Agung POV.
Rabu. Ini adalah hari kedua setelah kejadian naas yang menimpa seorang supir grabcar. Hari ini, untungnya Pak Satyo mau membuka suara, Cassandra yang semula menjadi saksi, diam diam ikut menyelidikki kasus ini. Yah, status saksi hanyalah alasan agar Cassandra bisa masuk kedalam kasus ini.
Penyidikkanpun ditunda selama satu hari, karena tiba tiba seluruh kantor pusat mengalami kekacauan jaringan. Untungnya, setelah dibantu oleh Sinta dan yang lain, jaringannya bisa kembali stabil, setelah kemarin warga marah marah ke PLN karena jaringan kadang hidup kadang juga tidak.
Pagi ini kami masih sibuk mencari data data yang akan diinput dan dikirim ke tim forensik. Wawancara pada Pak Satyo akan digelar pukul 11:00, dan sekarang masih jam 09:30. Cassandra juga pasti sebentar lagi datang, yah mengingat dia memulai ujian dari jam setengah tujuh pagi.
"Inspektur Agung, kita perlu bicara."
"Baik."
Setelah aku membalas ucapan Letnan C, aku berdiri dari kursi yang aku duduki tadi. Aku berjalan kemeja tempat Lentan C bekerja, ini adalah kasus yang ke 10, kasus yang kuselasaikan bersama Letnan C.
"Saya sudah menemukan data dari mobil itu, kemana mobilnya pergi, dan sekitar jam berapa."
"Kita hitung saja dari satu minggu sebelum korban menghilang, dari kesaksian istrinya, korban hari itu pergi untuk menemui seseorang." Lanjut Letnan C menjelaskan.
"Hari terakhir dia masuk kerja, Pak?" Tanyaku seraya menautkan kedua alisku.
Letnan C hanya mengangguk, sambil mengubah deskop di layarnya beralih menjadi sebuah vidio yang diambil melalui CCTV yang ada disekitar tempat itu.
"Ini hari terakhir korban terlihat, dan setelahnya dia menghilang selama satu minggu. Orang yang bersamanya juga belum bisa diidentifikasi data dirinya, jadi sampai hari ini belum ada keterangan lebih lanjut." Jelasnya.
Letnan C menghela nafasnya seraya memijit kedua pelipisnya, aku yang melihatnya tidak bisa melakukan apapun, dan beralih duduk di kursi kecil disebelah mejanya.
"Kita harus mencari informasi dari orang orang terdekat korban, kesaksian mereka untuk dua minggu kebelakang sangatlah penting." Ucapku yang dibalas anggukan Letnan C.
"Tapi kita harus diam diam, takutnya sang pelaku malah balik mengincar orang orang yang akan dijadikan saksi." Balasnya setelah sebelumnya menarik nafas pendek.
Aku menatap kembali vidio yang tadi ditunjukkan oleh Letnan C, disini, entah secara sengaja atau tidak, orang yang bersama korban menoleh tepat kearah CCTV. Aku tidak tahu ini adalah sebuah kode atau ancaman, namun sepertinya, orang yang berada di dalam CCTV ini tidak ada sangkut pautnya dengan kematian korban.
"Mas Agung!"
Seruan itu sontak membuatku dan Letnan C yang sedang berfikir terpaksa harus menoleh ke arah pintu luar. Disana, sudah berdiri Cassandra dan Sinta dengan raut wajah panik, seolah ada hal buruk yang akan terjadi.
"Ada apa??" Tanyaku sambil berjalan cepat kearahnya.
"Pak Satyo...Pak Satyo sebagai saksi engga boleh bepergian sendiri! Sekarang, sebelum jam setengah sebelas, siapapun tolong jemput dan cari keberadaan dia!" Ucapnya dengan nada yang gusar.
Letnan C mengerahkan anak buahnya, namun Sinta menghentikan pergerakan anak buah Lentan C, dan mulai membuka mulut untuk berkata. "Mending kita aja, mereka gak ada sangkut pautnya."
Aku menatap Letnan C, mencari jawabannya darinya, dan ia mengangguk dengan tatapan yakin, atau dengan kata lain, ia mengijinkan kami untuk pergi.
"Jangan buang buang waktu, Ayo!"
