Chereads / Reaching Of The Stars / Chapter 6 - Topeng Bulu

Chapter 6 - Topeng Bulu

.....

Setelah kejadian saling terkejut dan berdebat mereka saling bertatapan sengit seperti emak-emak rebutan sayur antara Pira dan Chiko di tempat duduk masing-masing. Saat mereka belum selesai menikmati makanannya bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat telah usai mereka kembali ke habitatnya masing-masing.

Sesampainya di kelas Pira langsung duduk ditempatnya sedangkan Pita?? Malah promosi yang unfaedah.

" WOYY PERHATIAN-PERHATIAN!! ". Mulut goa Pita kembali dalam mode on layaknya remot otomatis. Semua penghuni kelas ada yang sedang tidur koala, ngupil sembarangan, main tiktok an, yang sekedar ngrumpi ala-ala ibu arisan sampai yang lagi minum pun tersedak liurnya sendiri dan yang sedang gincuan sampai salah coret hingga ke hidung , semua mengalihkan pandangannya kedepan karena kaget akan suara bledek Pita.

" Gak usah teriak-teriak juga kali Pita kadooo nih hidung gue semua merah". Ucap perempuan bernama Sila yang sedang gincuan ala badut.

" Harta karun gue jatuhh ke mulut dugong " Ucap cowok bernama Jae yang mengupil di pojok kelas, semua pun mengeluarkan ekspresi jijik Wlueeekkkk iuhhhh.

" Anjirr gue keselekk " Ucap Beni yang bertubuh gempal seperti bakpao kembarannya Pak Boni guru Matematika .

" Aelahhh udah masuk juga pada sibuk sendiri-sendiri. WOYY KALIAN LIHAT PULPEN GUE GAK YANG WARNANYA BIRU ". Tanya Pita.

" Pulpen biru banyak kalii ".

" Gak tahu ".

" Enggak ".

" Di gondol tikus kali ".

" Kecebur got mungkin ".

" Ngumpet di ketek lo kali ".

" Eh eh kalian semua, gue serius inii ada yang lihat gakk nanti pelajarannya Pak Boni lagi mesti kudu apa-apa punya sendiri gak boleh pinjam sana-sini lah ". Pak Boni memang orangnya sangat disiplin jika ada siswa yang saling pinjam itu menurutnya sangat rusuh entah ada yang lempar penghapus, ambil tipe x, penggaris besi kadang jatuh kelantai menyebabkan suara yang memekakan telinga dan sebagainya kelakuan yang membuat kepala Pak Boni botak jadih tambah berkilauan.

" ENGGAKKK ". Jawab mereka kompak.

Suara hentakan sepatu yang beradu dengan lantai mulai mendekati pintu kelas, seperti biasanya dengan gagahnya Pak Boni berjalan dengan tegap buku disamping tangan kanannya serta tuding yang sudah nangkring siap memakan mangsa.

" Bisa gawat nih gue nanti di marahin udah serem, kiler, botak, berkumis lele, gendd- ". Semua penghuni kelas memberikan kode tatapan agar Pita melihat ke pintu kelas yang sudah ada seseorang berdiri angkuh dengan wajah memerah menahan marah kepada siswa yang satu ini. Sudah peka dengan kode yang di berikan Pita pun memberikan cengiran malunya.

" Gini amat ya punya sahabat mulut goa gak bisa disaring ". Dumel Pira dengan kelakuan sahabatnya itu.

" Siapa yang gendd..... " Ucap Pak Boni menggantung sambil melototkan matanya.

" He he he gend gend gendangnya Mang Ujang di makan curut pak ". Ngawur Pita.

HA HA HA HAHA...

Semua pun menertawai kekonyolan Pita.

" GAK NYAMBUNG!!! ". Kesal Pak Boni.

" Sekarang Kamu pergi ke perpus bersihin semuanya lalu kerjakan soal Matematika satu sampai dua puluh ".

Semua menahan tawa akan kesialan Pita yang di hukum karena sudah mengatai Pak Boni.

" Kamu yang hidungnya merah kamu juga ikut, mau sekolah apa mau konser badut ". Tunjuknya dengan membentangkan tuding.

" Tapi pa- ".

" Tidak ada tapi tapian ".

" Itu siapa yang tidur di kolong meja! ".

" Ajis pak Ajis molor " Kata seorang temannya, emang dasar koala suara bledeknya Pita berhenti ehh molor lagi.

" Bangunin suruh ikut juga ".

Satu persatu yang di tunjuk Pak Boni pun melangkah keluar dengan lesu.

" Pak Pak Pak Boni, sa saya gak bawa buku Matematika pak saya ikut Pita ya " Entah hanya alasan saja agar tidak ikut pelajaran karena memang Pira paling gak bisa Matematika atau kasihan dengan sahabatnya, Pira malah mendaftarkan dirinya sendiri untuk di hukum.

...

Di Perpus

Mereka menuju Perpus dengan ogah-ogahan seraya mendumel yang di tunjukan kepada Pita.

" Gara-gara lo Ta kita jadi di hukum ". Ucap Sila.

" Enak aja nyalahin gue, lo semua di hukum juga karena salah lo sendiri lah, Pira aja yang mendaftarkan dirinya gak ada masalah tuh ". Ucap Pita membela dirinya Pira yang merasa disinggung pun membuka suara.

