......
" Hidup bukan hanya tentang cinta adakalanya hidup juga butuh perjuangan."
~ Shafira Meiditian
Sesampainya di rumah Pira melihat mamahnya sedang memasak rendang makanan kesukaan Pira. Bau harum khas rendang menguar di udara membuat siapa saja yang menciumnya ingin merasakannya dan membuat perut yang keroncongan ingin segera menyantap sampai lenyap dengan begitu kalap.
" DORRR..." Pira mengagetkan mamahnya yang sedang mengaduk-ngaduk masakannya.
" Astaga!! ya ampun nih anak nakal ngagetin aja untung mamah gak jantungan." Kaget mamah Pira.
" Heemmmm baunya harum zekaliii pasti ini rasanya fantastika maknyoso delisiyosoo top markotop. "Jelas Pira sambil mencium aroma kelezatan rendang buatan mamahnya.
" Apa itu ndhuk ngomong kok aneh-aneh mamah gak ngerti lah." Bingung mamah Pira dengan ucapannya.
" Intinya tuh mah rasanya pasti eenndezz bangett rendang buatan mamah." Ucap Pira sambil mengacungkan kedua jempol.
" hemmm kamu nih nemu bahasa dimana ndhuk-ndhuk ."
" dimana ya mah Ira lupa, di kolong meja kali gaul dong mahh biar ngerti bahasa kece."
" Kece itu kalau di daerah mamah tuh yang seperti kerang masa iya harus ngomong dulu sama kece, ntar dikira gak waras lagi!Sudah sana bersih-bersih setelah itu makan ."
" Oce mah. "Tak sabar akan memakan makanan kesukaannya Pira langsung ngacir pergi ke kamar sampai tak memperhatikan jalannya alhasil tersandung sendal rumahan dan terjerembab sampai pelipisnya terluka.
" Aishhh... siapa sih yang naro sendal disitu dah tertimpa buku sekarang kejedot dosa apa gue."
Pira melanjutkan jalannya untuk ke kamar dan langsung mengerjakan apa yang mamahnya katakan lalu setelah selesai bersih-bersih Pira turun untuk makan. Mereka menikmati makanannya terutama Pira yang seperti gak makan satu tahun.
Tanpa Papah dan kakak perempuan Pira yang sedang bekerja dan kuliah di luar kota, tapi tak apa semesta pun tahu mereka jauh dari keluarga demi kebaikan keluarganya dan sedang mencari jati diri.
Tak ada kata sempurna jika suatu keluarga tak saling bercengkrama. Tak ada kata bahagia jika keluarga tak bercanda ria.Setelah makan seperti biasanya mereka sambil nyemil makanan ringan kadang jika keluarganya sedang kumpul semua mereka duduk santai di ruang keluarga atau masih di ruang makan.
" Mah, keripik singkongnya mau abis nih."
" Ya beli sanah kamu yang mau makan kok."
" Mager ah mah. "
" Kebiasaan banget kamu ya, dulu tuh yah mamah waktu seusia kamu lagi keras-kerasnya bekerja buat nyekolahin adek-adek mamah. Makan gak pilih-pilih asal perut dah terisi aja mamah bersyukur banget." Yah mamah dulu memang orangnya pekerja keras pantang meyerah makannya jadi motivasi tersendiri buat gue. Hati sekuat baja patut di contoh buat gue yang hatinya belum terbaca apalagi suara hati gue yang belum sama sekali di dengar oleh dia. Ah. sudahlah btt.
" Mamah ketemu sama papah gimana mah." Kepo Pira kepada mamahnya yang Pira tahu papahnya itu keras kepala kok bisa ketemu sama mamah yang berhati malaikat.
" Ya awalnya sih mamah dulu tuh di ajak sama temen mamah nonton acara dangdut- ." Ucap Mamah Pira belum selesai
" Uhukh dangdut!? mamah suka dangdut? Hidup tanpa cinta.... bagai taman tak berbunga.... ohh begitulah kat--- " Sambar Pira memotong ucapan mamahnya lalu menyanyikan sedikit potongan lagu dangdut.
" Thukk Ishhh dengerin dulu jangan dipotong napa sih! " Kesal Mamah Pira lalu mengetukkan remot tv ke pelipisnya.
" Aduhh ihhh mamah sakit nih pelipis Pira udah kena buku, kepentok tembok, kegetok remote gak sekalian pakai palu aja mah. " Gerutu Pira sambil mengelus-elus pelipisnya.
" Kamu mau Biii--"
" Eh eh iya iya becanda ih mamah mah baperan, udah lanjut tadi sampai mana Pira mau dengerin " Memang Pira jika sudah sama mamahnya manja nya gak ketulungan jika ada kakaknya sudah pasti mereka berantem karena berebut perhatian nya. Wajarlah seorang ibu yang mengandung sembilan bulan dan merawatnya penuh kasih sayang membuat seorang anak tak bisa lepas dari genggamannya.
