" Buat apa mengharapkan sesuatu jika pada akhirnya tak lagi jadi prioritas."
~ Crystian Michel Gazara ~
Suasana ramai nan gaduh menciptakan suara nyaring yang merambat ke daun telinga membuat siapa saja terganggu akan kebisingan yang mengalun seperti kaset rusak. Tak ada riuh anak-anak penghuni kelas bagaikan mati listrik di seantero sekolahan ini yang tak dapat lagi menampilkan kekonyolan dan kegaduhan mereka seperti dilayar lebar setiap harinya.
Di samping jendela terdapat tempat duduk yang menjadi favorit gue dan Pita karena menurut pandangan kita, sepakat apabila sedang suntuk saat pelajaraan yang membosankan mereka bisa melihat pemandangan di luar termasuk sesekali cuci mata kalau ada cogan yang lewat.
Sudah menjadi kebiasaan kita memang tidak pernah hilang jika sudah menyangkut tentang cogan apalagi Pita yang sangat heboh jika tatapannya di balas, bisa jadi wajahnya sudah seperti tomat yang merah merona.
Berbincang-bincang ditengah keramaian kelas bak pasar malam, walau bel masuk telah berbunyi namun guru yang mengajar belum juga datang, membuat seisi kelas bebas kesana kemari. Pita menanyakan ke gue tentang semalam kerena manusia satu ini sangat kepo.
" Ra, semalam jadi chat dia? " Tanya Pira yang kekepoannya sudah tingkat dewa sembari membetulkan letak bando pink nya. Terlihat Pita sedikit melirik ke gue karena tak ada jawaban.
" Jadi " Jawab gue singkat menanggapi sahabatnya kala sedang mebaca novel favoritnya, perlu kalian ketahui gue gak bisa di ganggu kalau lagi asik-asiknya baca novel.
" Terus gimana? "
" Gak gimana-gimana " Jengah akan pertanyaan Pita gue memberikan lirikan mata tajam elang. Sudah gue tebak pasti pertanyaannya akan berlanjut. Dasar menyebalkan. Gak tahu apa gue lagi malas bahas tentang itu.
" Kamu ngechat apa sama dia? "
" Ray "
" Iya lo ngechat apa sama Ray "
" Ray "
" Ihhh iya gue tahu lo chatingan sama Ray, lo ngirim pesan apa sama Ray? "
" Ray "
" Iya gue tahu Pira! terus lo ngirim pesan apa! "Kesal Pita
" Ray Pitaaaa!!! " Buku dihentakan ke meja, sedang sang empu menatap tajam sahabatnya. Oh ayolah Pita jangan kau ubah mode mulut goa mu itu menjadi banyak bertanya.
" Iya Ray kenapa "
" Ya gue ngirim pesan ke Ray cuman ' Ray ' " Jawab Pira menjelaskan. Oh Tuhan kenapa sahabat gue ini kepo sekali jika sekarang bukan di sekolah sudah gue lempar sampai samudera Atlantik.
" WHAT?! " Kaget Pita sambil menggeser kursinya seratus delapan puluh derajat menghadap Pira.
" Maksud lo cuman ngetik ' Ray ' gitu?? " Melototkan matanya dengan kata Ray yang di tekan pertanda Pita terkagum oh bukan, lebih tepatnya menyesal karena sudah menawarkan kontak WA Ray.
" Iya "
Pita bertepuk jidat dengan kelakuan sahabatnya ini semalaman hanya chat ' Ray ' gimana mau jelasin perasaannya ke dia kalau ngechat aja singkat banget.
" Terus di bales gak? "-Pita memincingkan wajahnya.
" Gak tahu "
" Kok gak tahu?? "
" Pita, gue malu chat duluan- "
" Jangan bilang lo belum buka hp dari tadi pagi." Tunjuk Pita, gue hanya mengangguk sebagai jawabannya.
" Astaga nagaaa... sini hp lo sini " Mengulurkan tangannya meminta hp Pira yang dia ketahui di dalam lacinya.