" Gue kasihan sama lo mulut goa ". Ucap Pira sedikit membohonginya.

" Bilang aja gak mau ikut pelajarannya Pak Boni iya kann ngaku loo ".

" Apaan sih kalo gak mau di bantuin ya udah gue pergi nih ". Dalam hati Pira ingin tertawa karena pasti Pita gak bisa nolak kalo urusan beginian Pira hanya bercanda.

" Ehh iya iya jangan pergi dongg ". cegah Pita.

" Kan ada Sila sama Ajis ".

" Lah paling si Ajis molor lagi, Si Sila pergi entah kemana ". Dan benar saja sampai di dalam apa yang Pita katakan memang benar.

" Males banget dah banyak debu lagii HA HACHIMMMM " Ucap Pita namun setelah itu dia malah langsung bersin.

" Etdah. panas-panas begini gerimis bercucuran iuhhh mana bau pete lagi ". Ucap Pira sambil mengelap wajahnya yang kecipratan air gerimis Pita.

" Pete emak lo, gue gak makan pete ya emangnya lu makan jengkol se abregg ".

" Mana doyan gue jengkol lo tuh makan tai ayam di goreng ".

" Jijik Ra kok lo tahu sih emang ada, jangan-jangan lo pernah makan pilus embe ya ".

" Apaan lo tuh yang pernah makan kue momo ".

" Lo makan kue empus "

" Lo tuh yang makan bubur lancung ".

Mereka berdebat tak ada habisnya tanpa sadar suara mereka meninggi menjadi keras dan lantang yang membuat seisi ruangan kebisingan namun masih aman karena tidak ada siswa yang sedang belajar di perpus. Tapi itu tak lepas dari pandangan Bu Heni penjaga perpus lantas Bu Heni pun geram dengan kelakuan dua manusia brisik itu.

" DIAMM... KALIAN TAHU INI TEMPAT APA!! ".

" Tahu bu ". Jawab Pira sopan

" Tempe bu ". Kalian pasti tahu dia siapa yang jawab.

" KALIANNNN ".

Iya buuuu

" KALIAN MAU BERSIHIN APA MAU JUALAN. KALAU MAU JUALAN MAKANAN JANGAN DISINI DI LAPANGAN SANA ".

Jualan di kantin bu lapangan buat olahraga lah.

" SEKARANG AMBIL SULAK CEPATT BERSIHKAN SEMUANYA!! "

" Iya iya buu ". Jawab mereka kompak lalu ngibrit ke belakang mengambil sulak. Saat mengambil sulak pun mereka berebut sulak yang sama-sama mereka inginkan dan tidak ada yang mau mengalah alhasil mereka berdua saling tarik-menarik sampai ada beberapa bulu-bulu sulak yang berjatuhan.

Pertarungan semakin sengit dan mereka menarik kuat-kuat lalu semua bulu sulak berhamburan melayang di udara namun di saat yang tak terduga ada sesosok mahluk yang muncul di samping rak buku tepat di belakang mereka berdua, alhasil bulu-bulu yang berterbangan mengenai wajah ganteng cowok tersebut. Mereka sama-sama terpental, Pita terpental kebelakang dan mengenai meja perpus sampai kursi plastik yang ada didekatnya pecah sehingga menimbulkan suara gaduh dan Pira mengenai tumpukan buku-buku di sudut ruangan hingga buku itu berantakan.

" Awwww pantat gue ". Ucap Pita

" Akhhh pala gue ". Ucap Pira merasa nyut-nyutan pada bagian pelipis yang terkena buku.

" HUUFFFTTTT ". Pian membuang nafas kasar melalui mulutnya karena wajah Pian penuh dengan bulu dan merasa gatal. Mereka tersadar bahwa yang terkena imbasnya adalah Pian.

" PIAANNNN... ". Ucap mereka kompak karena kaget Pian ada di situ.

" KALIIAAANNNNN..... ". Murka Bu Heni bertambah berkali lipat.

" Pira buuuu ".

" Pita buuuu ". Ucap mereka saling tuduh.

" Saya ikat kalian baru tahu rasa ya, kalian gak bisa apah kalau sebentar saja gak bikin onar! buku berantakan, meja mengsol sana-sini, kursi retak, bulu ayam berserakan bukannya nambah rapih malah jadi kapal pecah. Bersihkan sekarang sebelum bel pulang berbunyi kalian harus sudah selesai kalau kalian belum selesai saya kunci kalian disini mengerti!! ". Perintah Bu Heni mutlak tak terbantahkan.

" Mengerti bu ".

" Iya bu "

Mereka pun benar-benar membersihkan ruangan itu karena bel pulang tinggal beberapa menit lagi, mereka tidak mau jadi makanan vampir di sini nanti malah tarung lagi sama manusia serigala kan serem.

Namun mereka melupakan sosok lelaki ganteng yang sedang mengembalikan bukunya, dia tersenyum sangat tipis setipis dompet tanggal tua hampir tak terlihat kalau dia lagi tersenyum dalam hati Pian tertawa akan kelakuan konyol Pira.

Cukup raga saja yang dekat untuk memikat soal hati bisa menyusul.

" Kau tahu? Menahan ego untuk tidak berbicara padumu itu sulit Ra, sesulit menggapai bintang di angkasa". Dalam hati Pian bermonolog.