*****
Don't give me fake happiness.
I know happiness is temporary, so please don't make me happy, if it's all a lie.
Sadness is also temporary, but its effects can be prolonged, unlike happiness.
Lies are sometimes sweet, but sometimes they can be deadly.
*****
Aku sedang berdiri di depan balkon, menatap hujan rintik yang sudah mulai berhenti.
Saat yang paling menyejukkan setelah lelah menghadapi hari yang panjang, berkutat di depan komputer selama berjam-jam lamanya, dan juga ditemani dengan segelas hot chocolate.
Aku maju hingga ke pembatas balkon saat hujan sudah benar benar berhenti, menyingkirkan sedikit air yang ada di besi pembatas itu dengan tanganku, dan kemudian memejamkan mataku sejenak, menghirup udara menyegarkan di malam hari ini.
Aku membiarkan udara dingin menusuk nusuk tubuhku hingga rasanya menembus ke tulang, dan tetesan air hujan yang menggenang di lantai balkon memeluk kakiku dengan dinginnya.
Aku mendengar suara sepatu pantofel dan lantai yang beradu, "Mengapa kau berdiri disana? Hujan baru saja turun dan udara dingin, cepat masuklah kedalam, tidak baik disaat seperti ini kau masih berdiri di balkon seperti itu, "Aku mendengar ucapan pria itu, sesaat setelah suara sepatu pantofel itu sudah tidak terdengar, dia baru saja datang dari dalam apartemen.
Aku hanya menatap kedepan tanpa mau berbalik, aku sudah tau siapa pemilik suara berat itu, "Tunggu sebentar, Tae. Aku suka berada disini, lagi pula pakaian yang kukenakan cukup hangat," Ucapku sambil mendongakkan kepalaku, menatap langit gelap, yang hanya terlihat sedikit bintang sebagai penghias.
Terkadang aku merindukan pedesaan, karena udara belum banyak tercemar di sana, sehingga aku masih bisa melihat begitu banyak bintang yang bertebaran di langit pada malam hari.
Aku tidak menatap Taehyung, karena aku bisa melihat pantulan bayangannya, bayangannya sangat indah, mirip seperti tokoh pangeran yang ada di dongeng.
Taehyung hanya berdiri di depan pintu pembatas balkon yang terbuat oleh kaca yang kurasa untuk memecahkan kaca itu, batu saja tidak dapat melakukannya.
"Bagaimana celana diatas lutut dan pakaian tak berlengan yang kau gunakan itu, bisa kau sebut sebagai pakaian yang hangat?!" Taehyung memarahiku, tapi aku tahu, maksudnya itu untuk kebaikanku, dia tidak ingin aku jatuh sakit, sehingga aku tidak merepotkan pria itu.
Sebenarnya untuk kebaikan pria itu juga.
Taehyung adalah orang cukup bawel, menurutku.
Selain bawel, Taehyung adalah orang yang suka mengatur.
Tapi, Taehyung bisa menjadi sangat dewasa dan perhatian.
Entahlah, dia sangat sulit untuk ditebak, kepribadiannya bisa berubah ubah tergantung suasana hatinya.
"Tapi aku tidak merasa dingin, suasana ini tenang," Ucapku sambil menatap kosong ke arah pohon bunga terompet yang basah oleh air hujan.
Apartemen kami memang hanya terletak di lantai tiga, dengan pemandangan kolam berenang dan pohon bunga terompet yang dapat dilihat jika berada di balkon.
Meskipun terletak di lantai tiga, pemandangan kerlap kerlip lampu penghuni kota masih tetap bisa memanjakan mata, bisa dibilang juga seperti kerlap kerlip pengganti bintang di langit, walaupun tetap saja berbeda.
Taehyung menghela nafasnya, mungkin dia tidak habis pikir dengan sikap ku, "Terserah apa katamu saja, aku bingung dengan jalan pikiranmu, aku pergi," Ucapnya dan kembali berlalu kedalam apartemen, suara sepatu pantofel miliknya beradu lebih keras dengan lantai dari pada saat pertama dia datang menghampiriku.
Kuarasa, Taehyung kesal dan akhirnya berjalan dengan cepat.
Kim Taehyung, pria yang cukup berwibawa dan memiliki banyak kendali atas orang lain, ternyata memiliki sisi menyebalkan yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya akan bepikir dua kali untuk mencintainya.
Dia adalah pria yang sangat misterius dan penuh dengan aura yang cukup membuat siapa saja tidak dapat mengalihkan pandangannya dari pria itu.
Dan, aku mengakui itu. Dia adalah pria yang tidak dapat dibantah auranya. Dia memiliki daya tarik yang dapat memikat siapapun, tanpa pandang bulu.
Aku sedang menatap air kolam yang tenang di malam hari ini, tapi mataku melihat dengan tatapan menerawang, tidak fokus pada air itu, tetapi fokus menjelajah jauh mengingat masa lalu, "Huh?! Apa ini?" Ucapku sedikit terkejut.
Taehyung tiba tiba datang, dan menyampirkan sebuah selimut berwarna abu abu berbulu yang lembut, di ujung selimut itu terdapat bentuk kartun wajah beruang berwarna coklat, dan sebuah huruf "T" yang ku yakini itu adalah inisial namanya.
Taehyung langsung mundur dan memasukkan satu tangannya kedalam satu celana bahan miliknya yang berwarna hitam, "Apa kau buta? Kau tahu kan kalau itu selimut, kenapa harus bertanya lagi?" Ucapnya dengan menyebalkan.
Pria ini masih mengenakan Jas kantor, dengan kancing kemeja putih teratas yang terbuka dua dan keluar dari dalam celana.
