" Terkadang melalui jalan lurus pun kita menemukan rintangan yang tak terduga. Apalagi melalui jalan pintas yang terjal sudah pasti kita harus menghadapi rintangan walau sesulit apapun itu "
~ Shafira Meiditian ~
Bel masuk sekolah sudah berbunyi 1 menit yang lalu, namun ada saja siswa yang masih berkeliaran. Saat Pira berjalan dengan tergesa-gesa tepat di tikungan Pira terkejut dan bertabrakan dengan seseorang yang terdengar familiar namun, Pira tidak terlalu mengenal atau memang Pira nya saja yang kudet? Atau dia yang kurang familiar? Entahlah karena sekarang Pira benar-benar sebal dengan makhluk satu ini.
Brukkk....
Adduhhh...
" Heyy kalo jalan liat-liat dong! " teriak Pira sambil berusaha berdiri dan membersihkan debu yang menempel di rok. namun tak dihiraukan sama sekali olehnya.
Di tatapnya dia yang hampir menghilang di telan jarak, merasa ada yang aneh dengan tatapan dia. Seolah ingin mengutarakan satu dua kata namun tertelan dengan ego. Lantas tak tahan dengan kondisi itu dia pergi begitu saja tanpa menoleh.
" Bukanya nolongin kek malah pergi gitu aja dasar gak ada ahlak... pagi-pagi dah bikin bad mood aja "
" Rese banget sihhh dasar sempak buayaa! "
Pira pun mendumel tak jelas sepanjang koridor.
Saat masuk kelas untung saja gurunya belum datang Pira pun mendudukan bokongnya dengan kasar sambil melempar tasnya keatas meja.
" Napa loh pagi-pagi begini muka dah di tekuk kek krupuk amem ". Gurau Pita
" kamu tahu gak- ".
" gak tahu ".
" ihh gue belum selesai ngomong jangan dipotong napa sih dengerin dulu ". kesal Pira sambil mengerucutkan bibirnya.
" hehe iyeye Pirakuhh yang cantik ".
" jadi tuh tadi gue ditabrak sama sempak buaya! dan keselnya lagi dia tuh pergi gitu aja ".
" hah siapa tuh sempak buaya? terus sekarang dimana didarat apa di air. Ehh emang buaya pakai sempak ya " cerocos Pita bagaikan petasan .
" Buaya darat pake sempak di muka jadi gak liat-liat kalo jalan makanya nabrak gue "
"kek apa orang- "
" selamat pagi anak- anak, Karena tadi ada urusan mendadak jadi ibu baru masuk kelas ".
belum selesai Si Pita introgasi Pira bu guru cantiq datang duluan.
" Lanjut ntar di kantin ". Bisik Pita
......
Pelajaran sudah berakhir sangat melelahkan memang apalagi yang sedari pagi sudah bad mood karena ulah seseorang. Pira memasukan bukunya asal kedalam tasnya lalu bergegas ke kantin, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan Pita yang masih sibuk dengan pulpennya tak sadar kalau sahabatnya itu sudah pergi.
" Ra lo lihat pulpen gue gak. Perasaan tadi di sini, kamprett baru beli juga Raa- ". Pita melihat ke bangkunya ternyata sudah kosong.
" Sialan tuh bocah gue di tinggal sendirian " Kesal Pita akhirnya memiilih untuk menyusul sahabatnya. Perlu kalian ketahui kayaknya Si Pira tuh hobinya ngilang mendadak gitu kali ya,herman gue.
Sesampainya di kantin Pita langsung melihat Pira yang sedang duduk di bagian depan dekat pintu masuk kantin jadi Pita pun langsung nylonong duduk ikut bergabung.
" Emang dasar cicak kondangan lo ya main pergi aja sampe lupa sahabat yang imut gini ".
" Brisik ".
" Belum luntur mbak keselnya ". Bukan Pita namanya kalau sahabatnya masih badmood masih saja di ajak bercanda dasar mulut goa.
