduaan dengan lo" ucap Maxim yang langsung mendapat pelototan dari Alex.

"santaiii Broooo... qw seperti biasanya tidak akan cerita pada siapa siapa. ok" Maxim menepuk pundak Alex lalu berdiri dan pergi dari samping Alex mengambil bola basket dan mulai berlatih kembali.

sesampai di rumah Ara langsung menuju kamarnya, mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian santai lalu memainkan handphonenya sambil tiduran di atas kasurnya.banyak hal yang Ara lakukan di handphonenya dari nonton film/Drakor/drachin, baca berita, buka sosmed dan lain lain.

"Ara" sapa mamanya di ambang pintu yang terbuka sedikit.

"iya ma" jawab Ara masih dg posisi sama

Mama Ara masuk kedalam kamar anaknya, dia melihat sekeliling seperti biasanya kalau masuk kedalam kamar Ara lalu duduk di samping Ara yang sedang tiduran sambil memainkan handphonenya.

"gimana tadi sekolahnya ? "

"baik"

"oh iya Ra. gimana dengan saran mama dan papa untuk tempat kuliah yang mana rekomendasikan Ra?"

jujur Ara merasa tidak nyaman dengan paksaan orangtuanya untuk masuk kuliah jurusan kedokteran. Ara tidak ingin menjadi dokter seperti ayahnya. Ara memiliki cita cita sendiri di hidupnya.

"I don't know" jawab Ara cuek

"Ra ini itu demi kebaikan kamu kedepannya. kamu akan menjadi wanita yang terhormat, yang berkelas, tak akan ada yang meremehkan kamu dan masa depanmu akan baik baik saja "

"Ara tidak ingin jadi dokter ma"

"terus mau jadi apa? ngebangun cafe dari nol seperti yang kamu inginkan padahal peluangnya belum tentu kamu dapatkan?"

"ma... bagaimana bisa mama berkata seperti itu" suara Ara juga mulai meninggi mengikuti suara mamanya.

"apa yang kurang mama berikan padamu? mama hanya ingin yang terbaik untukmu Ra"

"ma. aku tau mama ingin yang terbaik untuk Ara. tapi Ara gak mau jadi dokter. Ara benci rumah sakit ara benci obat obatan" Ara tidak habis pikir bagaimana mamanya masih menyuruhnya menjadi dokter padahal saat mencium bau obat saja Ara mau muntah.

"karena kamu masih belum terbiasa dengan itu. apa salahnya sih jadi dokter?"

"Ara gak mau kuliah" ucap Ara yang membuat mama Ara semakin syok.

"apa kamu bilang"

"Ara gak mau kuliah" jawab Ara lebih keras lagi

"mau jadi apa kamu? " teriak mamanya keras yang hampir membuat seisi rumah mendengar.

"ma ma sabar...sabar....." ucap papa Ara yang baru masuk ruangan Ara secara terburu buru saat mendengar anak dan istrinya itu bertengkar di kamar anaknya.

"liat ni anakmu, dia tidak mau kuliah. dia mau jadi apa?" ucap mama Ara histeris sambil menunjuk ke arah Ara.

"iya ya sudah sudah..... sabar dulu" papa Ara mencoba menenangkan istrinya terlebih dahulu karena dia tahu emosi istrinya sangat tinggi kali ini.

"apa kamu denger dia tadi bilang apa?" tanya mama Ara pada papa Ara.

"dia gak mau kuliah" lanjut mama Ara sambil teriak.

"iya ya sudah sudah..... nanti kita bicarakan sama ara. yukkk kita keluar dulu biar Ara istirahat" pertamanya mama Ara tidak mau keluar dari kamar Ara namun, papa Ara terus membujuknya sehingga mama Ara mau juga keluar.

Ara menghempaskan tubuhnya pada kasur. dia tidak mau jadi dokter, dia benci rumah sakit, dia benci obat obatan dan dia juga Benci belajar.