" Buat apa, males gue " Menyenderkan kepalanya pada dinding kelas sebagai bantalan, mau gimana lagi keadaan lah yang menuntut kita menyusuri aliran hembusan angin yang menusuk atma bagai duri.
Berusaha tak perduli Ray membalas pesannya atau tidak namun jauh di lubuk hatinya masih mengharap akan balasannya, apa sedikit pun tidak ada rasa memberi kesempatan padanya? Semoga saja, hatinya masih ada ruang tuk dirinya.
" Lama " Geram Pita lantas mengambil paksa hpnya. Jemari kecil Pita mengetikan sesuatu di aplikasi chat berwarna hijaunya.
Pira melihatnya malas, tapi sedikit curiga mengetikan apa sampai terlihat di layarnya seperti di spam.

" Ra lo ngetik apa? Sini gak.... jangan aneh-aneh deh..." Tangannya berusaha meraih hp yang di pengang Pita.
" Ishhh diam napa sih Pir... " Menjauhkan hp dari jangkauan tangan Pira.
" Ra sin-- "
Percakapan terhenti kala suara pintu kelas terbuka lebar menampakan murid yang digemari para wanita.Semua pandangan tertuju ke arah pintu kelas, menampakan ekspresi kagum akan ketampanan manusia satu itu.
Seolah bertanya ada maksud apa gerangan menuju ke kelas yang bukan kelas si lelaki tampan itu? Semua terdiam menunggu apa yang akan diucapkan.
Berbanding balik dengan pandangan mereka pandangan lelaki tampan itu hanya tertuju ke seseorang yang duduk di samping jendela namun, ingat akan tujuannya lelaki itu pun tak mau berlama-lama dan langsung menyampaikan maksud kedatangannya.
" Ada pesan dari Pak Bas untuk semuanya langsung menuju ke ruang musik." Ya lelaki tampan itu adalah Pian.
" Ahssiaapp " Ucap Rico selaku ketua kelas, sedangkan para wanita masih terpukau seakan suaranya masih terngiang-ngiang dan menjadi alunan terindah dalam hidupnya.
Setelah mengucapkan tujuannya Pian pun langsung pergi dari hadapan semuanya, jika sekarang bukan waktunya ulangan harian mungkin Pian bisa memandang seseorang yang duduk dekat jendela lebih lama lagi. Andai saja waktu bisa diperlambat mungkin Pian akan memandanginya sebagai semangat pagi.
Namun apa dayanya bisa-bisa Pian kena hukum lagi karena sering membolos demi melihatnya walau terhalangan dengan jendela, untung saja jendelanya kinclong jadi nambah kinclong karena sosoknya yang cantik dengan segala tingkahnya yang membuat Pian tak lepas dari pandangannya.
Apapun dapat dilakukan demi sang pujaan hatinya berdiri berjam-jam pun akan dilakukan demi melihatnya. Menguatkan hati agar tak goyah pada pendiriannya dan tujuannya itu susah, karena jika berubah sedikit saja maka akan mendekati retaknya hati.
" WOYY PARA CIWI-CIWI..... Aelahh orangnya dah pergi tuhh mending natap gue! "
" OGAHH !! " Ucap para wanita serempak.
" Huu... dah buruan ayo ke ruang musik! " Mereka pun langsung menuju ruang musik untuk mengikuti pelajaran seni budaya.
Sesampainya di depan pintu masuk ruang musik mereka para lelaki berebut ingin cepat-cepat masuk seperti ingin berebut bantuan sembako, sampai Beni yang bertubuh gempal jatuh terjungkal alhasil mereka yang ada di depan tertindih oleh Beni. Para wanita pun menertawakan kejadian tersebut, sungguh kelakuanya bikin para wanita geleng kepala.
" Kalian mau masuk apa mau jadi tumpeng ulang tahun! " Geram Pak Bas akan kelakuan mereka.
" Beni pak "- Rico
" Apaan kok gue. gue aja di dorong tuh sama Martin. " Ucap Beni
" Yee kok jadi gue-" Balas Martin
" Sudah-sudah!! cepat durasi ini! " Tegas Pak Bas.