Tak ada angin tak ada badai juga tak ada kesengajaan, layaknya air mengalir masa mengikuti takdir yang penuh kejutan seperti serial drama. Tanpa diduga dan tanpa diminta pun jikalau memang bertemu kita tak bisa menghindar.
Semua pandangan penghuni kantin tertuju pada pintu masuk kantin tepat berada di depan meja yang diduduki Pira termasuk sahabatnya. Namun Pira hanya asik dengan dunianya sendiri memijat Hp nya sampai tak menghiraukan suasana yang terjadi.
Bisik-bisik tetangga eh ralat bisik-bisik mahkluk penghuni kantin mulai terdengar memekakan di telinga, ya itu untuk sebagian orang saja termasuk Pira.
Ya ampunn cool bangettt...
Aduhh hati adek meleleh bangg
Keringetan aja masih ganteng
Beruntung banget ya yang sekelas sama dia tiap hari bisa mandangin dia.
Sepeti itulah bisikan para penggemar cogan yang selalu di abaikan seperti dianggap angin lalu oleh seseorang yang baru saja selesai dari permainan basketnya. Dengan masih menggunakan seragam basket rambut awut-awutan karena aliran keringat yang membuat wajahnya semakin cool, baju basah di bagian dadanya dan otot lengan yang kekar berkilauan seperti berlian. Namun yang paling dikagumi adalah seseorang yang memakai bandana di kepalanya serta gelang yang menunjukan bahwa dia seorang kapten basket.
" Neng ini pesanannya " Pira berhenti memainkan Hp nya karena pesanan sudah datang tapi jangan lupakan kebaikan dia bahwa sahabat mulut goa nya di pesankan kok. Tapi saat melihat sahabatnya ini Pira bahkan terkejut dengan muka sahabatnya.
" Muka lo astaga... sadar woy sadar udah kek orang lihat pangeran aja, ni makanan makan tuh" Sambil mengibaskan tangannya di depan muka Pita.
Sesaat keadaan mulai membaik tak seramai tadi, Pita yang sadar bahwa dia juga tersapona pada ciptaan Tuhan yang satu itu langsung mengkodisikan mukanya yang semula kek monyet melongo menjadi monyet normal, kalian bisa bayangkan sendiri.
" Eh, wait gue di pesenin nih Ra " Tanya Pita tak menyangka akan kebaikan Pira.
" Emang lo nya aja yang baru sadar kalau gue tuh orangnya baik " Saat Pira sedang berbicara dengan sahabatnya pada saat itu juga para cogan yang membuat Pita melongo lewat didepannya. Mereka dan Pira sama-sama menampilkan ekspresi wajah terkejutnya.
" ELO.... LO JUGA " Kaget Pira akan menemui makhluk yang paling aneh sampai berdiri dari duduknya. Pertama Pira kaget dan menunjuk pria yang paling depan yaitu yang menabraknya ' Crystian Michel Gazara ' panggil saja dia Pian lelaki yang sangat digemari oleh penghuni sekolahan ganteng,cool,penuh karisma, kapten basket nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan dan yang paling tak disangka Pira menunjuk pria yang ada di belakang Pian yaitu ' Chiko Hantiko ' pemilik mainan anjing yang kemarin Pira rusak, Chiko berdiri di samping ' Kanza Nicholas ' sahabat Pian dan juga Chiko.
" Lo sekolah di sini tong?? " Tanya Chiko yang tak mengenal Pira sebelumnya.
" Tong tong tong emang gue gentong apa?! dan lo yang pakai bandana lo gak mau minta maaf apa dengan apa yang lo perbuat ke gue ". Tanya Pira kepada Pian yang diam dengan wajah sama yang tadi Pira katakan saat di tikungan.
" Landak jawa tanggung jawab lo, gara-gara lo gue di marahin sama bunda gue " Chiko masih saja mengungkit kejadian kemarin, karena itu Chiko jadi di cukein sama keponakannya.