Cassandra dan Sinta sudah berlari kearah mobil, aku mengambil beberapa barang kemudian segera menyusul mereka. Setelah sampai dimobil, satu pertanyaan terlintas diotakku, kenapa harus aku, dan apa sebenarnya yang akan terjadi pada pak Satyo?
"Mas buruan! waktu kita cuma 30 menit tau!"
Aku membuyarkan lamunanku, dan kini aku membuka pintu mobil belakang, tanpa berpikir lagi aku masuk dan mulai menggunakan sabuk pengaman.
"Sebenernya ada apa?" Tanyaku saat mobil sudah melaju.
"Tadi pagi ada yang ngirim email ke gue, isinya adalah daftar nama, gue awalnya bingung dong Gung. Sampe akhirnya gue sadar, ada dua nama yang familiar dimata gue, Pak Agus dan Pak Satyo."
"Dari data itu, gue yakin itu adalah data orang orang yang dincar sama pelaku, mangkanya gue sama Sandra memutuskan buat pergi nyari Pak Satyo." Lanjut Sinta dengan pandangan yang tetap fokus kejalan.
"Kayaknya...orang yang ngirimin data ini, tau sesuatu tentang pelaku, Mas." Ujar Sandra.
"Mas tau gak? Alasan kenapa Pak Agus dibunuh?"
Aku menggelengkan kepalaku seraya menautkan kedua alisku, sampai sekarang, aku saja tidak tahu apa alasan pelaku membunuh korban didalam bagasi itu.
"Dari data yang Sandra dapet, Pak Agus ini adalah seorang Hacker dan Stalker. Yah, dia berbekal D3 informatika, ada beberapa kasus juga yang dia selesaikan Mas. Dan salah satunya, dia berusaha mengungkap kasus yang malah membuatnya dijemput malaikat kematian."
"Pak Agus bukan korban, melainkan saksi. Karena kesaksiannya, sekarang posisinya menjadi korban. Dia menyaksikan temannya yang memiliki gangguan jiwa sedang menguliti korban yang sesungguhnya. Mas inget ga? Kasus bulan january yang ditutup itu? Pelaku masih orang yang sama, Mas. Dua kasus yang berbeda, dengan pelaku yang serupa."
Aku menautkan kedua alisku, dari cara pelaku melukai korban juga ada kemiripan dengan mayat wanita hari itu. Bisa saja yang dikatakan Cassandra itu benar, dua korban, satu pelaku.
Tapi...jika dia memang menyadang setatus orang berpenyakit mental, harusnya...dia berada di Rumah Sakit Jiwa bukan? Tapi kenapa dia masih bebas berkeliaran dan bahkan berbuat dua kejatahan sekaligus?
"Dia gangguan jiwa tapi....enggak masuk RSJ?" Ujarku dengan nada bertanya.
Sinta dengan tiba tiba menghentikan laju mobil, dan kemudian dua orang yang berada diposisi depan berbalik dan menatapku dengan tatapan seolah mereka bicara 'Jangan bicara seperti itu!'
"Dia...Skizofrenia Paranoid, Mas."
"Dia, Berdelusi, bahwa yang dia lakukan ketika menyakiti seseorang bukanlah sebuah kesalahan, akan tetapi keharusan."
"Dan, keluarga sang pelaku, malah membantunya untuk membunuh Pak Agus ketika ia ingin membongkar Faktanya. Sekarang, giliran Pak Satyo yang akan mereka ambil nyawanya. Kalo kita telat, kasus ini benar benar resmi ditutup." Sambung Sinta melanjutkan penjelasan Sandra.
"Terus, ngapain kita masih berenti disini?" Tanyaku seraya melihat kesekeliling tempat kami berhenti sekarang.
Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid adalah salah satu tipe skizofrenia ketika pengidapnya mengalami delusi bahwa orang lain ingin melawan dirinya atau anggota keluarganya.
Sementara, paranoid adalah jenis skizofrenia dengan kasus yang paling sering terjadi. Umumnya, pengidap skizofrenia paranoid akan merasa bahwa dirinya lebih kuat, lebih hebat, dan bahkan memiliki pengaruh besar dari musuh-musuh khayalan mereka lewat halusinasi tidak nyata yang mereka alami.