Semua sudah masuk ke ruang musik dan pelajaran pun dimulai, jadwal sekarang adalah penilaian alat musik dram dan gitar.
Absen satu-persatu telah di panggil lalu maju kedepan untuk penilaian, sekarang bagian Pira untuk maju kedepan. Pira pun menempatkan diri pada kursi dram untuk memulainya.
" Duhh biasa gebukin kasur emak gue, disuruh gebukin dram mana bisa gue. " Celetuk Pira karena bingung mau memulainya darimana.
" Di coba aja dulu! " Ucap Pak Bas.
DUNG DUNG DUNG DUNG DUNG DUNG DUNG DUNG PRENGGG
Semua yang ada di ruangan menutup telinga karena jika tidak bisa pecah gendang telinga mereka, bahkan jika ruangan ini tidak kedap suara bisa jadi satu sekolahan mengalami kebudegan yang hakiki, mereka heran apa telinga Pira gak penging. Pak Bas pun bertindak sebelum seisi ruangan menjadi kapal pecah.
" Stop! stop! stop! Shafiraaa . Itu dram bukan kasur emak kamu yang seenaknya bisa kamu gebukin. "- Pak Bas
" Kasur emaknya aja pak bawa sini. "
" Pakai panci aja biar gampang. "
" Pakai dram mainan anak kecil aja pak. "
" Pakai galon kantin aja pak. "
WHAAAHAHAHAA.....
Begitulah riuh para lelaki yang menertawakan Pira.
" Apa lo semua!! Pak Basss itu tu mereka. " Kesal Pira lalu memalingkan wajahnya dan menyilangkan tangannya.
" Ya sudah sekarang yang gitar aja! "
" Pak gue gak bisa gitaran."
" Masa gak bisa sih kan udah di ajarin. "
" Sulit pak "
" Coba dulu "
" Tapi mereka jangan boleh ada yang ngetawain Pira dong Pak. "
" Iya iya "
Pira pun mengambil gitarnya dan mulai memainkan, Pira berusaha mengingat kunci gitar yang pernah di ajarkan namun Pira masih nerveos dan ragu-ragu alhasil suara yang dihasilkan dari petikan gitar terdengar keras dan sumbang namun sedikit masuk ke into lagu.
JRENGG JRENG JRENG JRENGG JRENG JRENG-....
Begitu Pira memainkan gitarnya mereka berusaha menahan tawanya agar tak di amuk oleh macan betina. Namun siapa sih yang gak akan tertawa akan kelakuan Pira yang bikin Pak Bas tepuk jidat.
Akhirnya tawa mereka pun tak dapat di bendung lagi bedanya kalau tadi yang memenuhi ruangan musik adalah suara pukulan dram yang dihasilkan oleh Pira namun sekarang adalah tawa yang menggemparkan memenuhi ruangan musik.
" Sudah. sudah Shafira bisa-bisa telinga bapak keluar darah ini, untuk kunci gitarnya sudah benar TAPI itu gitar Shafira Meiditian! bukan dram, jangan dipukul tapi di petik! "
" Lahhh Pak Bas, tadi juga di petik kok Pak ini kan Pira lagi percobaan."Elak Pira
" Lagi percobaan aja udah bikin gendang telinga bocor. "
" Ihh Pak Basss gak Asik. "
" Kamu kira ini sewa rentalan musik apa! "
Rasanya ingin Pak Bas menyerah saja dengan keadaan itu baru kali ini Pak Bas menemui masalah yang membuat kepala Pak Bas pusing tujuh keliling harus bagaimana lagi ini, apakah harus menghukumnya atau mengganti dengan tugas lainnya???
Pak Bas berfikir keras untuk itu namun terlintas di pikiran apakah diganti dengan menyanyi saja??
Mungkinkah Pira bisa menyanyi?? Akankah mereka akan tutup kuping lagi atau akan mengeluarkan tawaan yang akan menggemparkan?.
TBC