Flashback on
Setelah kejadian itu Chiko pulang dengan was-was keponakannya itu sangat manja tapi menggemaskan sekali. Karena dia sering ditinggal oleh kedua orang tuanya jadi dititipkan oleh bundanya.
Saat Chiko didepan teras rumah dia celingak-celinguk barharap tidak ada orang yang melihatnya dia pun menerobos masuk kerumah namun di anak tangga ke lima Chiko kepergok sama bundanya.
" CHIKOOOO kok baru pulang?! " Tanya bundanya.
" Anu anu itu " .
" Anu kamu kenapa "
" hmm Iko kesasar bun "
" Kamu makan apa sih bisa pikun kaya gitu sampe lupa jalan pulang ".
" Aku terjebak dan tak tahu arah jalan pulang aku tanpamu butiran debuuuu ". Chiko bernyanyi layaknya penyanyi profesional yang sedang menghayati lagunya namun itu malah membuat bundanya ilfil.
" Makan sup rumput pedas sepedas ucapan dia bun " Sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah disertai cengiran absurd.
" Alasan aja kamu ya "
" Itu bun tadi ada orang namanya gaje ribut ama Iko dijalan "
" Dari tadi di cariin kep- ". Belum selesai bunda Chiko bicara keponakannya datang dan langsung berteriak.
" OM IKOOOOO mana mainan aku kan tadi tadi Ila titipin ke Om " Dengan gaya lucunya Ila merengek kepada Chiko.
" Ii itu Ila mainannya ketinggalan " Chiko berusaha menyembunyikan mainannya di belakang tubuhnya.
" APAHH aaaaa om Iko jahatt masa masih muda udah pikun, gitu aja sampe ketinggalan " Dengan pipi gembulnya menambah tingkat kelucuannya Ila ngambek dan mengerucutkan bibirnya.
" Lah bocah nemu kata-kata darimana lo "
" Itu tadi bunda Iko bilang pikun. Om Iko bohong yaa sini om mainan akuhhh " Ila bergelantungan di kaki Chiko lalu menarik ujung kaosnya. Chiko pun yang gak siap akan serangan tiba-tiba itu berusaha menjaga keseimbangan agar tidak terhuyung. Karena Ila berat dan tangannya yang masih menyembunyikan mainannya Chiko berusaha turun dari tangga.
" Eh eh iya iya ini Om Iko mau jatuh "
" Biarinnn, Aaa Om sini sini " Rengek Ila
" Kamu tuh ya Chiko sama keponakan aja masih gak mau ngalah ". Omel bunda Iko.
" ILA ILA EHH JULAIHAHHHHH EMAKNYA ROPEAHH ".
BRUUKK...
AAKKHHHH...
Chiko terjerembab ke bawah sampai bibir sexy nya mencium lantai dan mainan yang sudah hancur bertambah jadi gak terbentuk lagi menggelinding sampai didepan tepat di kaki bunda Iko.
" OM IKOOOOOOOOO "
" CHIKOOO HANTIKOOO "
Teriak mereka menggemparkan seluruh ruangan sampai cicak yang lagi nangkep nyamuk jatuh mengenaskan. Mereka bukan teriak khawatir karena anaknya jatuh namun lebih tepatnya menyayangkan mainannya yang sudah berupa kepingan seperti kepingan memori bersama dia.
" Syukurinn lo Om kena kurma, itu tuh akibatnya bohong sama Ila ".
" Kurma dari jonggol! dasar bocah ingusan sakit nihh bibir Om ".
" Ila gak mau tahu pokoknya Om Iko harus ganti mainan Ila yang baru, Ila ngambek nih Om Ila gak mau ngomong lagi sama Om Iko ". Ila pun menangis karena mainan itu adalah hadiah dari orang tuanya jadi setiap Ila ditinggal Ila akan membawa mainan anjing imut itu kerumah bunda Iko. Dan kemarin hari minggu mereka pergi ketaman sekedar olahraga pagi dan jalan santai. Ila lari pagi mngelilingi taman maka dari itu mainan anjing imutnya Ila titipkan kepada Om Iko yang hanya duduk malas-malasan di ayunan.