" Apa lagi ini baper, mbok yoo kalau ngomong sama mamah jangan pakai bahasa kerang itu."
" Mamah tuh awalnya gak mau tapi dipaksa terus ya akhirnya ikut. Singkatnya sih sampai sana ketemu papah, waktu itu katanya sih papah sedang kerja di daerah mamah terus lagi sekedar refreshing atau jalan-jalan gitu. " Lanjut Mamah Pira
Pira menyimak sambil memasukan keripik ke dalam mulutnya sampai penuh, lalu saat ingin mengambilnya lagi ternyata sudah habis dan Pira malah menggigit jarinya sendiri karena terlalu fokus mendengarkan.
" Cieeee pandangan pertama ya-- aaauwhhh aduhh mahh jari Pira kegigit hu huu huu "
" Lah gimana sih kamu wong jari kok ya di gigit ya sakit ndhuk ndhuk, makanya gak usah godain mamah segala tuh akibatnya kena karma kan kamu "
" Jaman sekarang tuh pada jablay jablay, mamah saranin kamu jangan terlalu termakan omongan para buaya."
" Jablay?? " Beo Pira
" Lebay kali mah ahahahaa " Tak ada tangis manja lagi di wajah Pira kini tergantikan tawa yang menghiasai.
" Iya itulah maksud mamah gak usah diketawain napa sih tadi aja nangis."
" Biarin.... owh iya mah aku mau tanya, kalau masih mengharap perasaan ke seseorang yang sudah gak suka lagi gimana mah? "
" Mengharap boleh tapi gimana responnya? "
" Responnya sih gak ada. "Ucap Pira seperti sedang mengingat-ingat.
" Kalau gak ada ya jangan diharapin toh ndhuk, itu tuh bagaikan kerja gak dibayar gak ada hasilnya. kenapa tanya begitu, jangan-jangan kamu yang lagi berharap ya." Tebak mamah Pira.
" He he " Pira menunjukan cengirannya. Jauh di lubuk hatinya seperti tak rela jika mamahnya bilang seperti itu. Entahlah gue juga gak tahu. Sepertinya realita menampar gue tuk menyadarkan bahwa berharap tak selalu di balas.
" Kamu tuh ya belajar yang giat biar pintar dulu, nilai matematika aja udah kaya angka piano."
" Piano?? pi an... pian?? kaya kenal nama ituh tapi dimana ya?? di warungnya mang Jamal kah? bukan. di kolong jembatan kah?? Di empangnya mang Dadang kah? ' Pira mengingat-ingat dimana kenal dengan Pian sambil mengetukkan jarinya kedagu.
" Owhh!!! Pian kan yang nabrak gue dan dia yang kena imbas dari acara tarik -menarik , oh sekarang gue ingat tapi setelah di perpus dia kemana ya? kenapa jadi ingat dia ya, au ah."
" IRA! dibilangin malah ngelamun ini anak."
" Eh iya mah, apa tadi."
" Belajar sana biar nilai matematikanya gak anjlok. "Kesal mamahnya
" Anjlok ke manah mah? "
" Ke jurang! ini anak emang harus di les privat kayaknya nih. "
" Ngapain, orang tiap hari aja udah ngeles."
" Ira! cepat sana pergi ke kamar belajar yang rajin, gak usah mikirin cinta cinta anak muda sekarang tuh cintanya cinta monyet cintanya ilang tinggal monyetnya nyengir. "
" Apaan sih mah, jiwa jones ku meronta-ronta nih. "
" halahh apa lagi itu jones, sudah sana. "
" Iya iya " Pira langsung meletakan toples yang sudah kosong dengan muka cemberut lalu pergi ke kamar.
.......
" Sindikat maling eh ko maling sih, Sin Cos terus apa ya Kotangan eh. ihhh Sin 90° berarti.... " Pira sedang belajar dengan berusaha menghafalkannya sedari tadi, namun setelah itu terdengarlah dering notif ponselnya menandakan ada chat dari whatsapp nya.
Mulut Goa👹
Ra gue ada nomer WA nya Ray
Trs??
Ishh lo minta gak? lumayan kan jadi lo gak malu kalo mau ngomong sama dia.
Bh lh
Hah, lo mau pakai Bh didepan Ray?? nambah malu ogeb!.
*Boleh
Mulut Goa send contact.
Y
Ra papan ketik lo rusak ya?! servis sana ke toko bangunan 😂😂
jangan lupa chat ya ntar keburu molor dia
Emang si Ajis kolor
*m
Emang bener" rusak kayaknya.