Bisa dikatakan, pelaku merasa dirinya terancam dan menyerang dua korban yang sebelumnya. Yah, namanya orang yang memiliki gangguan mental memang seharusnya tidak berada didunia lepas yang liar ini, bukan?
"Liat tuh." Jawab Sinta seraya mengarahkan pandanganku dengan sorot matanya.
"Kalian tau pelakunya siapa?" Tanyaku lagi ketika melihat Pak Satyo sedang berjalan dengan wajah gusar.
"Bentar lagi datang, tenang aja, Mas." Dengan senyum tipisnya yang khas, Sandra menjawabku tanpa mengalihkan pandangannya.
*******
Aku menatap lekat seorang pria bertubuh kecil yang sama persis seperti orang yang berada dalam rekaman CCTV yang ditunjukkan Letnan C padaku. Jujur saja, aku dibuat bingung oleh kedua orang dihadapanku ini.
Pasalnya, tidak ada satukatapun yang mereka lontarkan, hanya menatap tajam pada dua Pria yang umurnya sekitar 40-45 tahunan itu. Aku menerka nerka, apakah pria disebelah Pak Satyo itu adalah pelakunya? karena hanya dia yang kulihat disini sekarang.
"Mas, siap siap.." Ujar Sandra yang kini sudah beralih memegang Revolver Kaliber ditangannya.
Aku melihat kearah luar, masih tidak ada siapapun disana, hanya dua pria yang sedang mengobrol. Siapa yang harus aku hadapi? Sesuatu yang tidak nyata dan tidak bisa kulihat?
"Tahan gung! Bukan dia! Jangan sampe ketauan kalo dimobil ini ada orang!" Ucap Sinta seraya menghentikkanku yang ingin segera keluar dari mobil.
"Mas, kita masih belum tahu siapa pelaku yang sebenarnya..karena dari data yang Sandra dapet, kedua orang baru datang itu sama sama memiliki gangguan kejiwaan." Jelas Sandra dengan jari telunjuk yang mengarah seorang lelaki yang baru saja datang.
Kasus seperti ini memang kadang sangat menyulitkan, ada dua orang dengan ciri ciri yang sama, namun karakter yang sangat jauh berbeda.
"Diantara mereka berdua, kira kira siapa yang datang untuk menyelamatkan Pak Satyo?"
Aku dan Cassandra saling melempar tatapan untuk menanggapi ucapan Sinta. Benar juga, sekarang jelas kami berada diposisi yang sulit, jika hanya menebak nebak, untuk apa selama ini aku dilatih agar dapat menduduki posisiku yang sekarang ini?
Tentu aku bukan orang yang suka makan gaji buta. Kerja tidak, dapat uang iya. Maaf saja, aku bukan orang yang seperti itu.
'Plentrang!'
Kami bertiga sontak menoleh kearah luar, tempat suara itu berasal. Kini, pemandangan diluar sana sudah disuguhkan dengan Pak Satyo yang memasang kuda kuda, dan seorang pria yang baru datang juga melalukan hal yang sama.
"Beno! Selama ini saya kira kamu bukan pembunuhnya!" Seru Pak Satyo dengan suara yang sedikit tinggi.
"Pa-pap-pak...bukan..bukan ini maksud saya Pak!" Ucapnya lelaki bernama Beno itu dengan suara yang lebih tinggi.
"Wah! Parah lo Ben! Gue kira selama ini lo orang baik! Taunya lo busuk Ben!"
"Saya...elo jangan fitnah gue Sigit! Jelas jelas ini salah lo!" Teriak Beno yang tentu dapat terdengar jelas kedalam mobil.
"Saya kecewa sama kamu Beno! Sudah jelas bukan kamu mau menusuk saya dari belakang?! Pasti cara ini, cara yang kamu lakukan untuk memghabisi Agus bukan? Benarkan apa yang saya katakan?!"
"Tapi Pak...saya beneran gak..."
"Udahlah Ben! Gausah lo ngebela diri lagi!"
Kami langsung keluar dari mobil ketika mendapati Sigit yang akan memukul Beno. Dengan sigap aku meletuskan satu tembakan ke udara, dan kini pandangan tiga orang dihadapan kami ini beralih menatap kearahku—yah karena menembak—Dengan wajah terkejut.
"Jangan bertindak seenaknya, Pak Sigit." Ujar Sinta yang kini berada dibelakang Beno.
~~~~~~