" CHIKOO KAMU HARUS GANTI MAINAN ILA " Murka bunda sudah di ujung tanduk.
" Anjing beneran aja gimana". Ledek Chiko.
" Ommm ".
" Anjing beneran aja takut sama mainan di tangisin dasar anak katak ".
" Chiko kamu mau jadi katak panggang?! ". Ancam bundanya tak main-main.
" Ini sebenarnya anak bunda yang mana sih gini amat gue ". Muka melas Chiko terpampang dengan jelas.
" NASIBB " Ucap mereka kompak.
Flasback Off.
" Bomatt emang udah nasib lo lah " . Pira tak begitu menanggapi Chiko karena Pira bertambah kesal seketika melihat Pian yang masih juga diam.
" Eh tong kok gue jarang lihat lo yah di sekolah ini? Perasaan kelas sepuluh gak ada murid modelan suling bambu ". Chiko tak bisa mengerem mulutnya.
" Pletekkk mulut lo nyet remnya jatuh dimana? ". Kanza gedek dengan sahabatnya ini.
" Apa sih lo kembarannya si entong ". Kanza tak menggubris ucapan Chiko karena sudah lelah dan haus ingin memesan minum secepatnya.
" Apa lo ngatain gue dasar gendang telinga ".- Pira
" Telinga gue sehat ya gendang bapak lo tuh yang bolong ".
" Apa apaan daster emak lo kali bolong ".
" Lo tu, ehh kok lo tahu kalo daster emak gue bolong-".
" Raganya aja sekolah di sini tapi jiwanya mikirin seseorang di sekolah lain ". Ucap Pian sudah tak tahan dengan perdebatan dua manusia ini lalu mengakhirinya dan langsung melongos pergi mencari tempat duduk di susul Kanza dan Chiko pun akhirnya diam, kalau sahabatnya yang satu itu sudah berbicara maka berakhir lah sudah acara perdebatannya termasuk Chiko yang terkadang berdebat dengan Kanza yang gak ada habisnya.
What?! apa dia bilang mikirin seseorang di sekolah lain? kok dia bisa ngomong gitu ya sama gue. Emang sebelumnya gue pernah ketemu dia apa! sampai dia kek udah kenal aja sama gue. Dasar aneh sekalinya ngomong bikin orang mati penasaran aja.
" Woyyy ngapain lo ngelamun ". Ucap Pita menyadarkan lamunan Pira.
" Ra pokoknya lo harus jelasin semua ini. Kok lo bisa sih ketemu sama Pian and the genk?? ".
" Hufttt ok ok jadi gini Ta, kamu tahu tadi yang ngatain gue- ".
" Suling bambu. Bhahahaha... itu Si Chiko ". Potong Pita menyela ucapan Pira.
" Ahk gue gak tahu itu si Choko choko chips, itu tu cowok yang punya anjing mainan yang kemarin di belakang kita ".
" WHATT MAINAN Aaauuukhuk ukhukhh ?! ". Teriak Pita setelah menyeruput minuman jus nya namun alhasil Pita tersedak dengan minumnya.
" Mulut goa mode on, biasa aja oon keselek kan lo ".
" Wahh bener-bener tuh udah buat gue jantungan terus terus yang itu ".
" Yang apa? ".
" Ihh yang Pian ngomong sama lo ".
" Nahhh jadi namanya Pian, dia tuhh yang nabrak gue waktu di tikungan dan untuk omongannya dia yang tadi, gue juga masih bingung kenapa dia ngomong gitu ke gue ".
Terjawab sudah dengan kepenasaran Pira akan ekspresi Pian tadi, namun Pira menyesal karena sudah penasaran sama Pian alhasil perkataan yang dia lontarkan membuat otaknya bekerja dua kali memikirkan perkataannya.
....