Dahh buru cepetan!
oce oce
21.35
Bukan raga yang tak bisa berkompromi tapi ego yang susah diajak kompromi. Terkadang hati dan pikiran kita berbeda cara tuk mengungkapkan sesuatu namun satu tujuan. Tak ada alasan untuk bertahan dalam mengejar cintamu yang semu akan tetapi hanya masih memiliki keyakinan saja yang membatu.
Waktu terus berjalan melewati asa di malam yang sunyi dan sepi, walau bintang tak nampak akan tetapi masih ada terangnya purnama yang menyinari hati seseorang yang sedang gundah gulana di keheningan malam.
Tak ada yang bisa mengalihkan pandangan Pira dari ponsel cantiknya seperti sudah dikunci dan kuncinya hilang entah kemana, sedari tadi Pira memikirkan matang-matang apakah harus mengechat Ray atau tidak.
Di temani suara dentuman jam dinding yang berbunyi tak ada habisnya. Sambil rebahan di atas kasur empuknya, berbalik ke samping kanan lalu ke samping kiri, kaki di atas kepala di bawah, putar sana putar sini, satu kaki di atas kasur satunya lagi di lantai, setengah jungkir balik kek trenggiling kepantok tai kuda dan pose lainnya yang absurd.
" Chat enggak chat enggak chat enggak-..... " Berulang kali Pira melontarkan kalimat itu.
" Aaaaa... gue malu masa cewek chat duluan. "
Pira lalu berdiri dan mondar-mandir bergerak kesana kemari dengan ekspresi wajah bingung sekaligus bimbang, dengan menggigit bibirnya tuk menyalurkan rasa gelisahnya. Lalu Pira menatap sekeliling ruangan dan akhirnya menuju meja belajar, Pira mengambil gelang mutiara yang sudah putus. Lalu menghitung mutiaranya sambil berucap chat atau enggak sampai habis untuk menentukan pilihannya dan hasil akhirnya menyatakan bahwa Pira harus mengechat Ray.
" Kalau gue chat di bales gak ya?? kalau cuman di read doang kan sakit. "
" Huffttt... " Pira menghembuskan nafasnya kasar
Akhirnya Pira mencoba untuk mengetik pada roomchat denganya, awalnya hanya mengetik P lalu dihapus Tc di hapus lagi Hai di hapus lagii akhirnya hanya mengetikan Ray.
" Duhhh send enggak send enggak send enggak send-..... "
Klik. Pira send chat
Sedang memikirkan untuk dikirim atau tidak dengan tangan yang gemetar tanpa sengaja jari imutnya mengeklik send pada layar hp nya.
" Hwaaaaa.... kepencet!!!!! gimana ini! gimanaa! "Pira menjauhkan Hp nya dari pandangannya lalu di lemparlah Hp itu dan terbengkalai di atas meja belajarnya.
" Gue gak mau lihat Hp lagi, gak mau! "
Pira langsung lari menuju tempat tidurnya dan menutupi wajahnya dengan bantal lalu memukul-mukul kasur empuknya seperti sedang berenang di tempat, dengan wajah yang terdapat semburat merah menahan malu sekaligus salting.
Kling...
Beberapa menit kemudian saat sedang berusaha memejamkan matanya yang susah di ajak kompromi terdengarlah bunyi notif hp nya menandakan ada pesan, Pira terkejut dan karena penasaran Pira lalu bangkit dari kasurnya ingin melihat ada pesan dari siapa.
" Jangan-jangan Ray balas?? Aaaaaa gue malu dia balas apa ya??? " Sedikit demi sedikit Pira melangkahkan kakinya mendekati meja belajarnya.
" Ambil enggak ambil enggak ambil enggak----- "
" Kira-kira kalau di balas, dia balas apa yah?? " Pira pun mengambil hp nya dan setelah di buka hati Pira kecewa karena ternyata pesan dari Mak Wati penjual jamu langganan mamahnya.
" Ishhh menyebalkan ngapain lagi Mak Wati ngechat malam-malam begini " Gerutu Pira karena kesal
Pira pun kembali ke kasurnya dan merebahkan tubuhnya asal, namun tak selang beberapa menit dari tadi ada bunyi notif lagi namun Pira masih saja penasaran.
Klinggg.....
" Hufttt gue coba ambil ah siapa tau balesan dari Ray " Pira pun akhirnya bangkit lagi dari kasur empuknya dan melangkah menuju meja belajar.
Saat sudah sampai di depan meja belajar Pira masih berpikir dua kali untuk mengambilnya atau tidak.
" Hmm ambil gak ya?? Kira-kira siapa ya?? " Bingung Pira akhirnya Pira pun memutuskan untuk mengambilnya, dengan memejamkan matanya sambil menoleh ke samping sedikit demi sedikit tangan Pira meraih hp nya. Saat sudah pada genggamanya Pira berusaha membuka matanya.
" satuuu...duaa.....tiiii tiiii tiiiig------ "
TBC