Terlihat seperti berandalan, hanya saja jika berandalan tidak akan menunjukkan bahwa dia menyukai segelas susu maupun hot chocolate.
Aku membalikkan tubuhku yang tertutup oleh selimut itu, menatap tepat di mata Taehyung, "Kau ini, kau benar benar pria yang menyebalkan, Tae!" Kesal ku sambil menggenggam erat ujung selimut itu, mencoba melampiaskan amarah, agar tidak nekat melompat untuk menerjang dan mencabik cabik wajah Taehyung yang sangat menyebalkan itu.
Taehyung hanya tersenyum remeh, sedikit menyeringai dan menaikkan sebelah alisnya, bergaya sok angkuh dan melipat kedua tangannya didepan dada, "Tapi aku tampan, jadi bukan masalah besar jika aku menyebalkan kan? aku tahu, kau juga pasti menyukai hal itu, karena aku hanya menyebalkan di depanmu, bukankah itu cukup istimewa?" Ucapnya dan kemudian merubah raut wajahnya menjadi nakal dengan alis yang naik turun dan kerlingan mata yang genit.
Tampan sih, tapi aneh.
Aku berdecak kesal dan memutar bola mataku dengan malas karena mendengar perkataan nya "Kau ini sangat percaya diri, tuan Taehyung, CEO yang sangat terhormat." Ucapku sedikit menekankan pangkatnya yang tinggi itu.
Ya, Kim Taehyung merupakan seorang CEO di perusahaan turunan dari ayahnya sendiri.
Taehyung mengedikkan bahunya dengan dagu yang sengaja diangkat tinggi, benar benar terlihat sangat menyebalkan, "Tentu saja, untuk apa aku harus merasa insecure? Aku tampan dan semua orang tahu itu." Ucapnya tambah menyebalkan.
Insecure memang harus dapat dihilangkan, tapi jika sifatnya jadi seperti ini, rasa ingin menendang kepalanya sudah ada di dalam benakku, dan itu berkali kali bergumam.
Aku menutup rapat mataku dan kemudian membukanya, mencoba menahan gejolak emosi yang sedari tadi sedang kucoba untuk tahan, dan akhirnya aku membalikkan tubuhku kearahnya, "Kau merusak ketenangan ku, Tae. Pergilah, aku ingin merasa tenang sebentar saja, aku bosan meladeni sikap anehmu," Aku sudah mulai merasa kesal saat ini, ketenangan ku sangat terganggu oleh kehadirannya.
Taehyung melepaskan lipatan tangannya, beralih menatap ke arahku dan tiba tiba merubah raut wajahnya dengan serius, "Tidak boleh!" Ucapnya dengan sangat tegas, membuatku sedikit terkejut dan kembali mengalihkan tatapanku kedua kalinya dari tetesan air yang jatuh di bunga terompet berwarna kuning kepadanya.
Aku mengerutkan keningku dengan dalam, menatapnya heran, "Kenapa? Apa kau tidak suka melihatku merasa damai sekali saja?" Ucapku memberengut kesal.
Taehyung maju, melangkah semakin mendekat ke arahku yang sedang berdiri menatapnya.
Dengan tatapan sok serius dia menundukkan tubuhnya yang lebih tinggi dariku untuk menjangkau wajahku, menatapku dengan mata yang memicing tajam, "Tidak boleh, hanya aku yang boleh membuatmu tenang dan aman. Hanya aku saja, jangan ada yang lain, termasuk gemericik air hujan dan aromanya sekalipun." Ucapnya berbisik, tepat di samping telinga ku, lalu setelah mengatakan itu, dia sedikit menjauhkan wajahnya yang hanya berjarak satu jengkal dari wajahku.
Kim Taehyung, pria yang sangat suka mendominasi siapapun.
Aku tidak terkejut. Sama sekali tidak.
Aku pun gencar ingin menggodanya, jadi aku semakin maju, semakin merapatkan lagi tubuhku kepadanya, aku memegang pundaknya dan sedikit berjinjit, memiringkan kepalaku, dan semakin mendekatkan wajahku ke arahnya, aku memejamkan mataku dengan perlahan.
Menggoda Taehyung cukup menyenangkan, karena dia sudah mengacaukan ketenangan ku.
Baiklah, dia mulai memejamkan matanya juga, kurasa.
Aku memegang rahang tegas milik Taehyung, yang aku tahu tidak semua orang bisa melakukannya, "Jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal. Hatimu bahkan masih berlabuh pada gadis lain, yang kau sendiri belum mengetahui keberadaannya, Tae." Ucapku sesaat setelah membelokkan arah wajahku, beralih dan berbisik di telinga Taehyung, mendorong pelan tubuh Taehyung untuk menjauh dari ku, kemudian aku berlalu kedalam, meninggalkannya sendirian di balkon dan menghancurkan ekspetasi mesum pria aneh itu.
Aku terkekeh ringan saat sudah masuk ke dalam apartemen, menertawakan Taehyung yang sangat mudah untuk digoda, dan langsung segera berlari saat melihat Taehyung masuk kedalam apartemen, dan aku dengan cepat, berlalu masuk ke kamarku dan kemudian menguncinya.
Jika Taehyung sampai masuk dan melihatku, bisa saja dia memarahiku, dan mungkin saja mengusirku dari apartemen ini, walaupun itu tidak mungkin terjadi.
Baiklah, mari kita tidur--
Atau mungkin melakukan kebiasaan perempuan?
Overthinking di malam hari...
Hmm.. mungkin sebentar saja, tidak masalah.
Oh, ayolah Taehyung, gadis mana yang mau diberikan kata kata manis? Aku tentu saja mau, tapi sayangnya aku tidak mau diberikan kata kata manis, oleh pria yang sudah mengunci gadis lain dihatinya.
*****